Bara

Sweet Apocalypse 13



Sweet Apocalypse 13

0Noni mendengarkan dengan seksama penjabaran yang diceritakan oleh Laksmi. Beberapa kali ia menatap Laksmi tidak percaya karena cerita yang ia sampaikan nampak terlalu berlebihan hingga tidak bisa diterima oleh akal sehatnya.     

"Jadi, apa peran Ibu Laksmi dalam kejadian tersebut?" tanya Noni kepada Laksmi.     

Laksmi merunduk. "Saya yang mengajak mereka ke pesta tersebut."     

"Apa Ibu kenal dengan seseorang bernama Yasmin?"     

Laksmi menatap Noni tidak percaya. "Darimana Mbak Noni tahu tentang Yasmin?"     

Noni tersenyum padanya. "Saya tidak bisa beritahu itu pada Ibu Laksmi. Seperti Ibu, semua sumber saya terjamin kerahasiannya. Jadi, apa hubungan Ibu dengan Yasmin?"     

"Saya, Yasmin dan para wanita itu berada di bawah Mucikari yang sama. Namun, Yasmin tidak ikut dalam pesta tersebut. Karena dia sudah ada janji dengan pelanggannya yang lain."     

"Lantas, di saat para wanita yang lain menghilang, kemana Ibu saat itu?" Noni menatap Laksmi penuh selidik. Ia menatap Laksmi yang mulai menunjukkan gelagat mencurigakan karena berulang kali memainkan ujung pakaiannya.     

"Saya--" Laksmi terdiam. "Saya--"     

"Ya?" Noni semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Laksmi.     

"Mereka melepaskan saya karena saya mau membantu mereka untuk menyingkirkan mereka yang tidak mau menerima kompensasi yang mereka berikan." Laksmi tertunduk dalam setelah menyelesaikan pengakuannya.     

"Membantu apa dalam hal ini?"     

"Saya membawa mereka menemui orang-orang itu. Dan, selanjutnya saya tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka," jawab Laksmi dengan sedikit terisak. "Saya masih ingat teriakan mereka ketika saya berbalik meninggalkan mereka." Laksmi menyeka hidungnya. "Teriakan mereka yang meminta saya untuk menolong mereka. Teriakan ketakutan mereka yang saya abaikan." Ia kemudian menatap Noni. "Sampai saat ini, saya masih bisa mendengar suara teriakan mereka."     

Noni bersimpati dengan ucapan Laksmi dan mengelus-elus lengannya. "Pasti berat menghadapi hal seperti itu."     

"Sangat berat," sahut Laksmi. "Kami yang bukan siapa-siapa ini, harus berhadapan dengan orang-orang yang memiliki uang dan kuasa. Kami ibarat rumput yang bisa mereka injak kapan saja."     

"Namun, tidak semudah itu menghentikan rumput untuk tumbuh, kan?" sahut Noni.     

"Diantara rumput-rumput seperti kami, ada Yasmin yang berani melawan dan menuntut keadilan untuk kami yang menjadi korban. Namun, akhirnya ia pun terpaksa menghilang karena situasinya sudah diluar dugaannya."     

"Apa Ibu tahu kemana Ibu Yasmin pergi saat itu?"     

Laksmi menggeleng. "Saya bahkan tidak tahu kabarnya sampai tempo hari saya bertemu dengan putranya."     

"Jadi, Ibu Yasmin masih hidup?"     

Laksmi kembali menggeleng sembari menghela napas panjang. "Dia sudah meninggal dunia."     

Noni merundukkan kepalanya mendengar hal tersebut. "Jadi, tinggal Ibu satu-satunya yang tersisa dari kejadian itu?"     

Laksmi mengangguk. "Saya akan meneruskan apa yang Yasmin mulai. Saya ingin menebus kesalahan saya di masa lalu dan mau menuntut mereka yang terlibat untuk bertanggung jawab."     

Noni tiba-tiba menunjukkan video tentang penemuan kerangka manusia di sebuah wilayah pemancingan kepada Laksmi. "Apa menurut Ibu, ini ada hubungannya dengan kejadian yang Ibu alami?"     

Laksmi memperhatikan video yang ditunjukkan oleh Noni. "Saya tidak bisa berkomentar tentang video ini. Tapi mungkin ini memang berhubungan dengan para wanita yang hilang tersebut."     

Noni manggut-manggut mendengarkan hal tersebut. "Ibu mau ikut saya kesana? Mungkin ada yang bisa Ibu bisa menemukan sesuatu yang bisa menghubungkan penemuan kerangka manusia ini dengan peristiwa yang Ibu alami."     

Laksmi mengangguk. "Tentu saja saya mau. Saya akan melakukan apapun untuk membuat mereka bertanggung jawab."     

Noni pun tersenyum pada Laksmi. "Baiklah kalau begitu. Mari, Bu." Noni kemudian beranjak dari tempat duduknya.     

Laksmi ikut menyusulnya bangkit dari tempat duduk. Mereka berdua kemudian pergi ke pintu depan rumah Noni dan masuk ke mobil Noni yang sudah menunggu mereka di depan rumahnya. Begitu Noni dan Laksmi masuk ke dalam mobil tersebut, Supir pribadi Noni langsung menyalakan mesin mobilnya dan kembali pergi meninggalkan rumah Noni.     

-----     

Raya berulang kali memutar video penemuan kerangka manusia di laman sosial media miliknya. Berulang kali itu pula ia tidak bisa membayangkan jika diantara kerangka-kerangka tersebut ada kerangka milik Dijah. Adik neneknya yang sudah lama menghilang.     

"Udah jangan dilihat terus videonya," ujar Reno ketika ia masuk ke dalam kamar rawat Raya.     

Raya menoleh pada Reno dan langsung mematikan ponselnya. "Gue cuma ngga bisa bayangin gimana reaksi Nenek gue nanti setelah tahu adiknya meninggal dengan cara yang ngga manusiawi begini."     

"Ya, ngga usah dibayangin. Sedih itu pasti, tapi kita yang hidup juga ngga bisa apa-apa karena itu semua udah terjadi," sahut Reno.     

"Yah, paling ngga kebenaran akhirnya terungkap. Mereka yang terlibat pasti dihukum, kan?"     

Reno mengangkat bahunya. "Mana gue tahu. Mereka semua, kan, keluarganya punya pengaruh."     

Raya menghela napasnya. "Selalu begitu. Hukum pasti kesulitan menjangkau mereka yang punya kuasa."     

"Nah, itu lu tahu," timpal Reno.     

"Ya, kita harus ikhlas aja kalo gitu. Biarin mereka dapet karmanya suatu hari nanti."     

"Daripada berharap mereka dihukum berat, mending berdoa mereka dapet karma yang setimpal," ujar Reno sembari tertawa pelan.     

Raya mengangguk. "Gue setuju sama lu. Gue ngga yakin kasus ini akan berlanjut sampai semuanya dapat hukuman."     

"Yang penting orang-orang tahu jejak perbuatan mereka."     

Raya dan Reno sama-sama tersenyum.     

"Oh, iya. Lu belum tahu, ya, kalo Axel juga dirawat disini?" tanya Reno tiba-tiba.     

"Axel dirawat? Emangnya dia kenapa?" tanya Raya.     

"Dia kecelakaan mobil. Kejadiannya pas malam sebelum lu datang sendiri ke save house."     

Raya menatap Reno tidak percaya. "Serius," ujar Reno untuk meyakinkan Raya. "Kalo lu mau nengokin dia, gue bisa anter."     

Raya kemudian bergerak untuk turun dari ranjangnya. Reno segera membantu Raya untuk turun dari ranjangnya. Keduanya kemudian berjalan keluar dari kamar rawat Raya.     

----     

Axel sedang ditunggui oleh Kinan ketika ada seseorang yang mengetuk pintu ruang rawat Axel. Kinan segera berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Kinan terkejut melihat wajah yang tidak asing untuknya itu.     

"Eh, lu yang waktu itu makan bareng Axel, kan?" tanya Kinan tidak percaya ketika melihat wajah Raya yang muncul di balik pintu. Kinan lantas memperhatikan keadaan Raya yang sepertinya juga sedang dirawat di rumah sakit tersebut. "Lu dirawat di sini juga?"     

"Hai." Raya menyapa Kinan. "Kebetulan banget ketemu disini. Axelnya lagi istirahat?"     

"Oh, ngga. Dia daritadi cuma lagi nonton TV doang. Yuk, masuk." Kinan kembali masuk ke dalam ruang rawat Axel. "Ada yang nengokin lu, tuh," ujar Kinan pada Axe; sembari menyerendengkan kepalanya ke arah Raya dan Reno yang masuk ke kamar rawatnya.     

Axel sedikit menoleh. "Hai." Ia kemudian keheranan melihat Raya yang juga mengenakan seragam pasien rumah sakit. "Lu dirawat kenapa?"     

Raya tersenyum canggung pada Axel. "Panjang ceritanya." Ia kemudian melirik pada Reno yang berdiri di sebelahnya. "Biar dia aja yang cerita. Gue ngga sanggup nyeritain kejadiannya."     

Axel kemudian melirik pada Reno. "Ada yang gue ngga tau?"     

Reno mengangguk. "Iyes. Wanita yang kalian kira sebagai Dijah, sebenarnya dia nipu kalian berdua." Reno menatap Axel dan Raya bergantian. "Dan dia yang udah bikin Raya di rawat disini."     

"Hmm," Kinan tiba-tiba bergumam. Ketiganya seketika menoleh pada Kinan. "Kayanya gue tinggal kalian bertiga aja." Ia kemudian mengangguk pada Axel dan segera pergi meninggalkan kamar rawat Axel.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.