Bara

Fast Vorbei 4



Fast Vorbei 4

0Hanggono menonton acara yang dibawakan Noni bersama dengan dua orang Polisi yang menginterogasinya. Ia menggeleng tidak percaya begitu Noni menampilkan dua orang tamu rahasia yang disembunyikan identitasnya. Kehadiran kedua tamu tersebut sontak membuat para penonton acaranya terdiam ketika mendengarkan pengakuan mereka.     

"Ngga mungkin," gumam Hanggono.     

"Apanya yang ngga mungkin?" sahut Polisi yang ikut melihat acara tersebut bersama Hanggono.     

"Ngga mungkin Noni bisa membawa mereka berdua ke studio. Apa yang kalian lakukan sampai saksi seperti itu bisa tampil di studio?" sergah Hanggono.     

Polisi itu berdecak sambil menatap Hanggono. "Bapak pikir kami tahu, kalau Mbak Noni mempunyai narasumber seperti itu."     

"Masa kalian kalah sama Jurnalis," sindir Hanggono.     

Kedua Polisi yang menonton bersama Hanggono hanya bisa saling lirik sembari mendengus kesal. Mereka kemudian kembali menonton acara tersebut tanpa mempedulikan ocehan yang terus keluar dari mulut Hanggono.     

----     

Studio yang menjadi lokasi syuting acara Noni berubah hening ketika Noni mulai membacakan intisari acaranya yang diselingi dengan foto dua orang Kakak beradik perempuan dalam balutan foto hitam putih. Dua Kakak beradik itu berangkulan sembari tersenyum menatap kamera. Sebuah kalung berinisial D tergantung manis di leher Sang Adik.     

Setelah Noni selesai membacakan intisari acaranya malam ini, acara talkshow itu pun ditutup. Kameraman mengarahkan kameranya ke para penonton. Beberapa penonton wanita nampak menyeka air matanya. Tentunya apa yang menimpa para wanita yang menjadi korban dari skandal keji yang selama ini sengaja disembunyikan mengusik hati sesama wanita lainnya.     

Membayangkan hal mengerikan yang sudah para wanita itu alami, pastinya juga mendatangkan kemarahan dari berbagai pihak. Noni dan timnya langsung memperhatikan pergerakan yang terjadi di dunia maya setelah acara talkshow mereka ditayangkan. Banyak wanita dari berbagai kelompok yang meminta agar skandal tersebut diusut tuntas dan para pelaku mendapat hukuman yang setimpal.     

Noni menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Ia sendiri tidak percaya dengan respon orang-orang yang sangat luar biasa. "Wah, gue ngga nyangka bakal begini efeknya."     

Senja yang berdiri di sebelahnya ikut manggut-manggut. "Liat pergerakannya." Ia menunjuk pada data statistik tentang topik yang sedang banyak dibicarakan orang-orang di dunia maya. Kata pencariannya masih seputar penemuan kerangka manusia di pemancingan menyusul dibawahnya sebuah tagar 'Yasmin Justice' yang merujuk pada seorang wanita yang pernah menuntut para pelaku untuk bertanggung jawab.     

Noni dan Senja saling lirik sembari mengulum senyumnya. Mereka kemudian melakukan tos untuk merayakan keberhasilan acara mereka malam ini.     

----     

"Wow, ini nama Nyokap lu, kan?" ujar Kinan sembari menunjukkan topik yang sedang trending di jagat sosial media kepada Axel.     

"Hmmm," sahut Axel. Ia tidak menyangka bahwa nama ibunya akan disebut dalam acara yang dibawakan Noni. Dua orang narasumber yang didatangkan Noni, keduanya menyebut peran seorang wanita bernama Yasmin yang mencoba untuk meminta pertanggungjawaban pada orang-orang yang terlibat dalam skandal pesta seks tersebut.     

Axel menghela napas panjang. Ia sadar ketika nama ibunya mulai disebut, mungkin orang-orang akan mencari tahu tentang keluarga dari wanita yang disebutkan namanya itu. Dan mungkin itu akan menuntun orang-orang untuk menemukan dirinya.     

"Ngga usah takut atau malu. Nyokap lu sekarang jadi simbol perlawanan perempuan untuk memperoleh keadilan. You should be proud of it," ujar Kinan. Ia sadar Axel mungkin merasa malu dengan latar belakang ibunya.     

"Fakta bahwa dia belain teman-temannya emang bikin gue bangga, tapi apa kata orang kalo tahu dia juga wanita penghibur yang jadi selingkuhan anak Pejabat," sahut Axel.     

"So what? Lu ngga pernah baca sejarah tentang wanita penghibur yang membantu selama masa perang dunia? Profesi Nyokap lu emang buruk di mata orang, tapi apa yang dia lakukan itu lebih mulia ketimbang para pelaku yang kelakuannya bahkan lebih rendah dari binatang."     

"Kalo Eyang gimana? Dia juga ikut nyembunyiin soal skandal itu," timpa Axel. Ia penasaran apa pandangan Kinan pada eyangnya akan berubah.     

Kinan diam dan berpikir sejenak. "Well, dia juga sama buruknya. Karmanya dia udah ada di depan mata gue." Kinan menatap Axel.     

Axel melirik pada Kinan. "Maksud lu apa?"     

Kinan mengangkat bahunya. "Gue ngga maksud apa-apa. Menurut gue, apa yang udah diperjuangkan Nyokap lu, akhirnya bisa terwujud lewat lu. Meskipun Eyang sudah puluhan tahun menyimpan rahasia itu rapat-rapat."     

"Gue ngga ngelakuin apa-apa," ujar Axel.     

Kinan melirik Axel tidak percaya. "Yakin, lu ngga ngapa-ngapain?"     

Axel terdiam, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Kinan hanya tersenyum pelan sembari kembali mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang sedang ia pegang.     

"Kapan gue boleh pulang?" tanya Axel tiba-tiba. Kinan seketika menoleh pada Axel.     

"Hah?" sahut Kinan.     

"Kapan gue boleh pulang? Gue udah ngga betah disini."     

"Gue pikir lu lebih betah di rumah sakit daripada di rumah," sahut Kinan.     

Axel berdecak pelan. "At least gue sekarang punya rumah."     

"Emang selama ini lu ngga punya rumah?"     

"Ya, selama ini gue pikir gue ngga punya rumah karena ngga ada orang yang nerima kehadiran gue. Sikap kalian bikin gue mikir rumah itu bukan tempat buat gue."     

"Jadi, gara-gara itu lu akhirnya keluar dari rumah? Lu baperan juga ya ternyata," timpal Kinan.     

"Bukannya baper, tapi ngapain gue tinggal di rumah yang bahkan orang-orangnya ngeliat gue seakan gue ini kuman yang harus dihindari."     

"Emang gue sengaja menghindar dari lu," sahut Kinan. Ia kemudian menatap Axel. "Gue ngga terima kalo ternyata gue ini punya Adik. Ditambah Ibu kita beda, makin ngga terima, lah, gue."     

Axel menghela napasnya. "Kan."     

"Tapi, setelah gue pikir-pikir, ngga buruk juga punya Adik." Kinan tertawa pelan. Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Axel. "Mulai sekarang, gue bakal ngawasin lu, Adik kecil."     

Axel mengerutkan dahinya sembari menatap Kinan. "Mending lu bersikap kaya biasa aja, deh. Serem gue dengernya."     

Kinan langsung tertawa setelah mendengar ucapan Axel. "Keluarga kita bakal ngadepin badai setelah penangkapan Eyang. Kita harus sama-sama buat ngelewatin badai ini."     

"Sumpah, gue makin serem denger kata-kata lu," sahut Axel.     

Kinan seketika menggemeletukkan jemarinya. "Lu mau gue tampol di sebelah mana?"     

Axel tertawa. "Nah. That's my sister." Keduanya kemudian sama-sama tertawa.     

Ini pertama kalinya Axel bisa tertawa lepas bersama Kinan, meski sesekali ia harus meringis menahan sakit.     

----     

"Setelah ini apa lagi?" tanya Maya ketika dirinya dan Bara selesai menonton acara yang dibawakan Noni di kamar hotelnya.     

Bara hanya menanggapi pertanyaan Maya dengan mengangkat bahunya. "I'm just pull the trigger. Selanjutnya, gue ngga tahu apa yang bakal terjadi sama mereka semua."     

"Dengan kata lain, tangan lu tetap bersih meskipun selanjutnya orang-orang itu akan melakukan cara kotor untuk membersihkan apa yang udah lu mulai. Begitu?"     

Bara tertawa pelan mendengar ucapan Maya. "There's nothing wrong with that, right?"     

"No, but--"     

"But what?" tanya Bara penasaran.     

"You're more evil than I thought," ujar Maya. Ia kemudian naik ke atas pangkuan Bara dan meraih wajahnya. "And I like it." Maya kemudian mengecup bibir Bara.     

Bara membalas ciuman Maya sambil memeluk erat tubuh Maya. Malam itu mereka kembali diselimuti oleh gejolak yang menguasai tubuh mereka dan menarikan tarian cinta mereka yang penuh dengan dengan gairah.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.