Bara

Bon Anniversaire 3



Bon Anniversaire 3

0Setelah makan malam merayakan ulang tahunnya, Bara akhirnya kembali ke griya tawangnya. Begitu masuk ke dalam griya tawangnya, ia langsung berjalan ke minibar dan menuangkan whiskey ke dalam gelasnya.     

Ia langsung meneguk habis whiskeynya. Ia lalu menghela napas panjang sembari memejamkan matanya. "Ternyata udah lima tahun," gumam Bara. Ia menutupi wajahnya dengan satu tangannya.     

Maya keluar dari dalam kamar dan langsung memeluk Bara dari belakang. Ia menempelkan dagunya di bahu Bara. "Hei, kenapa lagi? Baru selesai ketawa-tawa sekarang udah sedih lagi."     

Bara menggeleng pelan. "Aku ngga sedih. Ngga nyangka udah lima tahun sejak kejadian itu."     

Maya melepaskan pelukannya dan duduk di bangku yang ada di sebelah Bara. "Ya, udah lima tahun berlalu. Dan akhirnya tahun ini kamu bisa sedikit bersenang-senang."     

Bara memandangi wajah Maya yang sedang menatapnya. "Tapi, rasa sakitnya masih terasa."     

Maya membelai wajah Bara. "Don't worry. Rasa sakit bukan untuk dihindari. You just have to deal with it."     

Bara mengangguk sembari tersenyum pelan.     

"Jangan terlalu banyak minum," ujar Maya mengingatkan Bara.     

"Yes, ma'am," sahut Bara.     

Maya tersenyum sambil menatap Bara. "Happy birthday."     

"Kenapa kamu selalu jadi yang terakhir ngucapin happy birthday ke aku?" tanya Bara penasaran.     

"Karena aku udah jadi yang pertama buat kamu. Jadi, aku kasih kesempatan buat yang lain ngucapin selamat ulang tahun duluan ke kamu. Dan aku akan jadi penutup ulang tahun buat kamu," jawab Maya. Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Bara. "Happy birthday." Setelah itu Maya mengecup lembut bibir Bara.     

-----     

Keesokan paginya Bara sudah terbangun di dalam kamarnya. Ia memijat-mijat kepalanya yang terasa sedikit pusing akibat minum-minum semalam.     

"Good morning."     

Bara menoleh dan melihat Maya yang berbaring di sebelahnya sambil tersenyum lebar. Ia pun balas tersenyum pada Maya. "Morning."     

"Semoga tahun ini kamu dapat apa yang kamu inginkan," ujar Maya.     

"I hope so," gumam Bara. "I've ben waiting for five years, dan sekarang kasus itu kembali dibuka. I'll find people who did this to me and make them pay," lanjut Bara sembari memegangi bekas luka di dada sebelah kirinya.     

"Cepat atau lambat kamu harus berdamai dengan masa lalu," sahut Maya.     

Bara memejamkan matanya sambil menarik napas panjang. Setelah itu ia menghembuskannya perlahan. "Tahun ini akan jadi tahun pembalasan untuk mereka."     

"Don't get hurt," ujar Maya sembari menepuk lengan Bara.     

Bara menganggukkan kepalanya. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandinya. Sementara Maya masih berbaring di tempat tidurnya.     

-----     

Reno memekik tidak percaya begitu Ben memberitahunya apa yang harus mereka lakukan hari ini. "Serius? Kita bakal mulai buka kasus itu lagi?"     

Ben mengangguk. "Yep. Dan langkah pertama kita adalah menyelidiki Polisi yang mimpin ulang penyelidikan kasus itu."     

"Setelah semua yang terjadi, Bara masih berani terlibat dalam kasus itu?" tanya Reno tidak percaya.     

Ben menghela napasnya. "Kita semua tahu, tujuan Bara bukan cuma itu aja. Dia juga mau cari dalang keributan di acara pernikahannya dia."     

"Ooh," gumam Reno.     

"Lu ngga usah sok ngga tahu gitu," sahut Ben.     

"Iya, gue tahu," timpal Reno. "Tapi, apa ngga bahaya kalo kita sampai terlibat lagi?"     

Ben menatap tajam ke arah Reno. "Lu ada dimana sekarang?"     

"Kantor pusat keamanan," jawab Reno.     

"Terus apa yang lu takutin? Kita ada beberapa meter di bawah tanah. Ngga ada yang bisa sembarangan masuk ke ruangan ini. Pintu baja, akses sidik jari, karyawan disini aja ngga bisa seenaknya kesini," ujar Ben panjang lebar. "Ditambah, sumber daya kita sekarang udah jauh berkembang dibanding dulu. Gue yakin kali ini, kita bisa nemuin siapa dalangnya," lanjut Ben.     

Reno tampak memikirkan ucapan Ben. "You sure?"     

Ben mengangguk tanpa ragu. Ia lalu mengerling jahil pada Reno. "Lu ngga kangen sensasi setelah berhasil mengungkap sesuatu?"     

Reno melirik pada Ben. Ia lalu menghela napasnya. "Kalo lu udah yakin, gue bisa apa."     

Ben tertawa pelan mendengar ucapan Reno. "Nah, gitu dong."     

"Udah selesai dramanya?" sela Arga tiba-tiba.     

Ben dan Reno kompak menoleh. "Tumben lu, pagi-pagi udah kesini," ujar Reno.     

Arga memainkan alisnya sambil berjalan ke arah keduanya. Di tangannya, ia sudah memegang sebuah kertas kecil yang siap diberikan pada Ben.     

"Lu bawa apa?" tanya Ben.     

"Gue bawa nama yang sekarang mimpin penyelidikan kasus itu," jawab Arga.     

Ben langsung menegakkan tubuhnya. "Mana?" Ia langsung meminta kertas kecil yang dibawa Arga.     

Arga langsung meletakkan kertas yang ia bawa di telapak tangan Ben. "Cari tahu latar belakangnya dia dulu."     

Ben langsung meraih kertas tersebut dan mengetikkan nama yang ada di kertas tersebut ke papan tombol miliknya. Tidak sampai lima menit hasil pencarian mereka terhadap nama yang dibawa Arga keluar.     

Arga dan Reno langsung mendekatkan wajahnya ke monitor Ben. Ketiganya langsung membaca profil Polisi wanita yang kali ini menyelidiki kasus tentang penemuan kerangka manusia di kolam pemancingan.     

"Jadi, yang nyelidikin sekarang perempuan?"     

Arga, Ben dan Reno kompak menoleh ke belakang. Bara sudah berdiri di belakang mereka sambil ikut menatap ke arah monitor Ben.     

Ben kembali mengalihkan perhatiannya ke layar monitornya. "Kalo diliat dari track recordnya, kerjanya bagus juga."     

"Gimana sama rekeningnya?" tanya Bara.     

Ben langsung menggeser kursor di layar monitornya. Dan mulai mengetik lagi. Beberapa saat kemudian, ia sudah mendapatkan daftar transaksi yang ada di dalam rekening Polisi tersebut. Ia memangku kepalanya sambil melihat daftar transaksi di dalam rekening Polisi tersebut.     

"Ngga ada yang mencurigakan," ujar Ben.     

"Yakin?" Bara kembali bertanya.     

"Hmmm," gumam Ben.     

Arga lalu sedikit bergeser dan membiarkan Bara melihat ke monitor Ben lebih dekat. Bara ikut bergumam ketika melihat transaksi yang ada di rekening Polisi tersebut. "Keliatannya, sih, dia bersih." Ia lalu kembali menoleh pada Ben. "Rekening lagi ngga ada?"     

Ben menggeleng. "Dia cuma punya satu."     

"You sure?" tanya Bara sekali lagi untuk memastikan.     

Ben menganggukkan kepalanya. "Kayanya lurus banget ini orang."     

"Emang ada orang yang selurus itu?" sela Reno.     

"Ya, ini," timpal Ben.     

"Orang lurus juga harus dicurigain." Reno kembali menyahut.     

Bara manggut-manggut mendengar ucapan Reno. "Bener juga. Ngga mungkin dia ngga punya sesuatu."     

"Oke, nanti coba gue telusurin lagi," ujar Ben.     

Bara menepuk bahu Ben. "Lu kirim itu ke gue. Biar gue juga cari tahu."     

Ben mengangguk. Ia segera mengirimkan hasil penulusurannya ke ponsel Bara. Begitu Bara sudah menerima hasil penelusuran tersebut ia langsung membukanya. "Good, Ben. Gue naik dulu kalo gitu. Kalo ada hasil lagi, langsung kirim ke gue."     

Ben mengacungkan jempolnya pada Bara dan dibalas dengan anggukan oleh Bara.     

"Yuk, gue naik dulu," pamit Bara. Ia kemudian keluar dari ruang bawah tersebut dan naik ke kantornya yang ada di gedung bagian atas.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.