Bara

The Wedding 4



The Wedding 4

0Setelah menemui Bara di kamarnya, Rania segera bergegas ke kamar yang menjadi tempat Maharani bersiap-siap. Senyum di wajah Rania merekah ketika ia melihat Maharani sudah dalam balutan gaun pengantinnya dan duduk di sofa yang ada di tengah kamar tersebut.     

"Wah, siapa ini?" sapa Rania.     

Maharani mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Rania dari balik veil yang ia kenakan.     

"Kamu cantik sekali," ujar Rania.     

"Terima kasih, Ma."     

"Mana Ella?" tanya Rania.     

"Ella lagi ke kamar mandi. Saya yang mau menikah, malah dia yang panik. Daritadi bolak-balik ke kamar mandi," jawab Maharani.     

Rania tertawa menanggapi ucapan Maharani. "Kamu sendiri bagaimana? Kamu ngga panik?"     

"Bohong kalau saya bilang saya ngga panik. Justru sekarang saya mau cepat-cepat turun. Supaya acaranya cepat selesai biar saya ngga degdegan terus," sahut Maharani.     

Rania duduk di sebelah Maharani sembari membelai punggung Maharani. Keduanya saling tatap dan tersenyum. "Tolong jaga Bara, ya," ujar Rania pada Maharani.     

Maharani menganggukkan kepalanya. "Mama ngga perlu khawatir. Saya akan menjaga Bara."     

Rania tersenyum menanggapi ucapan Maharani. "Mama bersyukur sekali kamu bisa hadir dalam kehidupan Bara dan membuatnya kembali hidup. Mama hampir menyerah melihat keadaan Bara seperti itu. Tapi, Mama juga tidak bisa berbuat banyak karena dia benar-benar menutup dirinya dari semua orang."     

Maharani tiba-tiba menggenggam tangan Rania dan tersenyum sambil menatapnya. "Bara melengkapi hidup saya. Saya tidak akan membiarkan Bara terluka lagi."     

"Mama percaya sama kamu." Rania turut menggenggam tangan Maharani. Ia kemudian sedikit mendongakkan kepalanya. Maharani refleks menundukkan kepalanya untuk memudahkan Rania mencium keningnya.     

Setelah Rania mencium keningnya, Maharani kembali menegakkan tubuhnya. "Terima kasih, Ma."     

"Eh, ada Tante," ujar Ella ketika ia baru saja keluar dari dalam kamar mandi.     

Rania dan Maharani sontak menoleh pada Ella. Rania tertawa pelan melihat Ella yang mengelus-elus perutnya. "Kamu sakit perut?"     

Ella mengangguk pelan. "Rani yang mau menikah, tapi malah saya yang mules-mules."     

"Ya, bagus kamu yang mules-mules. Itu artinya kamu menggantikan Rani. Kalau dia yang mules-mules bisa bahaya," sahut Rania sambil tertawa pelan.     

Ella ikut tertawa pelan sambil memegangi perutnya. Ia kemudian menatap Maharani. "Kali ini gue rela mules-mules demi lu."     

Maharani mengulum tawanya. "Makasih banyak, La."     

"Acaranya sebentar lagi dimulai ya, Tan?" tanya Ella pada Rania.     

Rania menganggukkan kepalanya. "Tinggal menunggu Eyang untuk menjemput Rani."     

"Saya sudah di sini," seru Pak Haryo yang baru saja melangkah masuk ke dalam kamar tempat Maharani bersiap-siap.     

"Nah, berarti sudah waktunya," ujar Rania.     

Ella menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, saya tunggu di luar." Ia pun segera melangkah keluar dari kamar tempat Maharani bersiap-siap.     

Rania bangkit berdiri sembari menepuk pelan bahu Maharani. Sementara itu, Pak Haryo segera bergegas menghampiri Maharani yang masih duduk di sofa sambil meremas-remas tangannya. Kali ini Pak Haryo mengambil alih tempat Rania dan duduk di sebelah Maharani.     

"Kamu gugup?" tanya Pak Haryo.     

Maharani menganggukkan kepalanya. Ia lalu tersenyum simpul pada Pak Haryo.     

Pak Haryo turut mengangguk pelan. Ia kemudian memegang tangan Maharani dan menggenggamnya. "Sebagai kepala keluarga, saya senang setelah hari ini kamu akhirnya resmi menjadi bagian dari keluarga ini. Saya tidak berharap apapun selain kamu bisa menjaga nama baik keluarga dan juga menjaga cucu saya dengan baik. Saya tahu, keluarga saya juga bukan keluarga yang sempurna. Tapi dengan hadirnya kamu, semoga keluarga ini akan menjadi keluarga yang sempurna."     

Maharani kembali menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Eyang dan Mama sudah menerima saya dengan sangat baik. Saya tidak akan mengecewakan keluarga ini. Karena ini lah keluarga saya sekarang." Maharani menatap Pak Haryo dan Rania bergantian.     

Pak Haryo tersenyum simpul sambil menepuk-nepuk punggung tangan Maharani. "Kalau begitu, ayo kita segera turun. Kamu pasti tidak mau Bara menunggu lebih lama, kan?"     

Maharani balas tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Pak Haryo kemudian segera berdiri dari tempat duduknya. Maharani ikut berdiri dengan dibantu oleh Pak Haryo dan Rania. Sementara itu, Pegawai butik yang masih berada di dalam ruangan tersebut segera membantu Maharani untuk merapikan bagian bawah gaunnya.     

Setelah Pegawai butik merapikan bagian bawah gaunnya, Maharani segera mengalungkan tangannya pada lengan Pak Haryo. Keduanya lalu segera berjalan meninggalkan kamar persiapan Maharani. Sementara Rania sudah berjalan di depan mereka.     

----     

Bara berdiri dengan gugup ketika pemain musik akustik yang ada di sisi kiri kolam renang mulai memainkan musik untuk mengiring Maharani menuju altar mini tempat dirinya berada saat ini. Para tamu yang hanya terdiri dari kerabat dekat dan teman dekat keduanya langsung menoleh ke belakang begitu musik pengiring tersebut mulai mengalun lembut.     

Ben menahan napasnya ketika ia melihat Ella yang pertama kali muncul dari dalam rumah Pak Haryo dengan mengenakan gaun satin berwarna dusty pink dan membawa rangkaian bunga mawar putih. Arga yang duduk di sebelah Ben langsung menyikutnya. "Hati-hati. Mata lu jatuh ke kolam renang nanti."     

"Rese lu," sahut Ben. Ia kemudian melirik pada Elisa, kekasih Arga, yang duduk di sebelahnya. "Cowok lu pegangin, El. Dari tadi gangguin gue mulu."     

Elisa yang duduk di sebelah Arga hanya menanggapi ucapan Ben dengan menepuk lengan Arga. "Udah, sih. Biarin aja. Namanya juga lagi bucin."     

Arga tertawa pelan dan menggenggam tangan Elisa. Keduanya lalu kembali mengalihkan perhatian mereka ke altar. Reno dan Raya duduk di belakang mereka berdua bersama dengan anak mereka yang tertidur di dalam gendongan Raya.     

Bara menahan napasnya ketika ia melihat Maharani berjalan keluar dari dalam rumah bersama Pak Haryo. Ia tidak bisa melepaskan matanya dari Maharani. Meskipun wajahnya tertutupi veil, namun Bara masih bisa melihat siluet kecantikan Maharani yang membuat jantungnya berdesir.     

Musik yang mengiringi langkah Maharani berhenti ketika Maharani berdiri di sebelah Bara. Keduanya saling menatap dan tersenyum simpul. "I love you," bisik Bara di telinga Maharani.     

Maharani melirik Bara dan membalasnya. "Me too."     

Keduanya lalu berdiri berhadapan. Seorang pemuka agama sudah berdiri di antara mereka dan menatap keduanya sambil tersenyum simpul. Pak Haryo duduk di depan altar mini tersebut bersama Rania dan juga Pak Bima.     

Sementara itu, Ella sudah duduk di sebelah Ben. Ia sedikit pangling begitu melihat Ben tampil necis dengan tuxedo berwarna hitam yang ia kenakan. Begitu pula dengan Ben yang terpukau melihat Ella dalam balutan gaun pendamping pengantin.     

Suasana di area kolam renang kediaman Pak Haryo mendadak hening. Hanya ada suara angin yang berhembus lembut di sekitarnya. Aroma bunga mawar segar bercampur lembut dengan udara di sekitarnya. Sesekali terdengar kicau burung yang ikut meramaikan prosesi pernikahan Bara dan Maharani.     

****     

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.     

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.