Bara

The Wedding 5



The Wedding 5

0"My love, Maharani. How lucky I'm to call you mine? Cinta yang kamu berikan membuatku sekali lagi merasakan arti sebuah kehidupan. Terima kasih karena sudah menunjukkan cahaya untukku. Mulai hari ini, aku berjanji akan mencintaimu, menjagamu dan mendukungmu. As long as I am living," ucap Bara. Ia kemudian tersenyum sambil menatap Maharani dan memasangkan cincin ke jari manis Maharani.     

Maharani menatap Bara dari veil yang ia kenakan. Rasanya ia ingin menangis ketika mendengar kata-kata yang diucapkan Bara padanya. Setelah Bara mengucapkan janjinya, kini saatnya ia untuk mengucapkan janji yang sudah ia persiapkan.     

Maharani menarik napas dalam-dalam sebelum ia mengucapkan janji pernikahannya. "My dear, Bara. Kamu melengkapi hidupku. Aku tidak bisa memberi sebanyak yang kamu berikan padaku. Tapi dengan tulus aku memberikan hatiku untukmu. Aku berjanji akan menemanimu kemanapun hidup membawa kita. Living, learning, loving, together, forever. I love you today, tomorrow and everyday 'till my last breath."     

"Thank you," ucap Bara pelan setelah Maharani menyelesaikan kalimatnya dan menyematkan cincin di jari manisnya.     

Pemuka agama yang menyaksikan janji pernikahan Bara dan Maharani tersenyum pada keduanya. Ia kemudian membaca doa untuk memberkati pernikahan tersebut. Seluruh tamu yang hadir ikut menundukkan kepalanya ketika pemuka agama itu membacakan doa.     

Setelah pemuka agama menyelesaikan doanya, semua orang yang menyaksikan pernikahan Bara dan Maharani kembali mengangkat kepalanya. Mereka sudah tidak sabar menunggu momen ciuman pertama Bara dan Maharani sebagai sepasang suami istri.     

Pemuka agama itu tersenyum pada keduanya sambil menganggukkan kepalanya. Bara maju satu langkah agar semakin dekat pada Maharani. Ia kemudian meraih veil yang dikenakan Maharani dan menyibaknya.     

Maharani tersenyum lebar pada Bara begitu veil yang menutupi wajahnya tersingkap. Ia kemudian menatap Bara yang juga tengah menatapnya. Setelah itu, Bara meraih wajah Maharani dengan kedua tangannya dan mengecup bibir Maharani.     

Para undangan yang menyaksikan ciuman pertama Bara dan Maharani sebagai suami istri bertepuk tangan melihat keduanya. Semua yang hadir di acara pernikahan yang sederhana itu ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Bara dan Maharani.     

"Shall we go now?" bisik Maharani setelah ia selesai berciuman dengan Bara.     

Bara tertawa pelan menanggapi ucapan Maharani. "Setelah kita menyapa mereka, kita akan langsung pergi." Sekali lagi Bara mengecup Maharani. Kali ini ia mengecup kening Maharani.     

Ia kemudian menggandeng tangan Maharani dan membawanya turun dari altar mini tersebut untuk menyapa Eyang dan juga ibunya. Pak Haryo langsung memeluk Bara begitu Bara menghampirinya. "Selamat Bara. Eyang senang sekali melihat kamu bahagia."     

"Terima kasih, Eyang," sahut Bara     

Pak Haryo menepuk-nepuk punggung Bara sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannya pada Bara. Sementara Bara memeluk ibunya, Pak Haryo menggenggam tangan Maharani. Pria yang hampir sepuh itu tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Maharani, karena akhirnya ia bisa melihat kembali rona bahagia di wajah Bara.     

Bara dan Maharani bergantian menyalami kerabat dan teman dekat mereka yang datang dalam acara pernikahan yang sangat sederhana itu. Semuanya ikut merasa senang dengan kebahagiaan pasangan pengantin baru itu.     

Setelah Bara dan Maharani menyapa kerabat dan teman dekat mereka, tibalah saat yang ditunggu-tunggu sebelum mereka melanjutkan ke acara selanjutnya.     

Maharani berdiri memunggungi orang-orang yang hadir di pernikahannya. Meskipun hanya sedikit, namun perebutan buket bunga yang dilemparkan oleh pengantin wanita ternyata membuat semua yang hadir bersemangat.     

"Satu."     

"Dua."     

"Tiga."     

Maharani melemparkan buket bunga yang ia bawa ke arah orang-orang yang ada di belakangnya. Ella dan Elisa sudah bersiap menangkap buket tersebut sebelum seseorang yang mengenakan kemeja satin berwarna putih dengan rambut panjang sepunggung berdiri di depan mereka dan langsung menangkap bunga tersebut.     

Tinggi badan orang tersebut membuat Ella dan Elisa akhirnya gagal mendapatkan buket bunga milik Maharani. Begitu orang yang ada di hadapannya menoleh, Ella dan Elisa hanya bisa tertegun.     

Ternyata yang menangkap buket bunga tersebut adalah seorang pria. Namun dengan riasan tipis dan rambut hitam panjang serta tubuhnya yang ramping, pria itu juga tidak kalah cantik dengan seorang wanita. Pria itu tersenyum pada Ella dan Elisa. "Sorry, ladies." Ia kemudian kembali berjalan ke belakang.     

Maharani tertawa pelan melihat pemandangan tersebut. Ia kemudian menghampiri Bara. "Itu siapa? Kayaknya aku baru liat."     

Bara menatap ke arah pria yang baru saja menangkap buket bunga dari Maharani. "Hazel, dia pacarnya Adrian. Dia sekolah sekaligus jadi model androgini di Paris. Kebetulan lagi pulang."     

"Oh," gumam Maharani sambil menganggukkan kepalanya. Ia kemudian kembali tertawa. "Ella kayaknya ngebet banget mau dapat bunga. Tapi akhirnya kalah sama model."     

"Pacarnya Arga juga," sahut Bara. "Tapi ngga harus dapat bunga, Arga sama dia memang mau menikah."     

"Oh, ya?" ujar Maharani tidak percaya.     

Bara menganggukkan kepalanya. "Makanya dia bawel banget soal tanggal pernikahan. Biar ngga bentrok sama tanggal lamaran dia." Ia kemudian kembali menggandeng tangan Maharani. "Sekarang ke acara kedua."     

"Oh, iya. Pernikahan kita numpang di perayaan ulang tahun Baron," timpal Maharani.     

Keduanya lalu berjalan ke sisi lain dari kolam renang tersebut. Kimmy bersama Damar dan juga Baron sudah bersiap berdiri di belakang kue dengan angka satu di atasnya. Di sebelah kue tersebut, terdapat kue yang dihiasi bunga-bunga dengan figur sepasang pengantin di atasnya.     

Bara dan Maharani berdiri bersama Kimmy, Damar dan juga Baron. Orang-orang yang ada di sekitar kolam renang ikut berpindah. Begitu pula dengan pemuka agama yang tadi memberkati pernikahan Bara dan Maharani.     

Kini pemuka agama itu bertugas untuk mendoakan Baron di hari ulang tahunnya yang ke-satu. Ia berdiri di sebelah Damar yang menggendong Baron. Bayi laki-laki itu nampak menggemaskan dengan mengenakan setelan yang menyerupai sebuah tuxedo. Lengkap dengan dasi kupu-kupu dan topi beret berwarna hitam.     

Bara, Maharani dan beserta tamu yang ada di kediaman Pak Haryo kini menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Baron. Bayi laki-laki itu terlihat sangat senang dan ikut menepuk-nepuk kedua tangannya.     

Selesai menyanyikan lagu selamat ulang tahun, sambil memegang tangan Baron, Kimmy memotong kue ulang tahun Baron. Potongan pertama kue tersebut kemudian ia berikan untuk Bara dan Maharani. Sementara itu, Bara dan Maharani memberikan potongan kue pernikahan mereka pada Kimmy.     

Setelah acara potong kue, Bara segera menggandeng Maharani untuk meninggalkan area kolam renang. Arga dan yang lainnya berseru untuk menggoda keduanya yang meninggalkan pesta lebih awal. Maharani menanggapinya dengan menoleh sambil melambaikan tangannya pada orang-orang yang ada pesta tersebut.     

Kimmy yang melihat Bara meninggalkan acara lebih cepat hanya bisa tersenyum. Melihat saudaranya kini bisa kembali menikmati hidupnya membuatnya ikut merasa senang. Ia menyuapkan kue ke dalam mulut Baron. "Habis ini, kamu bakal punya sepupu. Kalian harus akur."     

----     

Bara dan Maharani menghela napas panjang ketika akhirnya mereka pergi meninggalkan kediaman Pak Haryo. Di belakang mereka, orang-orang yang menghadiri pernikahan mereka melambaikan tangannya ke arah mobil yang saat ini sedang mereka naiki.     

Khusus untuk hari bahagia Bara, Pak Pam menyiapkan Rolls Royce Phantom milik Bara untuk mengantar mereka ke bandara. "Selamat ya, Mas," ujar Pak Pam dari balik kemudi.     

Bara tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Pak."     

"Semoga Mas Bara sama Mbak Rani langgeng sampai kakek nenek. Dikaruniai keturunan yang baik, sehat dan lancar terus rejekinya biar saya juga kecipratan," ujar Pak Pam yang langsung disertai oleh tawa pelan.     

Bara dan Maharani ikut tertawa pelan. Keduanya lalu kompak mengaminkan doa yang diberikan oleh Pak Pam.     

****     

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.     

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.