Bara

Epilog: Mi Final Feliz



Epilog: Mi Final Feliz

0Maharani mencengkeram sprei tempat tidurnya sambil melenguh panjang. Bara memeluk erat tubuhnya yang bergetar sambil menciumi punggungnya. Maharani terengah-engah sambil memejamkan matanya. Bara membiarkannya menikmati kenikmatan yang baru saja ia rasakan sambil terus memeluknya.     

"I'm not done yet, baby," bisik Bara yang disambut oleh tawa pelan Maharani.     

"Give me a moment," sahut Maharani.     

Bara tertawa pelan dan melepaskan pelukannya. Ia kemudian beringsut di sebelah Maharani yang tertelungkup sambil mengatur napasnya. Maharani menatap Bara sambil tertawa pelan. "Jam berapa ini?"     

Bara menatap jam dinding yang ada di kamar hotel mereka. "Jam dua pagi."     

Maharani berdecak pelan. "You better prepare yourself." Maharani bangkit dan terduduk di tempat tidur.     

Bara tertawa pelan begitu Maharani duduk di atas tubuhnya. Ia menatap tubuh indah istrinya itu sambil mengusap sudut bibir Maharani dengan ibu jarinya. "You can go wild now."     

Maharani menatap Bara dalam-dalam. Ia kemudian menundukkan badannya dan langsung mencium bibir Bara. Refleks, Bara memeluk tubuh Maharani dan menikmati kecupan-kecupan nakal yang diberikan Maharani. Bara menggumam pelan begitu kecupan Maharani mulai menjalar ke rahangnya.     

Lidah Maharani menggelitik daun telinganya dan membuat Bara memejamkan matanya. Ia tertawa pelan ketika kecupan Maharani mulai turun ke leher dan bahunya. Ia bisa merasakan lembutnya bibir Maharani yang menyentuh tiap inci tubuhnya.     

Bara mulai mendesah pelan ketika kepala Maharani kini berada di antara kedua kakinya. "Oh, babe," gumam Bara di sela-sela kenikmatan yang diberikan Maharani.     

Maharani melirik Bara yang tengah memejamkan matanya. Gairah di dalam dirinya kembali bangkit begitu ia melihat ekspresi Bara yang menikmati permainan yang ia berikan. Bara membuka matanya ketika Maharani kembali menegakkan tubuhnya. Maharani kemudian memposisikan tubuhnya di atas tubuh Bara.     

"Hhhh," desah Maharani ketika ia kembali menyatu dengan Bara. Ia menatap Bara sebentar sebelum akhirnya ia mulai bergerak naik turun di atas tubuh Bara. Kali ini ia yang memegang kendali di atas tarian cinta mereka.     

Detik demi detik berlalu sementara Bara dan Maharani menikmati tarian cinta mereka. Keduanya larut dalam gairah yang bergelora di dalam diri mereka. Setiap detik yang berlalu membawa keduanya semakin dekat dengan puncak kenikmatan mereka yang paling purba. Kenikmatan yang sudah tertanam dalam diri setiap manusia bahkan sebelum mereka mengenal rasa lapar.     

"I'm coming, babe," gumam Bara.     

"Me too," sahut Maharani.     

Keduanya lalu bersama-sama melenguh dan melepaskan gairah terdalam mereka. Tubuh Maharani menegang sambil menggenggam jemari Bara. Maharani mendongakkan kepalanya dan menikmati ledakan kenikmatan yang membanjiri tubuhnya.     

Beberapa saat kemudian, tubuh Maharani terjatuh di atas tubuh Bara. Kedua lengan Bara langsung menyambut tubuh Maharani dan memeluknya. Ia kemudian mengecup kening Maharani. "Happy?"     

"Very," jawab Maharani. Ia kemudian beringsut ke sebelah Bara dan turut memeluk tubuh suaminya itu.     

Bara menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Ia mengecup kening Maharani sekali lagi sebelum mereka berdua memejamkan matanya. "I love you," ujar Bara sambil mempererat pelukannya.     

"I love you too," sahut Maharani.     

Di sisa malam itu, mereka berpelukan sepanjang malam. Masih banyak hari-hari yang menanti di depan mereka setelah bulan madu mereka yang indah di Mallorca berakhir. Tidak peduli bulan madu atau bukan, selama mereka bisa memiliki dan melengkapi satu sama lain, setiap harinya akan terasa indah dan menyenangkan. Hidup bersama dalam cinta dan saling menghargai satu sama lain.     

----     

Enam bulan kemudian.     

"Kamu lagi baca apa?" tanya Maharani pada Bara yang sedari tadi belum menyentuh makan paginya. Bara terlihat serius membaca berita di layar iPad miliknya.     

Bara menghela napas panjang. Ia kemudian mematikan layar iPad-nya dan langsung meletakkannya di dekat tangannya. "Hasil persidangan Gunawan."     

"Oh, itu. Aku udah baca semalam," sahut Maharani. "Gimana menurut kamu?"     

"Ya, kayaknya Ari sama Gunawan udah dapat hukuman yang pas buat mereka berdua. Meskipun akhirnya Ari dapat hukuman seumur hidup, Gunawan yang kejahatannya lebih banyak pantas dapat hukuman mati," jawab Bara.     

Maharani menganggukkan kepalanya. "Kayaknya kamu keliatan ngga puas Ari cuma dapat hukuman seumur hidup."     

"Selama dia ngga ada kemungkinan untuk bebas bersyarat, it's fine," sahut Bara.     

"Ya udah, sekarang dimakan sarapannya. Daritadi dianggurin doang sama kamu," ujar Maharani.     

Bara tertawa pelan. Ia menuruti ucapan Maharani dan mulai menyantap makan paginya. Sambil mengunyah makanannya, ia menatap Maharani yang nampaknya tidak begitu tertarik dengan sarapan yang sudah disiapkan Mbok Nah untuk mereka. "Tumben kamu males-malesan makan masakannya Mbok Nah."     

Maharani mengangkat bahunya. "Ngga tahu. Tiba-tiba aja perut aku ngga enak nyium bau bawang putihnya. Makanya aku cuma makan sedikit-sedikit."     

Bara mengerutkan keningnya sambil menatap Maharani. "Kayaknya bulan lalu kamu belum datang bulan, ya?"     

Maharani langsung mengalihkan perhatian dari piring yang ada di hadapannya ke arah Bara. "Masa, sih?"     

"Iya, kayaknya," jawab Bara.     

Maharani kemudian segera membuka ponselnya untuk memeriksa aplikasi khusus wanita yang biasa ia gunakan untuk mencatat tanggal datang bulannya. Matanya membulat begitu ia melihat tidak ada catatan datang bulannya bulan lalu. Ia kemudian kembali menatap Bara. "Iya, bulan lalu aku belum datang bulan."     

Tanpa menunggu Maharani berbicara lebih lanjut, Bara langsung meraih ponselnya dan menghubungi Arga. "Ga, jadwal gue hari ini tolong dimundurin. Gue mau nganter Rani periksa ke Dokter."     

"Rani sakit?" tanya Arga.     

"Mau check-up aja," jawab Bara.     

"Oh, okay. dimundurin aja, kan? bukan dibatalin?" Arga kembali bertanya pada Bara.     

Bara terdiam sejenak sambil menatap Maharani. "Ya udah, diganti harinya aja."     

"Oke, ada lagi?"     

"Ngga ada. Thanks, Ga." Bara lalu memutuskan sambungan telponnya dengan Arga. Setelah itu ia kembali menatap Maharani. "Habis ini, kita langsung periksa ke Dokter. Sekarang kamu makan dulu, sedikit juga ngga apa-apa. Atau kamu mau beli makanan lain?"     

"Butter croissant kayaknya enak," sahut Maharani.     

"Ya udah. Nanti kita mampir dulu buat beli butter croissant sebelum ke rumah sakit," timpal Bara.     

Maharani menganggukkan kepalanya. Ia kembali memakan nasi goreng buatan Mbok Nah meski kali ini ia merasa aroma nasi goreng itu membuatnya sedikit mual. Setelah beberapa suap, Maharani akhirnya menghentikan makannya.     

Melihat Maharani yang nampaknya sudah selesai makan, Bara akhirnya ikut menyelesaikan makannya. Ia segera berdiri dari tempat duduknya. Maharani ikut berdiri dari tempat duduknya dan berjalan bersama Bara menuju lobi gedung apartemen tempat mereka tinggal.     

Setibanya di lobi apartemen, mobil sedan Audi hitam yang dikendarai Pak Pam sudah menunggu mereka. Bara dan Maharani pun segera masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan gedung apartemen tempat mereka tinggal.     

----     

Maharani mendadak gugup ketika ia akhirnya masuk ke dalam ruangan Dokter Spesialis Kandungan. Bara yang menemaninya juga tidak kalah gugupnya. Ini keduanya kalinya mereka masuk ke dalam ruangan Dokter Spesialis Kandungan setelah peristiwa keguguran Maharani beberapa waktu lalu.     

Perawat yang ada di dalam ruangan Dokter tersebut membimbing Maharani untuk segera berbaring di tempat tidur. Setelah Maharani berbaring di tidur untuk observasi, Dokter yang memeriksanya menghampirinya. Ia menyapa Maharani sebentar sebelum akhirnya ia duduk di kursi kecil yang ada di dekat ranjang observasi.     

Dokter itu lalu menuangkan gel ke atas perut Maharani. Setelah itu ia mengarahkan transduser yang ia pegang ke bagian bawah perut Maharani. Bara sedikit menahan napasnya ketika layar monitor yang ada di hadapannya mulai memperlihatkan organ bagian dalam Maharani.     

Maharani tertegun begitu melihat gambar sebuah kantung kecil di dalam organ kewanitaannya. "Am I pregnant?" tanyanya pada Dokter yang memeriksanya.     

Dokter yang memeriksa Maharani tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menatap Bara. "Selamat, kalian akan jadi orang tua. Bukan cuma satu, tapi dua sekaligus."     

Bara menatap Dokter yang memeriksa Maharani dengan tatapan tidak percaya. "Kembar?"     

Maharani ikut menatap Dokter itu dengan tatapan tidak percaya.     

Dokter itu menatap keduanya sambil mengangguk pelan. "Dan sepertinya ini akan jadi kembar identik."     

Bara tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya dan langsung mencium kening Maharani. "We're parents."     

Dokter yang memeriksa Maharani ikut tersenyum senang melihat keduanya yang terlihat sangat bahagia dengan kabar kehamilan kembar Maharani. Ia kemudian mencetak foto hasil pemeriksaan kehamilan Maharani dan langsung memberikannya pada Maharani.     

"Our child," ujar Maharani sambil menatap foto USG-nya.     

Bara membelai kepala Maharani sambil memandangi foto yang ada di tangan Maharani. Ia kembali mengecup kepala Maharani. "Yes, our child."     

**** Fin ****     

Perjalanan Bara selesai sampai di sini. Terima kasih sudah mengikuti perjalan Bara dari chapter 1 sampai chapter 701. Sampai jumpa di cerita pendukung, Ben: The Darkest Secret. Jangan lupa berikan dukungan untuk cerita-cerita saya selanjutnya. I love you guys, ciao adios..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.