Bara

The Graveyard



The Graveyard

0Pagi-pagi sekali Bara dan Kimmy bersiap untuk mengunjungi makam kedua orang tua Bara. Mereka bergegas berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari kemacetan akhir pekan di jalur tol Jakarta-Cikampek. Mereka akan menuju ke salah satu komplek pemakaman mewah yang ada di daerah Karawang. Sepanjang perjalanan, Bara telihat lebih banyak diam. Kimmy tidak ingin mengusik Bara yang sedang fokus dengan pikirannya sendiri dan memilih untuk tidur. Bara mengalihkan pandangannya dari jalan dan menoleh ke arah Kimmy. Kimmy tertidur disebelahnya. Meskipun Bara juga merasa sangat mengantuk, dia tidak bisa memejamkan matanya. Setiap kali dia mencoba untuk memejamkan matanya, bayangan tentang foto kecelakaan mobil kedua orang tuanya terus muncul di benaknya. Bara kembali mengalihkan perhatiannya ke jalanan.     

"Bar, Bara." Kimmy mengguncang pelan tubuh Bara untuk mencoba membangunkannya. Bara perlahan membuka matanya. Karena rasa kantuk yang tidak tertahankan akhirnya dia tertidur di perjalanan.     

"Kita sudah sampai." Kimmy memberitahukan pada Bara mereka sudah tiba di komplek pemakaman yang mereka tuju.     

Bara melihat sekitar sambil mengucek matanya. Kimmy bergegas keluar dari mobil disusul dengan bara. Mereka berdua kemudian berjalan menyusuri jalan setapak yang sedikit menanjak untuk menuju lokasi makam kedua orang tua Bara. Bara memperhatikan sekelilingnya, suasana di pemakaman ini sangat berbeda dengan pemakaman yang bisa dia lihat. Pemakaman di sini benar-benar indah. Di kanan kiri jalan setapak terdapat taman yang tertata rapi. Tanpa terasa mereka telah tiba di depan sebuah gapura putih besar berbentuk dome. Langkah Bara sedikit tertahan di depan gapura tersebut.     

"Kenapa?" tanya Kimmy lembut ketika menyadari Bara menghentikan langkahnya.     

"Ngga apa-apa."     

Bara menarik napas panjang dan melanjutkan langkahnya. Bara bisa melihat ada beberapa makam di tempat tersebut. Mereka menuju makam yang terletak di sudut. Makam tersebut terlihat berbeda dengan yang lain, karena batu nisannya yang terlihat seolah seperti tersambung. Seperti satu buah pahatan batu besar yang sengaja dibelah menjadi dua. Bara membaca tulisan pada kedua nisan tersebut.     

"Mahesa Adinata Pradana & Rania Aretha Putri."     

"Om, Tante. Kimmy bawa Bara kesini." Kimmy berkata seolah memberitahukan kehadiran Bara pada sosok tak terlihat.     

Bara tertegun mendengar perkataan Kimmy. Bara menatap Kimmy seolah bertanya apakah makam dihadapannya saat ini adalah makam kedua orang tuanya. Kimmy menganggukkan kepalanya. Bara merasa seperti ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Seperti dadanya penuh sesak. Bara memegangi dadanya dan mencoba mengatur napasnya. Kepalanya tertunduk berusaha mengingat kenangan dirinya dan kedua orang tuanya. Semakin Bara berusaha mengingat semakin dadanya terasa sesak. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Bara mendongakkan kepalanya, berusaha untuk mencegah agar air matanya tak jatuh. Tapi usahanya sia-sia. Semakin ia menahannya semakin ia ingin menumpahkan tangisnya. Kimmy mendekati Bara dan memeluknya lembut. Bara menyandarkan kepalanya pada bahu Kimmy.     

"Let it all out," bisik Kimmy sambil memeluk bara. Perlahan air mata Bara keluar. Bara bahkan tidak mengerti mengapa dia menangis. Yang dia tahu hanya melampiaskan rasa sesak didadanya.     

"Om sama Tante pasti senang akhirnya lu datang kesini." Kimmy membelai lembut punggung Bara.     

Beberapa saat kemudian Bara melepaskan pelukan Kimmy setelah dia berhasil mengendalikan emosinya.     

"Gue tinggal sebentar, gue mau ambil sesuatu." Kimmy pamit untuk pergi sebentar. Sementara itu, Bara kembali duduk bersila diantara kedua makam orang tuanya. Dipandanginya kedua makam tersebut bergantian. Bara menyingkirkan beberapa daun kering yang jatuh diatas makam tersebut.     

Tidak berapa lama, Kimmy kembali membawa keranjang bunga dan air mawar serta sebuah buket bunga berisi bunga panca warna berwarna biru. Mereka berdua pun menaburkan bunga dan menyiramkan air mawar pada kedua makam tersebut. Kimmy kemudian menyerahkan buket bunga tersebut pada bara.     

"Ini bunga kesukaan Tante Rania." Bara kemudian meletakkan bunga tersebut diatas makam Ibunya.     

Setelah berdoa sebentar, mereka pergi meninggalkan makam tersebut.     

"Tunggu, Kim." Bara memanggil Kimmy yang sudah berjalan jauh didepannya.     

"Kenapa Bar?" tanya Kimmy.     

"Ngga tahu nih, tiba-tiba pusing," ucap Bara sambil memijat kepalanya.     

"Ini minum dulu, mungkin pusing gara-gara panas." Kimmy mengeluarkan sebotol air mineral dari tasnya dan menyerahkannya pada Bara. Bara langsung meminum air mineral pemberian Kimmy.     

"Gimana? Lebih baik?"     

"Lumayan."     

"Ya udah kita jalannya pelan-pelan aja, kita mampir dulu di restoran yang ada disini buat istirahat."     

Kimmy dan Bara pun kembali melanjutkan perjalanannya.     

Mereka akhirnya tiba di sebuah restoran Italia dengan suasana pedesaan ala eropa yang masih berada di dalam komplek pemakaman mewah tersebut.     

"Selamat datang, untuk berapa orang?" tanya seorang Pelayan yang menyambut begitu mereka masuk ke dalam restoran.     

"Dua," jawab kimmy.     

"Silahkan." Pelayan tersebut kemudian mengantar Kimmy dan Bara menuju sebuah meja untuk dua orang yang berada di dekat jendela. Pelayan juga memberikan dua buah buku menu pada mereka.     

"Mau langsung pesan atau ditinggal dulu?" tanya Pelayan tersebut setelah memberikan buku menu pada Kimmy dan Bara.     

"Ditinggal dulu aja," ucap kimmy pada Pelayan tersebut sambil tersenyum.     

Kimmy memperhatikan Bara yang sedang terlihat membolak-balik buku menu. Satu tangannya menopang keningnya.     

"Lu mau makan apa?" tanya Kimmy.     

"Gue kopi aja," jawab Bara sambil menutup buku menu dan mendorong buku tersebut ke pinggir meja.     

Bara kembali memijat keningnya. Kimmy memanggil pelayan dan memesan dua cangkir kopi untuk dirinya dan Bara.     

"Masih pusing? " Kimmy kembali bertanya pada Bara.     

"Gue ke toilet dulu, Kim." Bara tidak menjawab pertanyaan Kimmy dan melangkah pergi ke toilet.     

Sesampainya di toilet bara langsung membasuh wajahnya. Bara berdiam diri sebentar di dalam toilet. Setelah merasa lebih segar, Bara keluar dari toilet dan kembali duduk bersama Kimmy. Begitu kembali sudah tersaji dua cangkir kopi diatas meja mereka.     

"Kalau makam nyokap lu dimana?" tanya Bara untuk membuka percakapan dengan Kimmy.     

"Nyokap gue dimakamin di Bogor, karena sebelum meninggal dia ngasih wasiat mau dimakamkan di dekat ibunya."     

"Oh." Bara menyesap kopi miliknya.     

Kimmy memandangi Bara yang sedang menyesap kopinya.     

"Kalau makam ibu yang selama ini ngerawat lu ada dimana?" tanya Kimmy begitu Bara selesai menyesap kopinya.     

"Makam ibu di TPU ngga jauh dari tempat tinggal gue dulu," jawab Bara.     

"Lu ngga mau sekalian kesana?"     

"Emangnya lu mau kesana?" Bara balik bertanya pada Kimmy.     

"Ya setidaknya gue harus berterima kasih sama ibu yang selama ini sudah ngerawat lu."     

Bara menatap kimmy untuk memastikan ucapannya barusan.     

"Gue serius Bara."     

"Oke, kalau gitu kita berangkat sekarang."     

Bara segera bangkit dari kursinya dan melangkah keluar dari dalam restoran. Kimmy segera menyusul Bara setelah dirinya menyelesaikan pembayaran untuk kopi yang baru saja mereka minum.     

***     

Setelah perjalanan jauh dari Karawang menuju Pondok Ranggon. Akhirnya menjelang sore mereka tiba di pemakaman umum Pondok Ranggon. Bara langsung melangkah menuju blok tempat Ibu yang selama ini merawatnya dimakamkan. Kondisi makam tersebut sangat berbeda jauh dengan kondisi makam kedua orang tuanya. Bara langsung berjongkok untuk membersihkan rumput liar yang mulai tumbuh di atas makam tersebut.     

"Ya begini kalau pemakaman umum, kalau ngga bayar, makam jadi ngga keurus," ucap Bara.     

Kimmy membantu Bara untuk menyingkirkan rumpur liar yang sudah dicabuti oleh Bara.     

Setelah makam tersebut terlihat bersih, Bara dan Kimmy menaburinya dengan bunga dan menyiraminya dengan air mawar yang dibeli di dekat pintu gerbang pemakaman.     

"Saya ngga tahu Tante suka bunga apa, saya dan keluarga berterima kasih Tante sudah merawat Bara dengan baik," ucap Kimmy sambil meletakkan sebuah buket bunga lily putih diatas makam tersebut. Bara memandangi makam tersebut. Bayangan Ibu yang selama ini merawatnya muncul. Bara tersenyum haru mengingat momen kebersamaannya dengan Ibu. Ada sedikit air mata menggenang di sudut matanya.     

"Dia pasti wanita yang hebat," ucap Kimmy.     

"Ya, dia wanita paling hebat yang gue tahu," timpal Bara.     

Kimmy menoleh pada Bara, Bara terlihat menghapus air mata yang sudah mengembang di sudut matanya.     

"Lu beruntung bisa punya dua orang Ibu yang tangguh, mereka berdua pasti senang melihat lu sekarang, mungkin mereka lagi ngomongin lu sekarang," bisik Kimmy.     

Bara tersenyum mendengar ucapan Kimmy.     

Hari semakin sore, Bara dan Kimmy akhirnya beranjak dari makam tersebut. Sebelum pergi meninggalkan kompleks pemakaman umum, Bara mampir ke kantor pengelola pemakaman untuk membayar biaya perawatan makam yang selama ini sering ia tunggak. Ada perasaan lega dihatinya ketika membayar biaya tunggakan perawatan makam untuk Ibu yang merawatnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.