Bos Mafia Playboy

Dua Orang Bodoh Yang Menyedihkan



Dua Orang Bodoh Yang Menyedihkan

0Setelah Brian dan Imelda menghubunginya, Martin tentunya langsung bergegas untuk mencari keberadaan sahabatnya itu. Sebelumnya, ia sempat melacak keberadaan pria yang sudah cukup lama menghilang begitu saja darinya. Namun Martin cukup terkejut saat mendapatkan titik lokasi di mana Vincent berada.     

"Untuk apa pria bodoh itu berada di night club, bukankah ini terlalu pagi?" gumam Martin sembari memfokuskan diri pada padatnya jalanan ramai dalam teriknya hari.     

Tak berapa lama, ia berhenti di lahan parkir night club di mana kemungkinan besar Vincent berada di sana. Suasana masih sangat sepi karena tempat itu baru buka saat menjelang petang. Martin berjalan ke arah pintu masuk yang tetap saja dijaga meskipun belum menerima pengunjung.     

"Bagaimana kalian bisa menerima tamu di saat sedang tutup?" tanya Martin dalam wajah dingin dengan suara yang cukup tegas pada seorang pria yang berjaga di sebelah pintu.     

"Sepertinya Anda salah. Kami tak mungkin menerima tamu di jam segini," sahut pria tinggi besar itu pada sosok Martin yang sedang menatap dirinya.     

Belum apa-apa juga, Martin sudah merasa dipermainkan oleh penjaga pintu itu. Dalam wajah geram dan juga merah padam karena menahan amarah dan juga kekesalan, ia menatap tajam pria di hadapannya itu.     

"Haruskah aku meledakkan tempat ini agar melihat isi di dalamnya?" tanya Martin dengan wajah sinis.     

"Jangan membuat keributan di sini atau saya akan memanggil polisi!" ancam penjaga pintu night club itu.     

Martin langsung tertawa lepas mendengar ancaman bodoh dari pria. Sebuah ancaman yang tak mungkin bisa membuatnya gentar ataupun ketakutan. Ia merasa jika pria di depannya itu sedikit arogan dengan seragam yang sedang dipakainya.     

"Sebelum polisi datang, tentunya kamu sudah lenyap dari sini," balas Martin dalam wajah yang sangat mengerikan.     

"Siapa Anda sebenarnya? Apakah Anda polisi? Apakah mungkin Anda adalah seorang agen intelijen seperti seorang pria yang baru saja memaksa untuk masuk?" Penjaga night club itu mulai sedikit takut untuk mengahadapi pria yang sama sekali tak peduli dengan semua ancamannya.     

"Bukakan saja pintunya! Aku bukan salah satu dari yang kamu sebutkan. Hanya saja, pria bodoh itu adalah temanku. Aku hanya tak ingin ia melakukan hal bodoh di sini," jelas Martin dengan perkataan yang cukup mengintimidasi penjaga pintu itu.     

Pria yang berjaga di pintu itu sedikit ragu untuk membukakannya. Ia terlihat berpikir sejenak, sebelum membukakan pintu untuk Martin.     

"Tunggu! Apakah wanita yang datang setelahnya juga teman Anda?" Penjaga pintu itu menghentikan Martin lalu menanyakan perihal wanita yang datang setelah Vincent.     

"Aku akan memeriksanya lebih dulu," sahut Martin sebelum benar-benar masuk dan menghilang masuk ke dalam night club itu.     

Begitu masuk ke dalam, terlihat suasana benar-benar sangat sepi. Hanya terlihat seorang bartender sedang berdiri di meja bar berhadapan langsung dengan seorang pria dan wanita yang duduk sedikit berjauhan. Mereka berdua sama-sama terlihat tidak baik-baik saja. Bahkan dua orang itu terlihat sangat mabuk oleh minuman yang sudah dipesankan.     

Martin pun berjalan ke arah mereka semua. Ia harus mengelus dadanya melihat pemandangan yang cukup mengesalkan dirinya. "Apa kamu sudah gila, Vincent! Kamu sudah menerobos masuk ke dalam night club ini," kesal Martin lalu duduk di dekat Vincent.     

"Untuk apa kamu datang kemari, Martin? Biarkan aku sendiri, aku tak ingin bertemu siapapun lagi." Vincent mengatakan hal itu tidak terlalu jelas. Bahkan pria itu hampir saja kehilangan kesadarannya. Matanya juga sudah terlihat merah dan tidak terbuka dengan sempurna.     

"Lihatlah! Wanita yang datang setelahku itu sepertinya bernasib lebih buruk dariku," lanjut Vincent sembari menunjuk sosok wanita yang sudah lumayan mabuk. Bahkan wanita itu terlihat sudah tak mampu duduk dengan benar dengan menyandarkan kepalanya di meja.     

Martin ikut memandang ke arah yang sama dengan Vincent. Terlihat seorang wanita yang terlihat berantakan karena sudah terlalu mabuk. Bahkan wanita itu terlihat sudah menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol di hadapannya. Meskipun wajah wanita itu tak terlihat, Martin merasa familiar dengan sosok wanita yang duduk tak jauh dari mereka.     

"Apa wanita itu datang sendirian?" tanya Martin pada seorang bartender di depannya.     

"Benar, Tuan. Wanita itu tadi sempat ribut dengan penjaga di depan. Bahkan dia menyebut dirinya seorang jaksa dan akan menutupi night club ini jika tak diijinkan masuk," jelas seorang pria muda yang memakai baju rapi khas seorang bartender.     

"Jaksa?" ulang Martin sembari memperhatikan wanita yang sudah tidak sadarkan diri itu. Ia pun bermaksud untuk memastikan wanita di sebelahnya itu. Martin merasa familiar dengan wanita yang masih menyandarkan kepalanya di meja.     

Dengan hati berdebar dan tak karuan, Martin berjalan lebih dekat ke arah wanita itu. Ia melihat kesedihan yang cukup dalam pada sosok itu. Dalam keraguan di dalam hatinya, Martin menyeka rambut panjang menutupi wajah cantik dari wanita itu.     

"Eliza!" Martin sangat terkejut saat mendapati sosok wanita yang cukup dikenalnya itu. Dia masih tak percaya jika adik dari kawan lamanya itu bisa terlihat hancur dan sangat menyedihkan. "Heii ... bangunlah, Eliza!" seru Martin sembari mencoba untuk membangunkannya.     

"Apakah Anda mengenal wanita ini?" tanya bartender yang sejak tadi harus melayani seorang pria dan wanita yang sama-sama terlihat sangat menyedihkan.     

"Wanita ini adalah adik dari temanku. Biar aku yang mengurus mereka berdua," balas Martin sembari mengeluarkan ponsel miliknya lalu menghubungi seseorang.     

Sudah beberapa saat menghubungi seseorang, sepertinya Martin tak kunjung mendapatkan jawaban. Ia pun memutuskan untuk menghubungi seseorang yang lainnya. Tak berapa lama, akhirnya panggilan itu diterima oleh seseorang yang berada jauh di sana.     

"Kevin! Suruh Laura menjemput Vincent ke night club langganan kita. Pria bodoh itu sudah sangat mabuk hingga hampir kehilangan kesadarannya," jelas Martin sembari memegang ponsel di dekat telinga.     

"Aku sudah menghubungi Brian beberapa kali. Namun tak ada jawaban dari Brian ataupun Imelda. Jika Laura tak datang, kamu juga bisa membantuku untuk membawanya pergi dari sini. Ada yang harus kulakukan sekarang." Martin menjelaskan keadaannya tanpa menyebutkan jika ada Eliza yang juga sudah tak sadarkan diri di tempat yang sama dengan Vincent.     

Dalam beberapa saat kemudian, Kevin sudah datang ke night club. Dia langsung menghampiri Martin yang terlihat cukup cemas melihat keadaan kedua orang yang sudah kehilangan kesadarannya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Martin?" tanya Kevin sangat cemas.     

"Dua orang bodoh ini sungguh sangat merepotkan," keluh Martin sembari membopong Eliza dengan segenap kekuatannya. "Kamu bawa saja Martin ke klinik. Kalau perlu suntikan obat bius agar pria bodoh itu tak bisa kemana-mana," ucap Martin pada Kevin yang masih berdiri di sebelah Vincent.     

Kevin masih memandangi wanita di dalam gendongan Martin. "Bukankah wanita tadi adalah Eliza?" gumamnya sembari membawa Vincent keluar dari tempat itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.