Bos Mafia Playboy

Dosa Davin Mahendra



Dosa Davin Mahendra

0Terlukis sangat jelas ekspresi terkejut yang ditunjukkan Davin Mahendra pada anak dan juga menantunya. Dia tak menyangka jika kedatangan mereka ke ruangannya untuk menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu kelam kedua keluarga itu.     

"Mengapa tidak kamu tanyakan saja pada ayahmu, Adi Prayoga?" Tak langsung memberikan jawaban, Davin Mahendra justru melemparkan sebuah pertanyaan pada menantunya itu.     

"Kami berdua sudah bertanya, beliau berkata jika Papa yang berhak memberitahukan hal itu pada kami," sahut Imelda dengan wajah terlihat tidak sabar untuk mendengar sebuah penjelasan dari ayahnya sendiri.     

Davin Mahendra bangkit dari kursinya, memandang ke sebuah foto dirinya yang berdiri di samping Irene dalam pakaian dinas. Ada rona kesedihan dan juga kekecewaan yang terpancar dari wajahnya.     

"Apa yang bisa kukatakan pada kalian berdua?" Davin Mahendra tiba-tiba saja terlihat telah kehilangan kata-katanya. Seolah ia baru saja tertimpa sebuah beban yang sangat berat.     

"Tidak bisakah Papa menceritakan kebusukan seorang Adi Prayoga yang telah menghancurkan keluarga Papa?" Brian mulai sedikit emosi saat mengingat hubungan terlarang antara ayahnya dan juga ibu dari istrinya sendiri.     

Imelda langsung menajamkan telinganya, saat Brian mengatakan hal buruk tentang ayahnya sendiri. Ia yakin jika ayah mertuanya bukan seseorang yang sejahat itu.     

"Papa Adi tak mungkin melakukan hal seburuk itu. Jangan berpikir yang berlebihan, Brian." Imelda mencoba untuk menenangkan hati suaminya. Ia tak ingin memperburuk suasana ketegangan di antara mereka.     

Setelah beberapa saat berdiri di depan gambar dirinya dan juga Irene, pria itu kembali duduk di dekat anak dan menantunya. Davin Mahendra memandang pasangan itu dalam hati yang cukup gelisah. Ia tak tahu harus menceritakan segalanya dimulai dari mana.     

"Jangan berpikir seburuk itu tentang ayahmu, Brian." Terlihat Davin Mahendra langsung menghela nafasnya cukup dalam. "Segalanya terjadi dimulai dari kesalahanku sendiri," jelas pria yang terlihat begitu terluka setiap kali harus mengingat kejadian dari masa lalunya.     

"Apa maksud, Papa?" Brian dan Imelda menanyakan hal yang sama pada pria di depan mereka. Pasangan itu sangat penasaran dengan segalanya yang sudah terjadi di antara mereka berempat.     

Terlebih Imelda lah yang paling terkejut mendengar ucapan ayahnya sendiri. Dia semakin penasaran dengan sebuah kesalahan yang membuat persahabatan mereka menjadi hancur. Meskipun dua sahabat itu masih saling mempedulikan satu sama lain, tak jarang mereka berdua saling menyakiti tanpa perasaan.     

"Ceritakan semua yang sudah terjadi di antara kalian. Jangan membuat kami terus berpikir dan menerka-nerka dalam ketidakpastian. Tidak bisakah Papa membuka tabir yang selama ini selalu tertutup rapat?" tanya Imelda dalam wajah serius dan juga sudah sangat tidak sabar untuk mendengar penjelasan dari Davin Mahendra.     

Davin Mahendra tersenyum kecut pada permintaan Imelda. Dia tak yakin jika mereka masih bisa memaafkannya jika mendengar sebuah dosa yang pernah dilakukannya terhadap Adi Prayoga. Sebuah dosa besar yang membuat sahabatnya itu sangat kecewa dan juga membenci dirinya.     

"Lebih baik kalian berdua tak mengetahui kebenaran apapun di antara kami," tegas Davin Mahendra dalam perkataan yang sangat menyakinkan.     

"Apa maksud Papa? Kami berhak mengetahui hal itu. Papa justru akan sangat berdosa jika menutupi hal itu dari kami." Imelda mulai tersulut emosi karena Davin Mahendra tak kunjung memberikan jawaban atas permintaan Imelda.     

"Jangan sampai, Papa membuat Brian semakin membenci ayahnya sendiri." Sebuah perkataan kecil dari Imelda justru terdengar seperti ancaman bagi seorang Davin Mahendra.     

Pria itu terdiam dalam berbagai kebimbangan di dalam hatinya. Ia takut jika kebenaran itu terungkap, mereka semua justru akan membenci dirinya. Namun ia berpikir jika mereka berdua mengetahui penyebab hancur dua keluarga itu. Terlebih Brian, ia berhak mengetahui kebenaran itu agar menantunya itu tidak terus membenci ayahnya sendiri.     

"Dari awal memang itu semua adalah dosaku," sahut pria yang sudah kehilangan wibawanya di hadapan Imelda dan Brian. Ia bahkan tak peduli lagi jika ada yang menilai dirinya sangat menyedihkan.     

Tiba-tiba saja Brian bangkit dari yang seakan hampir memecahkan kepalaku." Brian terlihat sangat memohon pada ayah mertuanya itu. Dia tak mungkin menanyakan hal itu pada Natasya. Ia berpikir jika ibunya itu justru bisa mengatakan kebohongan padanya.     

Imelda juga ikut memohon pada ayahnya itu. Dia tak ingin membiarkan Brian berlutut sendirian. Lebih baik ia berada di sebuah tempat yang sama di mana Brian juga berada.     

"Apa-apaan kalian berdua! Cepat berdiri dan kembali duduk di kursi kalian," protes Davin Mahendra pada pasangan suami istri yang sedang berlutut di depannya.     

"Jika kalian tak segera berdiri, aku tak akan mengatakan apapun tentang sebuah kebenaran yang ingin kalian dengar itu." ancam Davin Mahendra pada mereka berdua. Dia tak pernah main-main dengan ucapannya sendiri. Jika pasangan itu tak segera bangkit, ia akan memilih untuk mengubur kebenaran itu dari pada harus mengungkit luka di hatinya.     

Ternyata ancaman itu sangat berhasil membuat Imelda dan juga Brian langsung bangkit dari hadapan Davin Mahendra. Mereka berdua dengan berat hati kembali ke tempat duduknya. Informasi mengenai kebenaran dari masa lalu Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga sangatlah penting bagi mereka berdua. Tak mungkin pasangan itu melewatkannya begitu saja.     

"Cepatlah Papa ceritakan kepada kami." Hati Imelda berdebar-debar menantikan kebenaran yang sebentar lagi akan dibuka oleh ayahnya sendiri.     

"Tenanglah dulu!" ujar Davin Mahendra sebelum beranjak ke sebuah almari yang berada di pojok ruangan itu.     

Beberapa saat membongkar almari, Davin Mahendra akhirnya menemukan beberapa barang yang sejak tadi dicarinya. Dia ingin memperlihatkan sesuatu yang sangat penting bagi hubungan persahabatan di antara mereka.     

"Lihatlah gambar kebersamaan kami berempat," ucap Davin Mahendra sembari memberikan beberapa foto yang memperlihatkan kedekatan di antara empat sahabat dekat itu.     

"Aku pernah melihat gambar ini di rumah Papa Adi. Bahkan gambar di rumah Brian itu jauh lebih besar dari ini," sahut Imelda dalam wajahnya yang tidak terlalu terkejut.     

Davin Mahendra bisa melihat jika anaknya itu sama sekali tak melihat apa yang sebenarnya ingin ditunjukkannya. "Coba kamu lihat dengan benar!" ujar pria yang mulai cemas memikirkan semua yang mungkin saja bisa menjadi lebih buruk lagi.     

Brian dan Imelda sama-sama memperhatikan gambar itu dengan seksama. Dengan suara hening dan wajah yang sangat serius. Mereka begitu fokus melihat secara detail sebuah gambar yang memperlihatkan hubungan empat sekawan antara Davin Mahendra, Adi Prayoga, Irene dan Natasya.     

"Tunggu! Bukankah ini .... " Imelda baru saja menyadari sesuatu yang penting dari foto itu. Dia justru telah kehilangan kata-katanya sendiri.     

"Benar! Adi Prayoga dan Irena adalah sepasang kekasih." Meskipun berat, Davin Mahendra harus mengatakan kebenaran itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.