Bos Mafia Playboy

Keributan Di Kediaman Prayoga



Keributan Di Kediaman Prayoga

0Brian baru saja membersihkan dirinya setelah hampir semalam dia tak tidur dengan nyenyak. Imelda terus saja meminta dirinya untuk mengelus perutnya yang sudah mulai sedikit membuncit. Begitu keluar dari kamar mandi, dia langsung disuguhkan sebuah pemandangan yang menarik hatinya. Imelda masih terlelap dengan wajah cantik yang selalu berhasil menggoda Brian. Rasanya ia tak sanggup untuk tak menyentuh wanita itu.     

Sebuah belain lembut dan penuh kasih sayang diberikan Brian pada istrinya. Kemudian pria itu mendapatkan sebuah kecupan hangat di kening Imelda. "Selamat pagi, Sayang," sapanya pada wanita yang selalu berhasil membuat dirinya seolah tak berdaya.     

Imelda yang merasakan setiap sentuhan dan juga kecupan suaminya, berangsur membuka mata. "Kamu sudah bangun, Brian?" tanyanya dengan suaranya serak dan tak terlalu jelas.     

"Aku baru saja selesai mandi, Sayang. Tubuhku terasa sangat gerah,"jawab Brian sambil terus memberikan belaian lembut kepada suaminya.     

"Maaf ... semalam aku sudah sangat menyusahkanmu," sesal Imelda dalam wajah yang terlihat sedih. Dia merasa kasihan pada suaminya karena hampir semalaman tak memejamkan matanya.     

Brian justru merasa sangat senang saat Imelda bermanja-manja terhadap dirinya. Itu artinya, wanita itu sudah sepenuhnya menganggap ia adalah suaminya. "Sayang ... mau kubantu untuk mandi?" tanyanya setengah berbisik pada istrinya.     

"Aku bisa mandi sendiri saja, Brian. Kamu bisa membuatkan aku segelas jus buah saja," pinta Imelda pada pria yang sejak tadi terus memandangi wajahnya.     

Brian langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi. "Aku akan menyiapkan dulu air hangat untukmu, setelah itu aku baru membuat jus buah," balas pria yang sudah berjalan masuk ke dalam kamar mandi.     

Begitu semua persiapan telah selesai, Imelda langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Brian langsung menunju ke dapur untuk menyiapkan jus buah permintaan istri. Baru beberapa menit berada di dapur, seorang bodyguard datang menemuinya.     

"Bos! Ada beberapa orang yang membuat keributan di kediaman utama. Mereka tak akan pergi jika Anda tak datang, mereka semua tak akan pergi dari kediaman keluarga Prayoga," jelas seorang bodyguard itu dengan panjang lebar. Terlihat wajah cemas yang ditunjukkan oleh pria tinggi besar di hadapannya itu.     

"Apakah penjaga di rumah Papa sudah mengusir mereka semua?" tanyanya Brian sambil memotong beberapa buah yang akan dijadikan jus untuk istrinya.     

Bodyguard itu menunjukkan sebuah video di mana orang-orang tak dikenal itu membuat kekacauan di rumahnya. "Lihatlah, Bos," ucapnya.     

"Bagaimana Martin akan mengurus mereka semua?" Brian hanya berpikir jika orang kepercayaan dari ayahnya itu pasti bisa menangani hal seperti itu.     

Dengan wajah yang terlihat ketakutan, pria yang bekerja untuk keluarga Prayoga itu memandang bos-nya. Lebih tepatnya anak dari bos-nya. Anak dan ayah sama-sama dipanggil bos oleh mereka semua. "Ponsel Martin tidak aktif sejak semalam, Bos," jawabnya.     

Brian terlihat berpikir sambil terus membuat jus buah untuk istrinya. Dia tak yakin bisa keluar sendirian dari rumah itu. Terlebih, ia sudah berjanji akan menemani Imelda untuk menjenguk Vincent ke rumah sakit. "Aku akan berbicara dengan istriku sebentar, kalian juga tahu sendiri bagaimana istriku itu." Brian membawa segelas jus buah itu menuju ke kamarnya.     

Di waktu yang bersamaan, Imelda baru saja akan keluar dari kamarnya. Dia melihat ada yang aneh dari wajah suaminya itu. "Ada apa, Brian?" tanyanya cemas.     

Brian pun menarik tangan Imelda dan mengajaknya duduk di sebuah kursi di depan kamarnya. "Minumlah dulu jus buahnya, setelah itu aku akan mengatakannya padamu," sahut Brian dengan suara lembut penuh perhatian.     

Imelda langsung mengambil segelas jus dari tangan Brian lalu meminumnya sampai habis. "Cepatlah katakan sekarang." Seolah sudah tidak sabar, wanita itu pun mendesak suaminya agar mengatakan apa yang sebenarnya telah terjadi.     

"Ada beberapa orang tak dikenal mendatangi kediaman Prayoga. Mereka sedang mencari keberadaanku. Bahkan mengancam akan menghancurkan rumah itu jika aku tak muncul." Brian mencoba untuk mengatakan semua yang sudah dikatakan oleh bodyguard tadi. Sebenarnya dia cukup cemas jika Imelda akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya.     

Wanita itu menatap jam dinding besar di rumah itu lalu berpikir sejenak. Dia harus memikirkan sebuah solusi untuk mereka berdua. "Aku akan menemanimu bertemu mereka semua lalu baru kita ke klinik untuk melihat keadaan Kak Vincent," saran Imelda kepada suaminya.     

"Itu terlalu berbahaya, Sayang. Biar aku saja yang menemui mereka sendiri," sahut Brian sangat menyakinkan.     

"Jika aku tak ikut denganmu, lebih baik aku kamu juga tak pergi dari rumah ini," tegas Imelda sambil berjalan menuju ke pintu depan. Dia pun berdiri di depan rumah sambil menatap beberapa bodyguard yang sedang mekihat ke arahnya.     

"Gembok gerbangnya! Jangan sampai ada yang keluar tanpa seijinku." Tanpa keraguan sedikit pun Imelda memberikan sebuah perintah yang tak mungkin ditolak untuk mereka semua.     

Beberapa orang yang mendengar hal itu langsung memberitahukan kepada penjaga gerbang di rumah itu. Benar saja ... gerbang tinggi itu Lang digembok sesuai perintah Imelda. Tak ada yang berani membantah wanita itu.     

Brian yang mengetahui hal itu langsung berlari keluar menyusul istrinya. Dia pun menghampiri Imelda dengan wajah cemas dan tentunya sangat bingung dengan tindakan yang baru saja diambil oleh Imelda.     

"Apa maksud semua ini, Sayang? Kenapa gerbangnya malah digembok?" Brian langsung menanyakan hal itu karena tak mengerti dengan alasan Imelda akan semua tindakannya itu.     

Imelda tersenyum sinis pada suaminya sendiri. Dia tak peduli jika Brian akan marah terhadap dirinya. "Aku sudah mengatakan, jika hanya kamu yang pergi sendirian ... lebih baik kamu tetap di sini," tegas Imelda dalam satu tarikan nafas. Ucapan itu terdengar sangat tegas dan cukup menyakinkan.     

Merasa tak ada pilihan lain, Brian pun akhirnya menyetujui permintaan Imelda tadi. "Baiklah, Sayang. Kita akan pergi bersama, tak peduli apa yang kan ada di depan kita." Brian tersenyum hangat pada istrinya lalu beralih pada beberapa bodyguard yang berada tak jauh darinya.     

Tanpa menunggu lama, Brian dan Imelda langsung berangkat ke kediaman Prayoga dengan pengawalan ketat dari beberapa bodyguard. Mereka berdua juga tak ingin jika hal buruk sampai menimpa.     

Sampai di depan rumah besar yang cukup mewah, Imelda dan Brian langsung turun dari mobilnya. Beberapa orang langsung memberikan sebuah sambutan dan juga ancaman untuknya.     

"Seret pria ini!" Seorang pria berteriak pada anak buahnya agar segera membawa Brian pada orang suruhannya.     

Imelda langsung berdiri di depan suaminya agar Brian tidak benar-benar diseret oleh mereka semua. "Jangan coba-coba menyentuh suamiku!" ancam Imelda pada beberapa pria itu sudah bersiap untuk menangkap Brian.     

"Besar juga nyali wanita ini!" cibir seorang dari mereka sambil melirik Imelda dengan tatapan menjijikkan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.