Bos Mafia Playboy

Siapa Nama Wanita Itu?



Siapa Nama Wanita Itu?

0Brian sudah cukup lama menunggu Imelda yang tak kunjung kembali di sana. Tak ingin duduk seorang diri, ia pun berinisiatif untuk menyusul istrinya itu. Dari kejauhan, Brian melihat Imelda sedang berjalan di samping seorang pasien yang duduk di kursi roda. Dia mempercepat langkahnya untuk menyusul sang istri yang terlihat tergesa-gesa membawa pasien itu keluar.     

"Sayang!" teriak Brian sambil mempercepat langkah keluar menuju depan klinik. Terlihat dari pandangannya, Imelda sudah berdiri di samping mobil Martin yang sudah akan berjalan.     

Begitu mobil itu pergi, Imelda mendorong kursi roda yang tadinya dipakai oleh pasien. Dengan langkah yang pelan namun pasti, ia pun kembali masuk ke klinik Kevin. Wanita itu mengembangkan sebuah senyuman hangat pada pria yang sedang berdiri sambil memandanginya.     

"Apa yang kamu lakukan di sini, Brian?" tanya Imelda sambil terus berjalan masuk mendorong kursi roda itu.     

"Aku bosan menunggumu sendirian di sana, jadi kuputuskan untuk menyusul ke sini. Apakah wanita tadi salah satu korban kecelakaan beruntun itu?" Brian bertanya sambil terus memandangi wajah cantik istrinya.     

Imelda membersihkan tangannya dengan cairan antiseptik lalu memeluk lengan suaminya. "Kasihan wanita itu ... tidak ada anggota keluarganya yang bisa datang untuk merawat. Ada sedikit cidera di kepala dan juga tangannya. Yang paling parah, kaki kirinya tak bisa digerakkan. Oleh karena itu, aku memberikan surat rujukan untuk ke rumah sakit yang lebih besar." Imelda menjelaskan panjang lebar kepada suaminya, ia merasa prihatin pada pasien tadi.     

"Sudahlah, Sayang. Yang penting pasien tadi sudah mendapatkan perawatan yang lebih baik di rumah sakit lain," sahut Brian sembari memberikan belaian lembut pada istrinya. "Kenapa harus Martin yang membawanya ke rumah sakit? Bukankah ada mobil ambulans di klinik ini?" tanyanya penasaran.     

"Mobil ambulans sudah dipakai untuk mengantarkan pasien lain ke rumah sakit. Sedangkan wanita tadi juga tak bisa menunggu lebih lama. Jadi Dokter Kevin meminta bantuan Martin untuk membawanya ke rumah sakit." Imelda mencoba menjelaskan semuanya pada pria yang berdiri di sebelahnya.     

Brian menyuruh istrinya untuk duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari sana. Dia pun menghampiri Kevin yang masih sibuk membersihkan luka goresan pada pasien lainnya. "Apa kamu tidak berniat menambahkan dokter di klinik ini? Kulihat kamu cukup kerepotan untuk mengurus pasien-pasien tadi," ucapnya pada seorang dokter yang juga sahabat dekatnya.     

"Tak masalah jika tak ada pasien yang datang bersamaan seperti tadi." Kevin memberikan jawaban sambil menutup luka pada pasien yang sedang ditangani. "Saya sudah membersihkan lukanya. Jika Anda berkenan, lebih baik malam ini beristirahat saja di klinik. Ini sudah cukup larut," bujuk Kevin pada seorang wanita paruh baya yang menjadi korban kecelakaan itu.     

Pasien itu langsung tersenyum tulus pada Kevin dan menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Dokter. Saya akan beristirahat di sini satu malam," sahut pasien itu.     

"Saya akan meminta perawat mengantarkan Anda ke ruang perawatan," balas Kevin dengan wajah yang sangat ramah dan juga cukup perhatian terhadap pasiennya.     

Pasien itu langsung menuju ke ruang perawatan dengan seorang perawat yang mengantarkannya. Kevin langsung melemparkan tatapan tajam pada pria di sebelahnya itu. Mengisyaratkan banyak kata yang ingin diungkapkannya.     

"Apa kamu tadi juga melihat pasien wanita yang ditangani oleh Dokter Imelda?" tanya Kevin dalam sorot mata yang dingin dan terlukis kegelisahan di dalamnya.     

Brian cukup bingung mendengar pertanyaan Kevin kepadanya. Dia sama sekali tak mengerti, apa yang dimaksudkan oleh dokter yang juga sahabatnya itu. "Tentu saja aku melihatnya. Kamu sendiri juga tahu saat aku berlari menyusul istriku," sahut Brian masih dalam wajah yang bingung.     

"Bodoh! Apa kamu melihat wajah wanita itu?" Kevin mulai terlihat kesal pada pria yang masih saja berdiri di dekatnya.     

"Aku hanya melihatnya sekilas," jawab pria yang menjadi suami dari seorang dokter bedah yang diidolakan oleh Kevin itu.     

Seketika itu juga, Kevin langsung menghela nafasnya. Dia berpikir jika Brian melihat wajah wanita yang ditangani oleh Imelda ... tentu saja Brian tak bisa setenang sekarang. Apalagi bisa berdiri tegak sambil memperlihatkan keangkuhan di dalam dirinya.     

"Wanita itu adalah Eliza!" sahut Kevin.     

Seketika itu juga, Brian langsung terbatuk-batuk karena sangat terkejut dengan ucapan Kevin. Wajahnya memucat saat itu juga. Tiba-tiba saja dunia seolah berubah gelap di mata Brian. Jantungnya terasa berhenti berdetak untuk beberapa detik.     

"Jangan bercanda kamu, Kevin!" seru Brian dengan wajah cemas dengan hati yang sangat berdebar-debar. Mendadak ia kehilangan akal sehatnya, Brian sama sekali tak bisa memikirkan apapun lagi. Hanya ketakutan dan perasaan was-was yang menghantuinya.     

Kevin tersenyum kecut melihat wajah pucat Brian yang seolah tanpa daya. "Kamu pikir aku bisa bercanda untuk hal seperti ini?" tegasnya dalam ekspresi dingin yang juga terlihat cemas.     

"Apakah Imelda mengetahui hal itu?" Brian terlihat semakin takut membayangkan yang tidak-tidak antara Imelda dan juga Eliza.     

"Semoga Dokter Imelda tak menyadari hal itu." Sebuah harapan kecil yang penuh arti diucapkan Kevin pada wanita yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari dirinya. "Dokter Imelda!" Kevin sengaja menyapa kedatangan Imelda agar Brian menyadari kehadiran wanita yang menjadi istrinya itu.     

Brian langsung membalikkan badannya dan memandang Imelda yang sudah berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. "Sayang!" sapanya pada sang istri. Meskipun ia sudah berusaha untuk menutupi perasaannya, Brian tetap tak pernah bisa mengelabui Imelda.     

Wanita itu langsung menatap suaminya penuh selidik. Ada sesuatu yang membuatnya sangat penasaran terhadap kegelisahan yang sedang ditunjukkan oleh Brian. Tak berapa lama, Imelda sudah berdiri tepat di hadapan suaminya. Memandang wajahnya dengan penuh arti dan juga tanda tanya besar di dalam hatinya.     

"Apakah kamu sedang sakit, Brian?" tanya Imelda. Wanita itu menyentuh kening suaminya untuk memastikan sendiri kondisi suaminya. "Wajahmu terlihat pucat Brian," cemasnya pada seorang pria yang masih berdiri tanpa mengalihkan pandangan darinya.     

Sebuah senyuman yang hangat dan juga penuh arti terlukis jelas di wajah Brian. Dia sangat bahagia mendapatkan perhatian yang spesial dari istrinya. "Aku baik-baik saja, Sayang. Mungkin aku hanya mengantuk saja," kilahnya dalam pertempuran batin di dalam hati.     

Sekuat tenaga, Brian menutupi kegelisahan di dalam hati. Dia tak ingin memperlihatkan kecemasan di dalamnya. "Sayang ... apa kamu sempat menanyakan nama pasien tadi?" Sebuah pertanyaan yang cukup mendebarkan dan siap meledakkan jantung Brian.     

"Seorang dokter jelas harus mengetahui nama pasiennya. Apakah ada yang salah?" Imelda pun menjadi penasaran terhadap pertanyaan dari suaminya itu.     

"Siapa nama pasien wanita tadi, Dokter Imelda?" sahut Kevin sebelum Brian membalas ucapan istrinya. Dia juga ikut penasaran, apakah Imelda menyadari jika Eliza adalah pasiennya tadi? Kevin menjadi sangat tidak sabar untuk mendapatkan jawaban.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.