Bos Mafia Playboy

Kisah Martin



Kisah Martin

0"Kalian adalah ... apa?" sahut Martin dengan sorotan mata dingin penuh kekesalan. Dia sama sekali tak mengerti dengan pola pikir Brian terhadapnya. Sejak awal, anak dari bos-nya itu selalu mengungkit kedekatan dirinya dan Vincent.     

"Bukankah kamu juga sangat dekat dengan Kevin? Bahkan sejak kalian berdua kuliah, Kevin selalu berada di dekatmu," balas Martin dengan senyuman sinis penuh kemenangan. Dia sangat tahu siapa saja yang pernah dekat dengan Brian. Kebetulan sekali, Adi Prayoga yang membiayai kuliah Kevin hingga menjadi seorang dokter. Oleh karena itu, Kevin mengabdikan diri kepada keluarga Prayoga. Bahkan melakukan beberapa operasi ilegal sekalipun.     

Brian terlihat tak senang dengan ucapan Martin kepadanya. "Jangan mengungkit hal itu! Kamu juga tahu jika Kevin menjalani kehidupan yang sulit," sahutnya sembari memandang pria di sebelahnya itu.     

Imelda yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka menjadi sangat penasaran dengan sosok Kevin. Dia pun ingin sekali mendengar kisah hidup seorang pria yang berprofesi sebagai dokter itu. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Dokter Kevin?" tanyanya sambil memandang kedua pria itu secara bergantian.     

"Kevin ditemukan oleh Papa di sebuah pinggiran jalanan yang sangat sepi. Saat itu, ia dalam keadaan pingsan dan terluka sangat parah. Sayangnya, Kevin tak pernah mengingat apapun tentang masa lalunya sebelum dia pingsan," ungkap Brian dalam kesedihan yang cukup jelas di wajahnya.     

Martin menganggukkan kepalanya, ia juga bersama Adi Prayoga saat itu. Bahkan Martin juga yang membawa Kevin ke rumah sakit dengan beberapa luka di tubuhnya. "Sebenarnya ... kami tak pernah tahu siapa nama aslinya. Kevin tak pernah mengingat apapun dari masa lalunya. Kenangan yang diingatnya adalah saat-saat bersama Brian." Martin menambah sesuatu yang diketahuinya tentang dokter pribadi keluarga Prayoga itu.     

"Seperti kisah dalam film-film saja." Imelda sengaja mengatakan hal itu untuk memecahkan ketegangan di antara mereka. Padahal dia cukup terkejut dengan sebuah kebenaran baru yang diterimanya.     

"Apa kamu jadi merasa kasihan dengan Kevin, Sayang?" goda Brian pada istrinya. Dia melihat jika Imelda sedang menutupi kecemasan di dalam hatinya. Meskipun terdengar suara tawa yang lepas, Brian dapat merasakan kegelisahan hati Imelda.     

Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Imelda justru terdiam tiba-tiba. Seolah ia sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat dan mengganggunya. "Rasanya terlalu aneh saja." Wanita itu memberikan jeda dalam ucapannya, kembali memikirkan sebuah kisah yang cukup membuatnya bertanya-tanya. "Mengapa kisah hidup kita terlalu rumit dan sangat menyedihkan?" Imelda sangat penasaran dengan takdir yang yang harus dilaluinya.     

"Mungkin hanya Martin yang memiliki hidup lebih baik," sahut Brian dengan sedikit keraguan di dalam hatinya.     

"Siapa bilang?" tanya Martin tanpa memandang pasangan suami istri di sampingnya. "Bahkan kehidupanku lebih mengerikan dari kalian berdua," lanjutnya dalam sorot mata yang memperlihatkan kesedihan yang sangat memilukan.     

Brian dan Imelda saling melemparkan tatapan satu sama lain. Mereka berdua sama sekali tak mengetahui kehidupan Martin sebelum bergabung dengan Adi Prayoga. "Bukankah kamu dari keluarga terpandang hingga bisa menjadi seorang pasukan khusus?" tanya Imelda pada pria yang lebih banyak bersikap dingin daripada menunjukkan kehangatan di dalam dirinya.     

"Aku dan Marco dibesarkan di sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Kedua orang tua kami meninggal dalam kecelakaan saat kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Sedangkan ayah dan ibuku adalah seorang perantau, tidak ada saudara yang bisa menampung kami berdua. Hingga akhirnya, warga desa membawa kami ke panti asuhan," cerita Martin tentang sebuah kisah yang cukup memilukan baginya     

Imelda semakin tak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya. Kehidupan Martin jauh lebih mengerikan dari hidupnya. Paling tidak, Imelda masih bisa merasakan kehidupan bergelimang harta meskipun harus kehilangan ibunya. "Bukankah ini adalah takdir yang aneh?" tanyanya lagi.     

"Tidak ada yang aneh," tegas Martin pada menantu dari Adi Prayoga itu. "Aku bersyukur bisa bertemu dengan bos Adi Prayoga. Dia membuat aku bisa berpikir lebih terbuka dan membuatku bisa menerima segalanya," jelasnya dengan sangat menyakinkan. Martin juga tak pernah menyangka jika Adi Prayoga akan hadir di dalam hidupnya.     

"Aku sempat berpikir jika semua orang yang dekat denganku pasti akan menghilang. Dimulai dari kedua orang tuaku yang meninggal dalam sebuah kecelakaan. Kemudian Johnny Hartanto yang tiba-tiba saja resign dari sebuah jabatan di pasukan khusus. Begitu aku cukup dekat dengan Vincent, dia juga meninggalkan aku begitu saja. Tanpa mengatakan apapun padaku." Martin mencoba menceritakan kisah hidupnya yang sangat menyedihkan.     

Martin masih sangat mengingat kejadian di dalam hidupnya itu. Hingga suatu hari di saat dia sedang mabuk di sebuah club malam, ada seorang rivalnya di pasukan khusus datang dan memukulinya sampai babak belur. Untung saja, Adi Prayoga datang dan menyelamatkannya dari kegilaan rekannya sendiri.     

Sejak saat itu, Martin berjanji akan mengabdikan dirinya pada Adi Prayoga. Tak peduli bisnis apa yang sedang dijalaninya. Martin merasa jika Adi Prayoga adalah pria yang sangat baik dan juga sangat peduli dengan keselamatannya.     

"Bagaimana dengan Marco? Aku sangat penasaran, bagaimana dia bisa menjadi anak buah Papa?" Imelda menjadi sangat tertarik dengan kisah kehidupan Martin dan juga adiknya, Marco.     

Martin langsung tersenyum mengingat adik satu-satunya itu. "Marco lebih parah dariku. Setelah lulus SMA, aku memaksanya untuk kuliah. Kupikir gajiku menjadi pasukan khusus sudah lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahnya. Coba kalian tebak, apa yang dia lakukan dengan uang dari hasil aku bekerja mempertaruhkan hidup dan mati?" tanyanya pada pasangan di depannya.     

"Dia memakai uangnya untuk bersenang-senang di club malam," tebak Imelda sembari tersenyum melihat Martin yang juga terus tersenyum.     

"Salah besar!" sahut Martin dengan cepat.     

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Marco?" Brian juga sangat penasaran pada anak buah dari ayahnya itu.     

Sebelum membuka tentang kisah dari adiknya, Martin memandangi mereka berdua satu persatu. Dia bisa melihat wajah penasaran dari mereka berdua. "Dia menghabiskan semua uang itu di warnet, bukannya untuk kuliah. Dari sanalah Marco belajar meretas sistem keamanan jaringan. Dia berhasil meretas sistem keamanan badan intelijen dan Davin Mahendra akhirnya berhasil menangkapnya," ungkap Martin sembari senyum-senyum sendiri.     

"Dari sanalah diketahui kemampuan Marco sebagai seorang hacker yang cukup kompeten. Davin Mahendra kemudian merekrut Marco menjadi anak buahnya," lanjut Martin dalam wajah yang cukup bangga pada adiknya sendiri.     

"Kalian berdua benar-benar luar biasa. Jika aku belum menikah, ingin rasanya aku menikahi salah satu dari kalian berdua." Imelda tanpa sadar telah membuat Brian terbakar api kecemburuan yang cukup membara.     

Sebuah tatapan tajam langsung dilemparkan Brian pada istrinya itu. Dia merasa Imelda seolah telah jatuh cinta pada pria lain. "Apa maksud ucapanmu, Sayang?" tanyanya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.