Bos Mafia Playboy

Jangan Sentuh Aku!



Jangan Sentuh Aku!

0Mendadak ... jantung Brian seolah berhenti berdetak. Dunia seakan runtuh saat itu juga. Rasanya terlalu berat untuk menghadapi seorang wanita yang sedang berdiri di hadapannya. Meskipun ia tak melakukan kesalahan, Brian cukup ketakutan. Dia takut jika Imelda salah paham terhadapnya. Apalagi ... setelah wanita itu mengikrarkan perasaannya, istrinya itu menjadi begitu mudah cemburu.     

"Sayang ... jangan salah paham. Aku akan jelaskan semuanya," ucap Brian pada istrinya.     

"Apa yang harus kamu jelaskan? Bukannya kamu berkata 'jangan salah paham' dengan ucapanmu," sahut Imelda dengan tatapan aneh yang tentu saja sangat kesal. Wanita itu langsung membalikkan badannya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.     

Brian langsung menarik rambutnya sendiri sambil berlari mengejar istrinya. "Sayang, tunggu aku!" teriaknya sambil terus mempercepat langkah kakinya.     

Tanpa mempedulikan suara panggilan sang suami, Imelda langsung masuk ke dalam kamar dan sedikit membanting pintu. Dia langsung masuk ke kamar mandi, merasakan kekecewaan yang mendalam terhadap Brian. Imelda tak menyangka jika pria yang dicintainya itu akan melakukan sebuah pertemuan dengan seorang wanita di belakangnya. Hatinya hancur berkeping-keping mendengar pengkhianatan Brian kepadanya.     

"Aku menyesal, Brian. Aku menyesal telah mencintaimu .... Seharusnya aku tahu jika kamu tak mungkin bisa berubah," ucap Imelda dalam posisi terduduk di lantai kamar mandi dengan guyuran air shower yang mengalir cukup deras. Bersama derai air mata yang tak lagi nampak karena bercampur dengan air mengalir.     

Begitu masuk ke dalam kamar, Brian melihat Imelda tak ada di sana. Dia pun mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, ia masuk dan melihat Imelda terduduk di lantai samping memeluk lututnya sendiri. Guyuran air telah membasahi seluruh bagian tubuhnya.     

"Sayang ... apa yang kamu lakukan?" Brian bertanya dengan suara bergetar dan genangan air mata yang tiba-tiba memenuhi kelopak matanya. Dia langsung mematikan air lalu menarik selembar handuk untuk menyelimuti tubuh istrinya. Pria itu langsung memeluk Imelda dengan sangat erat, tenggelam dalam rasa bersalah yang begitu besar. "Ayo kita ganti bajumu dulu, Sayang," ajak Brian sambil membantu wanita itu berdiri.     

"Jangan sentuh aku, Brian!" Imelda menghempaskan tangan Brian yang tadinya berada di pundaknya. Dia memaksakan diri untuk berjalan sendiri meskipun kakinya sangat gemetar karena terlalu lama berada di air. Kekecewaan dan juga amarah di dalam hatinya telah membekukan perasaan cintanya pada suami.     

Rasanya seperti jutaan pedang menghujam seluruh tubuhnya, setiap kata penolakan dari Imelda telah membuat Brian sangat terluka. Pria itu pun keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri sang istri yang duduk di depan meja rias. "Biar aku yang membantumu mengerikan rambut," bujuk Brian dengan suara lembut.     

"Sudah kubilang ... jangan menyentuh aku, Brian!" tegas Imelda lalu bangkit dari kursi. Kemudian ia memilih untuk keluar dari kamar itu tanpa melihat Brian sedikit pun.     

Dalam kesedihan dan kekecewaan di dalam hatinya, Imelda duduk sendirian di halaman belakang. Dia berpikir jika tempat itu adalah sebuah tempat paling aman untuknya mencurahkan seluruh luka hatinya. Dengan kicauan burung yang begitu merdu, berhiaskan bunga-bunga di sekeliling tempat itu ... Imelda kembali menumpahkan butiran air dari pelupuk matanya.     

Rasanya begitu menyakitkan baginya. Sebuah cinta yang seharusnya membuat dirinya bahagia, justru menorehkan sebuah luka yang sangat dalam. "Tak seharusnya aku jatuh cinta padamu, Brian ... " sesalnya dengan tatapan kosong ke arah kolam ikan di taman itu. Lagi-lagi air matanya mengalir begitu deras, membasahi seluruh wajah cantiknya.     

Brian yang tadinya mau menyusul istrinya mendadak langsung menghentikan langkah. Dia bisa mendengar dengan sangat jelas, setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Imelda. Seperti sebuah pedang yang baru saja menancap tepat di jantung. Rasanya begitu sesak dan sangat menyakitkan baginya.     

"Sayang ... beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya," pinta Brian pada wanita yang masih melamun dengan tatapan kosong. Dia pun duduk di samping istrinya. Meskipun tak terlalu dekat, paling tidak Brian bisa berada di dekat wanita yang dicintainya itu.     

Seolah tanpa daya, Imelda menolehkan wajahnya ke arah Brian. Menatap suaminya itu tanpa ekspresi apapun. "Apa yang ingin kamu jelaskan padaku, Brian?" tanyanya lirih.     

"Tentang wanita itu, Eliza .... " Brian mencoba menjelaskan hal itu pada istrinya. Sayangnya, wanita itu justru memotong pembicaraan suaminya sendiri.     

"Lakukan saja sesukamu, Brian. Temui wanita itu, aku tak akan melarang apapun yang menjadi kesenanganmu," sela Imelda pada suaminya. Bahkan wanita itu seolah menunjukkan sisi ketidakpedulian terhadap Brian.     

Seketika itu juga jantung Brian seolah akan meledak keluar dari tempatnya. "Cukup, Sayang! Kamu sudah sangat keterlaluan, tak sedikit pun kamu berusaha untuk mendengarkan penjelasan dariku," tegas Brian dengan penekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.     

Imelda tersenyum kecut pada suaminya itu. Bangkit dari tempat duduknya lalu menatap Brian dengan tatapan yang tidak berdaya. "Santai saja, Brian. Aku akan baik-baik saja. Aku bukan wanita lemah seperti yang kamu .... " Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Imelda sudah jatuh pingsan.     

Untung saja, Brian dengan cepat menangkapnya. "Sayang! Apa yang terjadi denganmu?" teriak Brian dengan wajah panik sambil berlari masuk ke dalam rumah. "Cepat panggil Dokter Kevin!" teriaknya dengan sangat panik. Dia langsung membaringkan Imelda di ranjang kamarnya. Dengan perasaan cemas yang seolah sudah memuncak sempurna di kepalanya.     

"Sayang!" Brian menggenggam tangan Imelda yang begitu dingin. Dia sangat ketakutan dengan keadaan istrinya itu. Apalagi setelah melihat wajah Imelda yang sangat pucat. Hatinya berdesir hebat, Brian tak ingin hal buruk menimpa istri dan anaknya.     

Dalam beberapa menit, Kevin yang baru saja datang langsung masuk ke dalam kamar sahabatnya itu. "Apa yang terjadi dengan Dokter Imelda?" Sebuah pertanyaan langsung dilontarkan oleh Kevin begitu melihat wanita itu terbaring dengan wajah sangat pucat.     

Kevin langsung memeriksa dan memastikan keadaan Imelda dengan beberapa peralatan yang sudah dibawanya. Sebagai seorang dokter, dia ingin memastikan jika wanita di depannya itu dalam kondisi yang baik. "Apa yang sudah kamu lakukan padanya?" Kevin bertanya dengan sedikit berteriak karena Brian tak memberikan jawaban atas pertanyaannya yang tadi.     

"Imelda sudah salah paham terhadapku, dia langsung masuk ke kamar mandi dan mengguyur dirinya .... " Brian terlihat sangat bingung menjelaskan kronologi kejadian itu. "Saat dia di tanam, tiba-tiba langsung pingsan," lanjutnya dengan wajah cemas.     

"Apa yang sudah membuatnya salah paham?" tanya Kevin pada sahabatnya sendiri.     

Brian yang masih menatap Imelda langsung mengalihkan pandangannya pada Kevin. "Imelda tak sengaja mendengar pembicaraanku dengan dua bodyguard di rumah ini ... jika aku akan menemui Eliza," terangnya.     

Sebuah pukulan langsung mendarat di wajah Brian. "Brengsek kamu, Brian! Jika kamu tak siap menikahi Dokter Imelda, biar aku saja yang menikahinya," seru Kevin dengan wajah geram.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.