Bos Mafia Playboy

Seminar Dadakan



Seminar Dadakan

0Imelda semakin tak mengerti dengan kelakuan Brian yang semakin tidak masuk akal. "Dasar gila!" ucapnya kesal sebelum meninggalkan pria yang terlihat gelisah dengan wajah bingung.     

Wanita itu pun mengambil ponsel yang tadi dibawa Martin untuknya. Kemudian memasang kartu yang tadinya berada di ponsel yang hancur itu. Baru saja menyala, tiba-tiba ponsel itu berdering cukup nyaring. "Iya, ada apa?" tanyanya pada seseorang di dalam ponsel itu.     

"Bukankah papaku sudah mengajukan surat cuti?" tanyanya lagi pada lawan bicaranya. "Hanya seminar saja?" Imelda terlihat menghela nafasnya perlahan. "Kirimkan saja undangan dan juga materi yang harus ku bawakan. Statusku hanya pengganti saja, aku tak ingin ada seseorang yang sok mengaturku," tegas Imelda pada seseorang yang sedang berbicara dengan di telepon.     

Imelda sepertinya melupakan sesuatu yang cukup penting baginya. Ternyata dia laptopnya yang akan dipakai untuk membuka materi seminar. "Brian!" panggilnya pada sang suami.     

Beberapa kali memanggil suaminya, Brian tak kunjung datang. Imelda pun meminta seorang bodyguard yang kebetulan lewat untuk segala memanggil suaminya. Hingga tak berapa lama, datanglah seseorang yang sejak tadi sudah ditunggunya.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Brian penasaran. Dia pun memandang Imelda yang terlihat sibuk dengan ponselnya.     

"Brian. Bisakah kamu meminjamkan laptop untukku? Aku lupa membawanya ke rumah ini," jelas Imelda sambil membuka email dengan layar ponsel di tangannya. "Tidak bisakah?" tanyanya lagi karena Brian tak kunjung mengambil laptopnya.     

Meskipun sangat penasaran, dia tidak langsung menanyakan hal itu pada istrinya. Brian masuk ke dalam sebuah ruangan dan keluar dengan membawa sebuah laptop sesuai permintaan. "Untuk apa laptop ini, Sayang?" tanyanya penasaran.     

"Seorang pembicara dalam acara seminar di rumah sakit tiba-tiba saja tidak hadir. Mereka memintaku menggantikannya. Sepertinya itu tak masalah, hanya dua jam saja," jelas Imelda pada pria yang sudah duduk di sebelahnya.     

Brian langsung cemas mendengarkan jawaban dari istrinya. Dia tak ingin ada hal buruk yang terjadi pada wanita itu. "Bukankah sangat berbahaya berada di antara keramaian itu?" tanya Brian dengan wajah cemas.     

Wanita itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat di depan sang suami. "Aku bisa membawa beberapa bodyguard untuk menjagaku," sahut Imelda dengan sangat yakin.     

"Tak semudah itu, Sayang. Ada banyak hal yang bisa mengancam keselamatanmu di luar sana." Brian semakin posesif jika itu menyangkut tentang istrinya. Dia ingin jika ingin melihat sampai terluka sedikitpun     

"Kamu berlebihan, Brian. Aku tak ingin berdebat denganmu lagi." Saat itu juga Imelda meninggalkan suaminya dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Dia memilih duduk di sebuah sofa di dekat jendela. Bukan ingin menghindari Bryan, tapi tak ingin ada keributan antara dirinya dan juga suaminya.     

Merasakan begitu cemas, Brian langsung menghubungi Martin saat itu juga. Ingin orang kepercayaan ayahnya itu membantunya mengamankan Imelda selama seminar di rumah sakit. Selesai menghubungi Martin, dia pun beralih untuk mencari Imelda. Brian ingin melihat keadaan wanita cantik itu.     

"Kamu boleh datang ke acara seminar itu, asalkan aku juga ikut bersamamu," ucap Brian pada wanita yang terlihat sibuk dengan laptopnya. Dia pun duduk di sebelahnya dan memekikkan namanya. "Sayang!" panggilnya pada Imelda.     

Imelda langsung menghentikan aktivitasnya dan memandang ke wajah sang suami. "Apakah itu tidak berlebihan? Tidak ada satu orang pun yang di rumah sakit yang mengetahui tentang pernikahan kita," terangnya sambil mencoba memahami maksud dan arah pembicaraan Brian.     

Meskipun Brian sudah mengetahui hal itu, tetap saja dalam hatinya ada sebuah perasaan yang sangat tak nyaman. Dia mencoba untuk menahan perasaan itu agar Imelda tak merasa bersalah padanya. "Aku akan bertindak sebagai bodyguard mu. Sepertinya aku juga akan mengajak Martin. Semua yang kulakukan hanya untuk keselamatanmu saja," ungkapnya dengan ucapan lembut dan juga sangat tulus.     

"Terserah kamu saja, Brian. Yang jelas aku akan pergi besok pagi," sahut Imelda. "Dengan atau tanpa kamu, aku akan tetap berangkat, lanjutnya sambil bangkit dari kursinya untuk mengambil air mineral.     

Brian hanya bisa menghela nafasnya beberapakali. Dia merasa sangat cemas pada anak dan juga istrinya itu. Ingin rasanya untuk melarang Imelda agar tak pergi. Sayangnya, itu semua hanya angan-angannya semata.     

Malam harinya, mereka baru saja selesai dengan makan malamnya. Begitu selesai, Imelda langsung masuk ke dalam. Wanita itu kembali disibukkan dengan materi seminar yang akan diadakan pagi harinya.     

"Sayang. Ini sudah sangat malam, kamu harus segera tidur," ucap Brian pada wanita yang masih menatap layar di sebuah sofa di dalam kamar. Pria itu semakin khawatir pada kesehatan istrinya, karena sudah seharian tak beranjak dari sana.     

"Bentar lagi, Brian. Tanggung ... masih ada 1 bab lagi," sahut Imelda tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor. Wanita itu terlihat sangat fokus dan juga serius. Dia juga ingin segera selesai dan juga bisa segera beristirahat.     

Menunggu Imelda yang tak kunjung selesai, Brian akhirnya ketiduran sambil terduduk di atas ranjang. Pria itu terlihat sangat kelelahan dan juga terlalu mengantuk. Imelda yang menyadari hal itu, langsung menutup layar laptopnya dan segera menghampiri suaminya.     

Dengan sangat pelan, Imelda membenarkan posisi Brian agar menjadi nyaman. Membelai lembut kepala seorang pria yang begitu perhatian kepadanya. "Maaf, Brian. Aku sudah membuatmu kelelahan," bisiknya lirih sambil mengecup singkat bibir suaminya. Dia pun ikut berbaring di samping Brian. Mencoba untuk memejamkan matanya sambil memeluk Brian yang sudah terbuai di dalam mimpi.     

Baru sebentar memejamkan matanya, hari sudah mulai pagi. Imelda terbangun di pelukan hangat pria yang juga tertidur bersamanya. "Pagi, Brian," sapanya pada sang suami.     

Brian yang berada antara sadar dan tak sadar memaksakan diri membuka matanya. Dia merasa sangat bahagia ketika terbangun, bisa melihat wajah cantik Imelda di sampingnya. "Pagi, Sayang. Tumben kamu sudah bangun?" balasnya dengan wajah yang terlihat masih sangat mengantuk.     

"Aku harus menyiapkan semuanya sebelum berangkat ke rumah sakit," jawab Imelda sambil menyentuh wajah pria di hadapannya.     

"Baiklah, Nyonya Prayoga. Hari ini hamba akan menjadi seorang bodyguard yang siap melindungi Anda dalam keadaan apapun," goda Brian sambil bangkit dari ranjang dan mengecup Imelda kemudian berlari ke kamar mandi.     

Imelda langsung tersenyum melihat tingkah suaminya sambil menggelengkan kepalanya. Brian selalu bertingkah konyol yang membuatnya kadang kesal kadang juga geli. Begitu suaminya selesai mandi, gantian Imelda yang membersihkan dirinya.     

Sedangkan Brian sedang dilanda kebingungan untuk memilih pakaian yang akan digunakannya sebagai bodyguard dari Dokter Imelda Mahendra. Dia tak ingin penampilannya perdananya bersama sang istri terlihat biasa saja. Semoga saja, wanita yang dicintainya itu akan menyukai penampilannya hari itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.