Bos Mafia Playboy

Ancaman Untuk Vincent



Ancaman Untuk Vincent

0"Apa Om Adi sangat terkejut? Om Adi pasti berpikir jika tak ada orang lain yang mengetahui skandal hubungan kalian berdua," ucap Vincent dengan nada sinis dan penuh kebencian.     

Adi Prayoga menahan keterkejutan di dalam dirinya. Dia tak ingin membuat Vincent berada di atas angin, atas sebuah kebenaran yang selama ini telah tersimpan rapat. "Sepertinya kamu salah paham Vincent. Bukankah kamu juga tahu, jika hubungan keluargaku dan juga Irene cukup dekat?" kilahnya sambil mencoba memperlihatkan senyuman di wajahnya.     

"Aku bukan anak kecil yang bisa terus kalian tipu!" teriak Vincent dengan ekspresi yang mulai tidak stabil.     

Teriakan dari Vincent itu terdengar oleh Imelda yang baru saja menyusul mereka. Wanita itu terlalu penasaran dengan pembicaraan serius antara Vincent dan ayah mertuanya. "Siapa yang menipu Kak Vincent?" tanyanya sambil berjalan ke arah kakak kesayangannya.     

Vincent sontak saja juga membulatkan matanya, dia tak menduga jika Imelda juga berada di sana. "Imelda! Sepertinya kamu salah mendengar." Pria itu mencoba menutupi segala pembicaraan di antara mereka.     

"Aku tak mungkin salah mendengar, Kak!" tegas Imelda dengan tatapan tajam pada Vincent. Dia merasa telah mendengar ketika Vincent mengatakan kalau Adi Prayoga telah menipunya. "Katakan padaku, Kak! Terlalu banyak rahasia yang kalian sembunyikan dariku!" Imelda kembali berteriak dengan wajah yang sedikit emosional. Dia merasa jika semua orang sedang merahasiakan banyak dari dirinya.     

"Imelda! Apa kamu sudah tak mempercayai kakakmu ini?" Vincent meninggikan nada suaranya, dia takut jika adik kesayangannya itu semakin menjadi-jadi.     

Adi Prayoga yang menyaksikan perdebatan di antara mereka, langsung menghampiri menantunya. Memberikan belaian lembut yang penuh cinta dan kasih sayang begitu tulus. "Sayang ... tidak ada yang kami sembunyikan darimu. Kami berdua hanya saling menyapa karena sudah cukup lama tak jumpa," jelasnya dengan suara yang terdengar menenangkan hati. "Bukankah begitu, Vincent?" Adi Prayoga masih mencoba untuk menyakinkan menantunya.     

"Benar. Kami hanya saling menyapa, kamu sendiri tahu jika aku sering menemani Mama bertemu Om Adi dan Tante Natasya," terang Vincent untuk membuat adik perempuannya itu percaya. Dia tak ingin adik kesayangannya itu mengetahui hubungan terlarang ibunya dengan ayah mertuanya, Adi Prayoga.     

Imelda tak ingin mengatakan apapun pada kedua pria itu. Dia masih belum bisa mempercayai semua ucapan mereka. "Aku ... aku akan masuk ke dalam saja," pamitnya tanpa berusaha mencari kebenaran yang telah mereka sebutan.     

Hancur .... Hanya perasaan itu yang kini bersarang di dalam lubuk hati Imelda. Orang-orang yang selama ini sangat disayanginya, justru menutupi sesuatu darinya. Seolah, ia tidak berhak tahu atas rahasia yang sedang mereka bicarakan.     

Brian merasa heran, saat melihat istrinya masuk ke dalam kamar dengan wajah sedih. Dia pun langsung menyusul Vincent dan juga Adi Prayoga yang masih berdiri di depan rumah. Brian sangat yakin jika kesedihan Imelda berkaitan dengan mereka berdua.     

"Perbincangan apa yang kalian bicarakan hingga membuat Imelda sangat sedih?" Tanpa basa-basi, Brian langsung melemparkan pertanyaan itu pada ayah dan juga kakak iparnya. Dia tak rela jika wanita yang dicintainya harus bersedih apalagi terluka.     

"Itu hanya kesalahpahaman saja, tidak lebih," sahut Adi Prayoga dengan wajah menyesal karena mengecewakan menantunya.     

Brian masih tak yakin dengan jawaban ayahnya. Terlihat cukup jelas rasa bersalah di wajah Vincent. Dia sangat yakin jika ada sesuatu yang sedang mereka rahasia dari istrinya. "Semoga itu semua hanya kesalahpahaman di antara kalian saja." Brian langsung membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam untuk menyusul istrinya.     

Begitu melihat Brian sudah kembali masuk, Vincent melangkahkan kakinya mendekati arah Adi Prayoga. Dia langsung menatap wajah pria tua di hadapannya dengan penuh harap. "Aku berharap, Om Adi tak mengatakan hal itu pada Imelda. Rasanya ... aku tak rela saat harus melihat Imelda mengetahui hubungan terlarang kalian," ucap Vincent pada sahabat dekat dari ibunya itu.     

"Kamu pikir, aku tega melakukan hal itu pada Imelda? Imelda sudah seperti putri kandungku sendiri. Sampai kapanpun, aku tak akan pernah menyakitinya," tegas Adi Prayoga dengan sangat menyakinkan. Dia sudah berjanji akan menjaga anak-anak dari Irene Mahendra, termasuk Imelda.     

Vincent merasa sedikit lega mendengar ucapan dari pria tua di depannya. Dia hanya memikirkan perasaan Imelda tentang ibunya. Vincent tak ingin jika adik kesayangannya itu menyimpan kenangan buruk tentang wanita yang sudah melahirkannya itu. "Aku pegang janji Anda, Om Adi Prayoga," sahut Vincent sebelum masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan villa di mana adiknya tinggal.     

Di dalam kamar, Brian masih mencoba menenangkan hati istrinya. Dia masih penasaran tentang pembicaraan dua pria tadi di halaman depan. "Sayang ... kumohon jangan bersedih seperti ini. Aku tak ingin anakku ikut sedih," bujuk Brian pada wanita yang duduk di sebuah kursi dengan wajah kesal.     

"Brian, tolong bantu aku! Apa yang sebenarnya Kak Vincent katakan pada Papa?" Imelda masih saja terbawa perasaan dengan sesuatu yang sedang mereka tutupi. Dia merasa jika dua pria itu sengaja membohonginya. "Aku mendengar sangat jelas, saat Kak Vincent mengatakan 'aku bukan anak kecil yang bisa kalian tipu' ... aku mendengar itu, Brian," ucapnya suara bergetar yang sangat menyedihkan.     

"Siapa yang dimaksud 'kalian' dalam ucapan itu? Pasti ada orang lain yang dimaksudkan oleh Kak Vincent." Tercetak ekspresi penasaran di wajah Brian. Dia pun menjadi sangat tidak sabar untuk mengetahui kebenaran yang telah mereka sembunyikan. Brian sendiri juga mencurigai dua pria yang tadi sudah ditemuinya itu.     

Pasangan itu hanya saling menatap sambil memikirkan ucapan Vincent yang penuh dengan teka-teki. Mereka berdua seolah terjebak dalam susunan puzzle yang begitu sulit untuk dipecahkan. "Mungkinkah itu Papa Davin dan juga Papa Adi?" cetus Imelda sambil menatap wajah pria yang sudah menikahinya itu.     

"Sepertinya, kita harus mendesak Kak Vincent atau mencari cara lain untuk mengetahui kebenaran itu," balas Brian sambil terus memikirkan berbagai cara yang mungkin saja bisa diambilnya.     

Imelda seolah langsung mengerti ucapan Brian kepadanya, dia pun memperlihatkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya. "Aku harus memaksa Kak Vincent dengan sedikit ancaman," ucap Imelda dengan cukup menyakinkan.     

"Ancaman? Jangan sampai kamu memikirkan sebuah cara yang melukaimu, Sayang." Brian mulai khawatir jika istrinya itu melakukan hal yang membahayakan bagi kesehatan dirinya. Apalagi sampai merencanakan sesuatu yang bodoh dan melukai dirinya sendiri.     

"Tenanglah, Brian! Aku tak akan melukai diriku apalagi anakku. Mungkin aku hanya akan mengatakan sebuah ancaman yang membuat Kak Vincent tak memiliki pilihan lain selain mengatakan kebenaran itu," jelas Imelda dengan sedikit bersemangat. Rasanya, dia sudah sangat tidak sabar untuk menjalankan sebuah misi penting dalam mengungkapkan sebuah rahasia besar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.