Bos Mafia Playboy

Suamiku Bodyguard-ku



Suamiku Bodyguard-ku

0Tak sabar menunggu Imelda yang terlalu lama bersiap-siap, Brian pun memilih untuk menunggu di luar. Begitu keluar dari kamarnya, terlihat Maartin sudah duduk di ruang tengah sambil membaca sebuah buku di tangannya. "Apakah kamu sudah menunggu lama, Martin?" Sebuah pertanyaan dari Brian berhasil membuat pria itu sangat terkejut.     

Martin langsung terkesiap melihat penampilan anak dari bos-nya itu. Dia sedikit heran melihat Brian berpenampilan seperti itu. "Apa kamu mau menjajakan dirimu?" ledek Martin pada suami Imelda itu.     

"Jangan berkata sembarangan! Tidakkah kamu melihat, aku sengaja berpenampilan sebaik mungkin untuk membuat istriku terpesona," balas Brian dengan wajah bangga. Dia berharap jika Imelda akan menyukai pakaian yang dipilihnya sendiri.     

Tak berapa lama, keluarlah Imelda dengan penampilan anggun khas seorang dokter. Wajahnya terlihat sangat cantik meskipun hanya dengan polesan make up sederhana. Bahkan kedua pria tadi mendadak linglung. Mereka berdua seolah terhipnotis dengan penampilan Imelda yang cukup untuk mendebarkan hatinya.     

"Sayang ... kamu cantik sekali pagi ini," puji Brian tanpa mengalihkan pandangannya. Dia telah terhipnotis dengan kecantikan istrinya sendiri. Rasanya tak rela jika harus membiarkan Imelda keluar dari rumah itu. Namun sayangnya, Brian tak bisa menahan istrinya untuk tetap tinggal.     

Imelda tersenyum sambil tersipu malu mendapatkan pujian dari suaminya. Dia pun memandang pria yang sejak tadi menatapnya itu. "Apakah penampilanmu ini tidak berlebihan, Brian?" tanyanya. Wanita itu melihat jika Brian berpenampilan terlalu sempurna, ia pun mulai khawatir jika sampai ada yang melirik istrinya.     

"Tidak ada yang berlebihan, Nyonya Prayoga. Sebaiknya kita berangkat sebelum terlambat." Brian menggenggam tangan istrinya dan mengajaknya berjalan ke tempat di mana mobilnya terparkir. Pria itu sengaja tak memberikan kesempatan pada istrinya untuk memberikan komentar tentang penampilannya. "Martin! Pakai mobilku saja," ucapnya sambil melemparkan sebuah kunci mobil miliknya.     

Mereka pun masuk ke dalam mobil dengan Imelda yang duduk sendirian di kursi belakang. "Apakah kamu tak duduk di sebelahku, Brian?" tanya Imelda pada suaminya.     

"Hari ini aku adalah bodyguard-mu, Nyonya. Jadi ... tak pantas jika harus duduk di samping Anda," jawab Brian dengan wajah serius. Namun di dalam hatinya dia sedang tertawa geli melihat wajah kesal Imelda.     

"Dasar gila!" seru Imelda dengan wajah cemberut.     

Martin tak tahan melihat drama yang disajikan di hadapannya. Dia pun terkekeh geli tanpa ragu sedikit pun. Martin tak peduli jika pasangan itu akan mengamuk kepadanya. Tanpa membuang waktu, ia menyalakan mesin mobil itu dan langsung melaju menuju ke sebuah rumah sakit terbesar di pusat kota. Hanya dalam beberapa menit saja, mereka sudah sampai di halaman parkir gedung rumah sakit itu.     

Begitu mobil berhenti, Brian langsung turun dan membukakan pintu untuk Imelda. Sebuah senyuman merekah dengan indah dari wajah cantik sang dokter bedah. "Selamat bekerja, Sayang," ucapnya untuk memberikan penyemangat bagi istrinya.     

"Terima kasih, Brian," ucapnya tulus dengan perasaan gemas ingin mencium suaminya. "Brian ... " panggil Imelda dengan penuh arti.     

"Ada apa, Sayang?" Brian justru menjadi cemas dan juga takut jika istrinya tiba-tiba merasa tidak nyaman. "Apakah ada yang sakit?" tanyanya.     

Imelda menggelengkan kepalanya lalu mendekatkan wajahnya di dekat telinga sang bodyguard gadungan. "Ingin rasanya aku mencium kamu sekarang," bisiknya lirih dengan senyuman malu-malu yang mampu menggetarkan hati setiap pria yang melihatnya.     

"Jangan tersenyum seperti itu! Jika aku tak bisa menahan diriku, aku akan memakanmu sekarang juga," tegas Brian dengan tatapan penuh arti. "Lebih baik masuk sekarang," ajaknya.     

Baru memasuki lobby rumah sakit, seluruh penghuni gedung itu sudah heboh. Bagaimana tidak? Seorang dokter bedah yang sangat terkenal, tiba-tiba datang setelah sekian lama menghilang. Ditambah lagi, kehadirannya bersama dua orang bodyguard yang super tampan berhasil menggemparkan seisi rumah sakit itu.     

"Kemana saja Anda selama ini, Dokter Imelda?"     

"Sejak kapan Anda memiliki bodyguard yang sangat tampan, Dokter Imelda?"     

"Tolong, kenalkan aku dengan bodyguard-mu, Dokter Imelda!"     

"Aku ingin menikahi bodyguard-mu, Dokter Imelda."     

Terlalu banyak pertanyaan dan juga pernyataan dari beberapa rekan kerjanya yang terdengar menjijikkan di telinga Imelda Mahendra. Rasanya dia sudah tidak tahan berada di antara puluhan wanita yang sejak tadi menatap suaminya.     

"Aku harus memulai seminarnya, jangan kemana-mana, Brian. Tetaplah di sini dalam jangkauan mataku," ucap Imelda sebelum masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang dipakai untuk seminar itu.     

Brian masih terlihat bingung dengan ucapan istrinya itu. Dia sama sekali tak mengerti dengan setiap kata yang terucap dari mulut Imelda. "Martin ... apa kamu tahu maksud ucapan Imelda?" tanya Brian pada pria di sebelahnya.     

"Kamu itu bodoh atau pura-pura bodoh!" kesal Martin pada sosok pria yang masih terlihat memikirkan ucapan istrinya. Sejak bertemu dengan Imelda, ia melihat jika anak dari bosnya itu menjadi sangat berubah. Brian tak lagi bermain wanita karena Imelda. Sayangnya, pria itu terkadang menjadi begitu bodoh karena rasa cintanya yang berlebihan.     

Saat dua bodyguard gadungan itu sedang mengobrol santai, tiba-tiba datanglah seorang wanita yang cukup cantik dengan seragam dokter menghampiri mereka.     

"Benarkah kalian adalah bodyguard Dokter Imelda?" tanya seorang wanita yang terlihat cukup sexy dan juga cantik.     

"Benar!" jawab Martin singkat.     

Wanita itu tersenyum dengan memperlihatkan lesung pipinya yang menambah kecantikan wajahnya. "Kalian berdua benar-benar tampan. Rasanya jantungku hampir meledak berada di dekat kalian berdua," ucapannya tanpa tau kemana.     

Tiba-tiba saja, wanita itu mendekatkan wajahnya di dekat telinga Brian. "Bekerjalah untukku! Aku akan membayarmu lima kali lipat dari yang Dokter Imelda berikan," bisiknya dengan sangat percaya diri. Seolah tanpa malu, wanita berseragam dokter itu justru sengaja menggoda dua pria tampan yang berdiri di depan pintu itu.     

"Maaf. Kami tak bisa menerima penawaran Anda," tolak Brian dengan cukup halus namun terdengar tegas dan cukup menyakinkan. "Silahkan tanyakan saja pada rekan saya ini." Brian melirik ke arah Martin yang berdiri tegap dengan wajah sangat tenang.     

Wanita itu tersenyum lembut sambil mengibaskan rambutnya. "Teman Anda memang cukup gagah dan tampan. Namun aku sudah jatuh cinta pada Anda sejak melewati lobby rumah sakit." Dengan sengaja wanita itu ingin mendapatkan perhatian dari seorang Brian Prayoga.     

"Maaf. Saya sedang bekerja, tolong jangan menggangu pekerjaan saya." Lagi-lagi Brian kembali menolak wanita itu. Dia bahkan sama sekali tidak tertarik dengan seorang dokter yang berpakaian sexy dan sangat menggoda itu. Brian sudah sangat puas melihat wanita dengan model seperti itu.     

Imelda yang baru saja menyelesaikan satu sesi seminar yang dibawanya, semakin risih dengan pemandangan itu. Dia pun langsung menghampiri mereka semua tanpa peduli apapun lagi. "Hentikan, Dokter Rossa! Bodyguard yang bekerja denganku ... tidak ada yang menjadi pria bayaran seperti orang-orangmu itu," tegas Imelda pada seorang dokter yang sering memiliki skandal dengan beberapa orang.     

Happy reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.