Bos Mafia Playboy

Ikatan Antara Brian Dan Eliza



Ikatan Antara Brian Dan Eliza

0Brian dan Imelda masih bisa menunjukkan wajah tenang dan berusaha untuk tidak terprovokasi. "Siapa yang mengirim kalian semua?" Brian bertanya sambil melemparkan tatapan tajam pada dua pria yang berdiri di depannya.     

"Tak usah banyak bicara! Cukup ikuti saja kami!" bentak seorang pria tinggi besar yang berpakaian cukup rapi     

Brian langsung memalingkan wajah ke arah Clarissa, ia sangat mengkhawatirkan istrinya. "Sayang. Tinggallah di sini sebentar saja. Aku ingin melihat siapa orang yang telah membayar mereka semua," pintanya dalam nada yang memohon.     

"Tidak! Jika aku tak bersamamu, jangan harap kamu bisa pergi dari sini," tegas Imelda pada suaminya itu. Dia tak mungkin membiarkan Brian berada dalam bahaya sendirian. Sebagai seorang istri, Imelda hanya ingin berada di samping suaminya tak peduli betapa bahayanya itu.     

"Sayang ... Kumohon." Terdengar nada memohon dari sebuah ucapan yang dikatakan oleh Brian. Rasanya terlalu berat membawa Imelda untuk ikut bersama mereka.     

Tanpa ragu sedikit pun, Imelda melangkahkan kakinya mendekati dua pria yang berdiri tak jauh darinya. Melemparkan tatapan tajam pada orang-orang yang sengaja datang untuk membawa suaminya. "Jika kalian ingin membawa suamiku, bawa aku juga," tegas Imelda pada mereka.     

Dua orang pria itu lalu berjalan menghampiri beberapa orang yang datang bersamanya. Seolah mereka sedang membicarakan perkataan Imelda tadi. Tak berapa lama, kedua orang tadi kembali menemui Brian dan juga Imelda.     

"Sepertinya tak masalah jika wanita ini juga ikut bersamamu," ucapnya pada Brian.     

Brian langsung memandang ke arah Imelda, ia tak yakin jika hal itu adalah yang terbaik. Lagipula, dia juga tak memiliki pilihan lainnya lagi. "Aku akan mengendarai mobil sendiri bersama istriku," sahutnya pada dua pria itu.     

"Jangan mencoba untuk kabur! Kalau tidak, nyawa kalian taruhannya," ancam seorang pria yang melemparkan tatapan tajam pada pasangan suami istri itu.     

Mereka semua langsung masuk ke mobil. Tak berapa lama, datanglah seorang dari mereka langsung masuk ke dalam mobil milik Brian. "Aku harus duduk di sini untuk memastikan jika kalian tak akan kabur," ucap pria itu di jok belakang mobil Brian.     

Brian dan Imelda tak melakukan perlawanan apapun, mereka justru sudah sangat penasaran dengan orang-orang di belakang mereka. Setelah melewati beberapa saat perjalanan, orang itu mengarahkan Brian memasuki sebuah rumah sakit terbesar dan juga terbaik di kota itu. Imelda cukup terkejut karena itu adalah rumah sakit tempatnya bekerja.     

Dalam hati yang semakin penasaran, Imelda memalingkan wajahnya dan memandang sosok pria yang duduk di belakangnya. "Untuk apa kita ke rumah sakit ini?" tanyanya pada pria itu.     

"Tutuplah mulutmu, Wanita cantik! Nanti kamu juga akan melihatnya sendiri," balas pria itu dengan perkataan yang cukup kasar.     

Imelda tersenyum sinis mendengar ucapan pria itu. Dia memang kesal ... bahkan sangat kesal. Namun Imelda harus menahan dirinya agar tidak ada pertumpahan darah di antara mereka. Rasanya dia ingin sekali berkata-kata kotor pada pria di belakangnya. "Sabar sebentar ... " ucapnya di dalam hati sembari mengelus dadanya sendiri.     

Setelah mobil itu berhenti, pria itu langsung menyuruh Imelda dan juga Brian untuk keluar. Pasangan itu saling menatap satu sama lain dengan wajah bingung dan juga penuh tanya. Dengan sedikit gerakan saja, Brian berhasil menggenggam tangan Imelda. Memberikan sebuah kehangatan yang sedikit menenangkan hati.     

"Cepatlah jalan! Ikuti kami!" perintah seorang pria yang sudah berjalan duluan memasuki rumah sakit. Sedangkan di belakangnya, ada beberapa orang yang juga mengikuti mereka berdua. Orang-orang itu hanya ingin memastikan jika Imelda dan Brian tidak kabur.     

Setelah keluar dari lift, mereka berjalan menuju sebuah lorong yang sangat dikenali oleh Imelda. Jika wanita itu berniat kabur, tentunya akan sangat mudah baginya. "Di sini adalah deretan kamar-kamar paling mahal di rumah sakit ini," bisik Imelda sangat pelan pada pria di sebelahnya.     

"Benarkah? Berarti orang itu bukanlah orang biasa," sahut Brian sambil melirik pria-pria yang sejak tadi mengawalnya dari kediaman Prayoga hingga sampai rumah sakit.     

Mereka pun berhenti di depan sebuah kamar. Seorang dari mereka masuk sebentar ke dalam lalu kembali lagi keluar menghampiri pasangan suami istri itu. "Masuklah ke dalam. Bos sudah menunggu," cetus seorang pria yang baru saja keluar dari kamar itu.     

Tanpa menunggu lama, Brian dan Imelda memutuskan untuk langsung masuk ke dalam. Mereka berpikir jika lebih cepat adalah lebih baik. Dengan sedikit ragu, Brian mendorong pintu itu lalu masuk ke dalam. Mendadak wajahnya memucat saat melihat dua orang yang berada di dalam kamar itu.     

"Eliza! Apa-apaan ini!" Brian melangkahkan kakinya mendekati wanita yang terbaring di ranjang itu tanpa melepaskan Imelda dari tangannya.     

"Brian! Siapa wanita itu?" tanya Eliza pada pria yang menjadi cinta pertamanya. Wanita itu kemudian beralih menatap Imelda penuh arti. "Bukankah Anda dokter yang bekerja di klinik itu? Aku tak menyangka seorang dokter juga bekerja sebagai perempuan bayaran," cibir Eliza sembari melemparkan tatapan pada pasangan yang terlihat memamerkan kemesraan padanya.     

"Hentikan, Eliza!" teriak Brian pada wanita yang sudah duduk di atas ranjang. "Imelda adalah istriku yang sah, sebentar lagi dia juga akan melahirkan anakku," terangnya tanpa melepaskan genggaman tangan sang istri.     

Eliza justru terkekeh geli mendengar penjelasan Brian kepadanya. "Apakah wanita ini tengah hamil sehingga kamu harus bertanggung jawab atasnya?" Rasanya, Eliza sangat penasaran alasan Brian harus menikahi wanita di sebelahnya itu. Dia sangat mengingat dengan jelas saat Brian menolak banyak wanita yang dulu selalu mengejarnya.     

"Aku sangat mengenalmu, Brian! Kamu tak mungkin mau menikahi wanita manapun. Pastinya, kamu lebih memilih untuk bermain-main saja dengan mereka semua," sindir Eliza pada pria yang telah menjadi cinta pertamanya itu.     

Imelda hanya terdiam tanpa mengatakan apapun pada mereka. Dia ingin mendengar dengan jelas hubungan apa yang sudah terjalin antara suaminya dan juga Eliza.     

"Dia adalah Imelda Mahendra, wanita yang sangat aku cintai. Yang paling penting dia adalah cinta pertamaku," ungkap Brian tanpa keraguan sedikit pun. Pria itu benar-benar sangat bangga memiliki istri seperti Imelda.     

"Apa!" Eliza tanpa sadar menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Dia tak pernah menduga jika Brian pada akhirnya bisa mendapatkan wanita yang dicintainya sejak SMA. "Lalu ... bagaimana denganku, Brian? Aku sudah memberikan sesuatu yang sangat berharga di dalam hidupku," lanjutnya dengan ekspresi yang seolah telah kehilangan segalanya.     

Imelda dan Johnny Hartanto langsung menatap mereka berdua. Akhirnya mereka tahu, hubungan apa yang sebenarnya mengikat Brian dan juga Eliza.     

Namun tiba-tiba saja, sebuah pukulan mendarat di wajah Brian. "Brengsek! Berani-beraninya kamu menyentuh adikku!" teriak Johnny Hartanto pada suami dari Imelda Mahendra itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.