Bos Mafia Playboy

Pasangan Gila



Pasangan Gila

0Imelda terlihat bingung mendengar pertanyaan Kevin kepadanya. Dia bisa merasakan ada ketegangan di wajah kedua pria itu. "Ada apa dengan wajah kalian?" tanyanya sembari menatap Brian dan Kevin secara bergantian.     

Tak ada satu pun dari mereka yang menjawab pertanyaan Imelda. Mereka justru menajamkan pandangannya pada menantu keluarga Prayoga itu. "Sial!" gerutu Imelda begitu mengingat nama pasien tadi.     

"Apakah dia wanita yang akan kamu jumpai itu, Brian? Aku ingat sekarang, dia mengatakan jika namanya adalah Eliza." Imelda melemah tatapan dingin dan juga penuh tanda tanya besar pada suaminya sendiri.     

Tanpa sadar, Brian menarik rambutnya sendiri. Dia merasa sedang berada di satu titik yang sangat menakutkan dan juga berbahaya. Satu kata saja salah mengatakannya, bisa menjadi bencana yang besar bagi hubungannya dan Imelda. "Aku tak sempat melihat wajahnya, Kevin yang menyadari keberadaan Eliza." Brian mengatakan hal itu dalam suara bergetar dan juga sangat takut.     

"Ohhh ... sekarang aku baru paham alasan Dokter Kevin menyembunyikan diri," cibir Imelda sambil melirik sahabat dari suaminya itu. Imelda pun mendekatkan dirinya kepada Brian, berjalan memutari pria yang terlihat sangat gelisah dan menyiratkan sebuah ketegangan di antara mereka.     

Kevin merasa sangat bersalah karena tak jujur sejak awal. Dia pun berdiri di depan Imelda dengan wajah sangat menyesal. "Maafkan aku, Dokter Imelda. Awalnya aku tak tahu jika itu adalah Eliza. Aku baru menyadarinya, saat Eliza berada dalam penanganan Anda." Kevin semakin bingung dengan ucapannya sendiri. Perkataannya pun terdengar sangat berantakan.     

"Ternyata kekasihmu itu cantik juga, Brian." Imelda sengaja melemparkan sindiran itu kepada suaminya. Dia masih saja kesal setiap mendengar nama wanita yang ingin dijumpai oleh Brian.     

"Dia bukan kekasihku!" tegas Brian dalam wajah yang cukup menyakinkan.     

Wanita itu tersenyum dengan ekspresi aneh sambil memandang kedua pria di dekatnya. Tercetak sangat jelas kekesalan dan juga kekecewaan Imelda terhadap dua pria itu. "Ohhh ... Aku melupakan jika Eliza bukanlah kekasihmu, melainkan cinta pertamamu." Lagi-lagi Imelda mengeluarkan kalimat yang benar-benar menusuk hati Brian.     

"Cukup, Sayang! Bukankah kita sudah menyelesaikan semua itu? Semua hanyalah kesalahpahaman saja, setidaknya percayalah padaku untuk saat ini. Walaupun aku tahu, masa lalu ku tidak sesuci dan semurni dirimu, Sayang." Brian mencoba meyakinkan Imelda agar istrinya itu yakin dan percaya kepadanya. Terlepas dari semua hal buruk di masa lalunya.     

Di dalam situasi yang sangat menegangkan itu, Kevin merasa dirinya lah yang paling bersalah. Seharusnya, ia tak meminta bantuan Imelda. Tak membuat Imelda harus memberi pertolongan pertama pada Eliza. Dengan penyesalan di dasar hatinya, Kevin pun mendekati istri dari sahabatnya itu lalu menatapnya dengan perasaan sesal yang semakin menghimpit dirinya.     

"Ini semua kesalahanku, Dokter Imelda. Brian sama sekali tak bersalah dalam hal ini," terang Kevin pada sosok wanita yang sudah berdiri di sebelahnya, dengan wajah yang terlihat sangat tidak baik-baik saja.     

"Sudahlah ... aku mau melihat Kak Vincent saja." Imelda langsung meninggalkan dua pria itu menuju ke sebuah ruangan di mana kakaknya berada.     

Setelah kepergian Imelda dari sana, Brian dan Kevin saling melemparkan tatapan penuh arti. Mereka berdua merasakan sebuah perasaan yang tak karuan. Tak jelas apa yang dirasakan oleh mereka, rasanya bercampur aduk menjadi satu.     

"Kupikir hubungan percintaan kalian berdua terlalu rumit," cetus Kevin tanpa memandang seseorang yang diajaknya bicara. "Rasanya aku tak rela jika Dokter Imelda terus menderita karena semua kebodohanmu itu." Tanpa memikirkan perasaan Brian, ia pun mengungkapkan sebuah ucapan yang jelas-jelas membuat pria di sebelahnya itu langsung murka.     

"Brengsek kamu, Kevin!" teriak Brian pada sahabatnya. "Seharusnya kamu mendukungku, bukannya malah membuat nyaliku menciut untuk tetap bersama Imelda." Brian merasa tak terima dengan perkataan dari sahabatnya itu. Seburuk apapun masa lalu Brian, ia sudah mencoba untuk menjadi pria yang baik bagi Imelda. Bahkan hingga merelakan segala kesenangan dan juga petualangan pajang yang selama ini dilakukannya.     

Kevin langsung kehilangan kata-katanya, ia tak bermaksud untuk meremehkan Brian. Ucapan itu keluar begitu saja dari dalam hatinya. Tanpa ada maksud atau tujuan lain untuk menghancurkan kepercayaan diri sahabatnya itu.     

"Aku tak bermaksud meremehkan dirimu, Brian. Maaf ... aku tak bisa mengendalikan ucapanku." Kevin pun memperlihatkan senyuman hangat yang cukup tulus pada Brian. Dia tak ingin jika pria itu sampai marah atau kesal kepadanya.     

"Sudahlah! Aku akan melihat Kak Vincent." Brian langsung berjalan menuju ke ruangan tempat kakak iparnya berada.     

Pemilik dari klinik itu langsung berlari menyusul Brian yang sudah berjalan cukup cepat. "Tunggu, Brian! Aku juga ingin memeriksa keadaannya," ucap Kevin sambil terus menyusul sahabat dekatnya itu.     

Begitu sampai di depan pintu, dua pria itu langsung masuk dan melihat Imelda duduk seorang diri di sebelah Vincent. "Di mana Laura? Bukankah tadi masih di sini?" Kevin langsung menanyakan keberadaan teman dekatnya itu.     

"Dia terlihat sangat kelelahan, jadi aku memaksanya untuk istirahat sebentar. Awalnya Dokter Laura menolak, sepertinya ancaman yang kuberikan berhasil membuatnya memilih untuk beristirahat," jelas Imelda dengan sebuah senyuman kecil di wajah cantiknya.     

"Bagaimana kamu mengancamnya, Sayang? Kasihan Dokter Laura ... " sahut Brian pada istrinya.     

Imelda sangat mengerti kekhawatiran Brian. Bukan tanpa alasan, semua yang dilakukannya terhadap Laura adalah demi kebaikannya juga. "Aku lebih kasihan jika dia masih berada di sini. Wajahnya terlihat sangat kelelahan dan juga pucat. Kupikir istirahat adalah hal yang paling dibutuhkannya sekarang," jelasnya cukup menyakinkan.     

Tanpa membuang waktu, Brian langsung memberikan pelukan pada pada istrinya itu. Dia merasa sangat bangga memiliki Imelda di sampingnya. "Aku selalu berpikir jika kamu adalah wanita terbaik dan juga terhebat di dalam hidupku, Sayang," lirihnya pelan dan penuh perasaan.     

"Apa kamu tak malu pada Dokter Kevin, Brian?" Imelda mencoba mengingatkan keberadaan Kevin yang masih di ruangan itu.     

Brian tak langsung menjawab, ia justru semakin mempererat pelukannya. "Kevin sudah terbiasa melihat kemesraan kita, Sayang," jawabnya tanpa rasa berdosa sedikit pun.     

"Dasar pasangan mesum!" cibir Kevin dalam wajah kesal. Dia hanya melirik pasangan yang masih saling memeluk erat.     

Tak peduli dengan kehadiran Kevin di sana, Brian langsung mendaratkan sebuah ciuman hangat di bibir Imelda. Seolah tanpa rasa malu, pasangan itu saling menautkan dua bibir menjadi satu dan bermain-main di dalamnya. Semakin tenggelam dalam ciumannya, membuat Brian dan Imelda menjadi lupa diri. Mereka berdua telah melupakan keberadaan Vincent yang juga di ruangan itu.     

"Cepat usir pasangan gila itu!" Sebuah suara yang terdengar pelan namun cukup jelas, berhasil membuat Imelda melepaskan ciumannya itu lalu membalikkan badan ke arah suara.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.