Bos Mafia Playboy

Mungkinkah Itu Dendam?



Mungkinkah Itu Dendam?

0Happy Reading     

Davin Mahendra baru saja menghubungi seluruh dokter terbaik di seluruh pelosok negeri. Pria itu terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan Brian Prayoga yang tak lain adalah menantunya sendiri. Meskipun awalnya Davin Mahendra sangat tidak menyukai menantunya itu, dia tetap berusaha keras untuk menyelamatkan pria yang baru beberapa hari menikah dengan putri kesayangannya. "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Davin Mahendra pada seorang dokter yang kebetulan sedang menangani Brian.     

"Keadaan pasien cukup mengkhawatirkan, saya khawatir jika pasien tidak bisa menunggu dokter yang didatangkan dari luar negeri itu," jelas seorang pria yang berprofesi sebagai dokter di RS distrik khusus milik BIN. "Bukankah putri Anda adalah dokter terbaik di negeri ini? Mengapa Anda tak memanggilnya saja untuk menangani pasien itu?" Sang dokter justru menghujani Davin Mahendra dengan beberapa pertanyaan sekaligus. Tidak ada yang tahu jika Imelda Mahendra sudah menikahi pria yang sedang terbaring dengan beberapa selang di tubuhnya. Hanya Alex dan Marco yang sangat mengetahui segala kebenaran tentang Davin Mahendra.     

Sebuah usapan kasar disertai helaan nafas yang begitu berat nampak begitu jelas telah dilakukan Davin Mahendra. Pria itu terlihat cukup frustasi dengan keadaan yang begitu mendesaknya. "Aku tak mungkin membawa Imelda untuk menangani pasien ini," ucapnya lirih tanpa ada semangat sedikit pun. "Menurut dokter solusi apa yang terbaik selain mendatangkan anakku ke rumah sakit ini?" tanyanya lagi sambil memandang dokter itu dengan penuh arti.     

"Sayangnya ... hanya Dokter Imelda yang bisa membantu menyelamatkan nyawa pasien untuk secepatnya," jawab dokter itu dengan wajah cemas.     

Davin Mahendra menatap layar ponsel yang berada di genggamannya. Dia cukup bingung dengan hal apalagi yang akan dilakukan untuk menyelamatkan menantunya. Sebuah janji yang terucap untuk Brian, membuat seorang Davin Mahendra harus menahan diri agar tidak menghubungi putri kesayangannya. "Apa yang harus ku lakukan sekarang?" gumamnya dalam kegalauan yang mendalam.     

Tak berapa lama, Alex datang bersama beberapa anak buah Davin Mahendra. "Bos. Siapa pria misterius yang datang ke TKP dan menyelamatkan Anda dan juga yang lainnya?" Alex begitu penasaran pada sosok pria yang menjadi pembicaraan di antara para agen yang juga ada di lokasi. Pria itu mencoba melihat ke ruang ICU untuk memastikan seseorang yang begitu berjasa pada bos-nya. Namun apa yang dilihatnya benar-benar di luar dugaan. Alex langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangan lalu membulatkan matanya sambil menatap sang atasan. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Hanya pertanyaan itu yang muncul pertama kali di kepalanya. Sontak pria itu ikut cemas memikirkan keadaan pria yang berada dalam kondisi antara hidup dan mati. "Jadi ini alasannya ... Anda menyuruh kami mencari dokter di seluruh pelosok negeri," gumamnya lirih agar orang-orang yang datang bersamanya tidak mendengar ucapannya.     

"Alex. Temani aku minum kopi di luar." Davin Mahendra langsung berjalan keluar untuk mencari udara segar sekaligus mencari ruang agar bisa berbicara dengan aman tanpa ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka berdua.     

Tanpa banyak bertanya, Alex langsung mengikuti atasannya menuju sebuah pintu yang langsung menghadap ke sebuah taman di samping gedung rumah sakit itu. "Apa yang sebenarnya terjadi, Bos?" Rasanya Alex sudah sangat tidak sabar untuk mendengar penjelasan tentang penyergapan itu.     

"Kemarin saat akan melakukan penyergapan, kami tak pernah sadar jika itu adalah sebuah jebakan yang sengaja dibuat oleh kelompok geng itu. Seluruh anak buah menjadi sandera, aku pun tak mampu menolak keinginan mereka. Setelah aku membebaskan beberapa orang anggotanya, kelompok geng itu seolah melepaskan mereka semua lalu menjadikanku sandera. Entah dari mana, Brian dan anak buah Adi Prayoga datang dan menyelamatkan kami semua. Sayangnya .... " Tiba-tiba saja Davin menghentikan ceritanya, merasakan rasa frustasi yang begitu besar dan juga penuh penyesalan. Pria itu menarik rambutnya sendiri dengan kasar. "Sayangnya seorang anggota geng itu dengan sangat cepat menembak senjatanya ke arahku. Brian yang melihat hal itu justru membiarkan dirinya tertembak untuk melindungiku." Ingin rasanya Davin Mahendra merutuki dirinya sendiri karena pernah sangat membenci menantunya itu. Dia tak pernah menyangka jika Brian akan mempertaruhkan nyawa untuknya. Sebuah penyesalan yang besar dan begitu dalam harus ditanggung oleh pria yang begitu membenci keluarga Prayoga itu.     

Alex akhirnya mengerti alasan bos-nya bisa secemas itu. "Apakah Imelda mengetahui keadaan suaminya?" tanya pria yang ikut mengkhawatirkan keadaan Brian Prayoga.     

"Brian telah berhasil membuatku berjanji untuk merahasiakan hal ini dari Imelda. Rasanya aku merasa sangat berdosa pada anakku sendiri. Semoga saja kondisi Brian segera membaik dan aku tak perlu menutupi apapun lagi dari Imelda," jelas Davin Mahendra dengan wajah penuh penyesalan.     

Sebagai orang kepercayaan Davin Mahendra, Alex mengetahui hampir semua hal yang terjadi dengan atasannya itu. Bahkan alasan kebenciannya pada Adi Prayoga .... Alex sangat tahu dengan hal tersebut. "Apakah Adi Prayoga sudah mengetahui keadaan anaknya?" Pria itu kembali bertanya pada pada atasannya. Alex hanya ingin mengetahui, hal buruk apa yang bisa saja menimpa mereka semua karena membuat anak tunggal sang bos mafia terluka cukup parah.     

Berulangkali Davin Mahendra menghela nafasnya sendiri. Tak biasanya pria itu terlihat begitu cemas dan sangat frustasi. Biasanya ... meskipun berada di sarang musuh, Davin Mahendra tetap bisa bersikap tenang tanpa terprovokasi oleh para musuhnya. Namun kejadian tertembaknya Brian karena menyelamatkan dirinya itu, cukup mengguncang dirinya. "Mengapa bukan aku sendiri saja yang tertembak?" kesalnya dengan keadaan yang terlalu menyesakkan dada. "Aku sudah memberitahukan hal ini pada Prayoga. Aku juga memintanya untuk merahasiakan hal ini pada Imelda. Karena jika anak itu sampai stress, itu akan sangat berbahaya bagi janinnya." Pria itu mengatakan hal sama seperti yang dikatakan Adi Prayoga kepadanya saat di telepon. Ayah mertua Imelda itu sangat mengkhawatirkan keadaan menantunya. Membuat Davin Mahendra merasa jika Imelda telah berada di tangan yang tepat.     

"Sepertinya Imelda memiliki mertua yang baik. Bos tak perlu mengkhawatirkannya, dia pasti baik-baik saja bersama Adi Prayoga," tambah Alex atas ucapan atasannya tadi. Diam-diam dia tersenyum di dalam hatinya. Alex masih ingat bagaimana hancurnya dua tali persahabatan yang terjalin sejak mereka masih kuliah. Namun lagi-lagi ... takdir justru mempermainkan hubungan dua keluarga itu. Dua keluarga itu dipersatukan dalam sebuah tali pernikahan suci dan sakral.     

Davin Mahendra terlihat sedang memikirkan sesuatu yang cukup besar. Dia pun menatap Alex dengan penuh arti. "Ku harap kebaikan Adi Prayoga benar-benar tulus tanpa adanya motif untuk membalas dendam dengan cara yang sangat menyakitkan," sahutnya dengan tatapan dingin.     

"Dosa apa yang sudah Bos lakukan pada keluarga Prayoga hingga harus ada dendam di antara kalian?" Sebuah pertanyaan dari Alex berhasil membuat Davin Mahendra langsung terdiam seketika dengan perubahan ekspresi yang sangat jelas. Dia pura-pura tak mengetahui alasan hancurnya hubungan persahabatan mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.