Bos Mafia Playboy

Siapa Eliza?



Siapa Eliza?

0Sebelum kembali ke rumahnya, Vincent mendapatkan sebuah panggilan telepon dari ayahnya. Davin Mahendra meminta dirinya untuk datang ke tempat di mana Brian dan Imelda tinggal. Pasangan itu mengundang mereka untuk makan malam bersama. Sayangnya, malam itu Davin Mahendra memiliki tugas dinas ke luar kota. Dengan sangat berat hati, Vincent harus menggantikan ayahnya itu untuk makan malam bersama keluarga Prayoga.     

Sampai di depan sebuah bangunan yang dijaga sangat ketat, Vincent langsung masuk ke dalam dengan diantarkan oleh seorang bodyguard yang bekerja untuk keluarga Prayoga. Melewati ruang tamu menuju ke sebuah ruangan di tengah-tengah rumah itu.     

"Imelda mendengar jika aku akan menemui Eliza, dia akhirnya menjadi salah paham terhadapku ... " ucap Brian pada Imelda dan juga Davin Mahendra.     

Vincent yang mendengar hal itu langsung mempercepat langkahnya dan menghampiri mereka semua. "Siapa Eliza?" tanyanya langsung kepada sosok pria yang menjadi adik iparnya.     

"Kak Vincent!" Terlukis wajah terkejut dan juga sedikit takut di wajah Imelda. Dia takut jika kakaknya itu akan marah dan memisahkan mereka berdua.     

"Siapa Eliza?" tanya Vincent lagi dengan wajah geram dengan nada bicara yang lebih tinggi dari sebelumnya.     

Brian mendadak mati kutu. Dunia seakan hancur di hadapannya. Rasanya, ia tak mungkin maju atau mundur. Brian harus menyerah dan juga pasrah dengan nasibnya di tangan sang kakak ipar.     

"Eliza adalah teman kuliahku dulu .... " Terdengar suara Brian sedikit bergetar dan juga putus-putus. Pria itu benar-benar telah kehilangan taringnya. Bahkan Brian tak berani memandang Vincent yang sedang menatap tajam dirinya.     

Dengan wajah muram yang memendam amarah, Vincent melangkahkan kakinya ke tempat di mana Brian berdiri. Melemparkan tatapan tajam seolah ingin menghabisi nyawanya. "Lalu ... apa hubunganmu dengan Eliza? Apa dia cinta pertamamu?" Vincent kembali meninggikan nada suaranya sambil meraih kerah kemeja yang dipakai oleh Brian.     

"Dia hanya teman kuliahku, Kak," sahut Brian dengan keraguan dan juga ketakutan yang bercampur menjadi satu.     

Adi Prayoga melihat ada yang disembunyikan oleh Brian. Wanita yang disebutkan tadi tak mungkin hanya teman kuliah anaknya saja. "Kevin!" panggilnya pada seorang pria yang memilih untuk diam daripada mengatakan kebenaran itu.     

"Iya, Om. Ada yang bisa kubantu?" tanya Kevin pada ayah dari sahabatnya.     

Tak ingin semua berlarut-larut dan berbuntut panjang, Adi Prayoga ingin menyelesaikan semuanya malam itu juga. Dia tak ingin memperkeruh hubungan keluarga di antara mereka semua. "Bukankah kamu dan Brian kuliah di universitas yang sama? Apakah kamu juga mengenal Eliza?" tanya pria tua itu tanpa banyak basa-basi.     

Ingin rasanya Kevin segera menghilang dari rumah itu. Dia tak ingin terlibat dalam rumitnya hubungan dua keluarga itu. "Eliza adalah teman kuliah Brian. Sekarang, dia adalah seorang jaksa yang cukup diperhitungkan. Sedangkan ayahnya adalah seorang hakim senior yang cukup dihormati," jelas Kevin.     

"Tak usah berlagak bodoh, Kevin. Aku yakin jika kamu tahu apa yang aku maksudkan," sahut Adi Prayoga dengan tatapan yang mengintimidasi.     

Seperti dugaan Kevin sebelumnya, pada akhirnya dia harus mengungkapkan sesuatu yang tak ingin dikatakannya. Namun pertanyaan Adi Prayoga tak mungkin lagi dihindarinya. "Begini, Om .... " Kevin terlihat sangat ragu untuk mengatakan hal itu.     

"Eliza pernah sangat menyukai Brian. Bahkan dia yang selalu mengejar Brian selama kuliah dulu," ungkap Kevin dengan nafas tertahan. Ingin rasanya dia segera berlari dan menghilang dari tempat itu. Terlalu menegangkan baginya, hingga jantungnya seolah akan segera meledak.     

"Brengsek!" Sebuah pukulan keras dari Vincent mendarat di wajah Brian.     

"Hentikan, Kak!" teriak Imelda sambil memeluk suaminya untuk menghalangi pukulan kepada suaminya.     

Vincent menggelengkan kepalanya, melihat Imelda yang terlalu melindungi sosok pria brengsek yang menikahinya itu. Rasanya dia segera menghabisi Brian saat itu juga. "Jangan bilang jika Eliza adalah kekasihmu juga. Kamu sengaja ingin bermain-main di belakang adikku," bentaknya dengan suara tak terkendali.     

Dengan wajah yang pilu dan juga terlihat hancur, Vincent memandang sosok pria yang dulu sangat dekat dengan ibunya itu. "Om Adi! Tidak cukupkah Anda menghancurkan papaku, hingga Imelda harus juga hancur oleh pria brengsek seperti anakmu itu," ungkap Vincent dengan pandangan mata berkaca-kaca.     

Tanpa sadar Vincent telah mengungkapkan sebuah rahasia yang selama ini disimpannya sendiri. Rasanya dia hampir saja meledak dan mengatakan segalanya di depan Imelda dan juga Brian.     

Imelda langsung melepaskan suaminya dan menatap tajam kakaknya karena ucapan yang dikatakan oleh Vincent. Dia masih mencoba untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut kakaknya itu. "Apa maksud dari ucapanmu, Kak?" tanyanya dengan suara bergetar dan sorot mata yang mulai meredup.     

"Apakah semuanya itu adalah kebenaran? Apakah Mama benar-benar menjalin hubungan terlarang dengan Papa Davin?" Tiba-tiba saja, Imelda merasa kakinya tak bertulang. Dia kehilangan kekuatan untuk berdiri di kakinya sendiri. Wanita itu tersungkur dengan genangan air mata yang mulai mengalir membasahi wajah.     

"Sayang!" Brian dan Davin secara bersamaan memanggil Imelda sambil menahan wanita itu agar tidak terjatuh ke lantai.     

Tak jauh dari Imelda, seorang pria terlihat begitu frustrasi dan menyesali ucapannya sendiri. Dia tak pernah bermaksud membuat Imelda mengetahui hal itu. Pasti akan sangat menghancurkan asik perempuan satu-satunya itu.     

"Papa! Apakah benar yang dikatakan Kak Vincent?" Imelda bertanya dalam kesedihan yang begitu dalam yang telah merobek hatinya.     

"Semua adalah salah paham, Sayang. Kamu juga tahu jika hubungan Papa dan juga Irene sangat dekat. Kalian semua juga mengetahui kedekatan kami," jelas Adi Prayoga kepada menantunya. Dia hanya berusaha untuk menenangkan Imelda yang terlihat sangat syok. "Vincent mungkin hanya salah paham tentang kedekatan kami berdua," lanjutnya lagi sambil melirik sosok pria yang masih berdiri dalam wajah penuh penyesalan.     

Vincent tak ingin menambahkan beban di hati Imelda. Dia pun membulatkan hatinya untuk menutupi hal itu dari adik kesayangannya. "Om Davin benar. Sepertinya aku hanya salah paham pada hubungan mereka. Padahal aku selalu menemani Mama setiap kali mereka bertemu. Bahkan terkadang ada Tante Natasya juga," terang Vincent sambil membantu Imelda untuk duduk di sebuah kursi besar di ruangan itu.     

"Kevin ... tolong suruh Martin datang kesini sekarang juga," perintah Adi Prayoga pada seseorang yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.     

"Baik, Om," jawab Kevin. Dia pun langsung menghubungi Martin secepatnya.     

Brian terlihat bingung, kenapa ayahnya menyuruh Martin untuk datang saat itu juga. "Untuk apa Papa meminta Martin datang sekarang?" tanyanya penasaran.     

"Aku ingin melihat, siapa wanita yang ingin kamu temui itu? Rasanya aku sudah tak sabar untuk mengetahui semuanya," jawab Adi Prayoga dengan wajah serius.     

Brian terlihat panik dan juga ketakutan. "Papa tak perlu menyelidiki Eliza. Aku tak ada hubungan apapun dengannya," sahut Brian dengan wajah yang sangat mencurigakan.     

"Ada apa denganmu?" Adi Prayoga semakin mencurigai anaknya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.