Bos Mafia Playboy

Siapa Itu Eliza?



Siapa Itu Eliza?

0Adi Prayoga masih tak menyangka jika Martin berani menyinggung tentang masa lalunya itu. Dia pun melemparkan sebuah tatapan ingin membuat, diiringi senyum seringai yang terlihat sangat mengerikan. "Rasa ingin tahu mu itu, bisa saja membuat nyawamu melayang," ucap Adi Prayoga sebelum pergi meninggalkan orang kepercayaannya itu.     

Di sisi yang lain, Martin masih berdiri di tempatnya sambil memikirkan setiap kata yang diucapkan oleh bos-nya. "Apa maksud ucapannya?" gumam Martin dengan wajah bingung dan juga penasaran dengan teka-teki kehidupan seorang Prayoga dan juga Mahendra. Sudah cukup lama ia harus menahan dirinya dari rasa ingin tahu yang terkadang membuatnya sulit memejamkan mata.     

Martin pun langsung menyusul Brian dan Imelda yang sudah menunggunya di dalam mobil. "Maaf ... sudah membuat kalian menunggu," ucapnya pada pasangan suami istri yang sudah duduk di dalam mobil.     

"Apa yang kalian berdua bicarakan?" tanya Brian pada pria yang sudah berada di kursi kemudi.     

"Masalah pekerjaan biasa," jawab Martin. Dia sengaja menutupi hal itu dari Imelda. Martin khawatir jika Imelda akan memikirkan hubungan terlarang itu dan bisa mempengaruhi janin di dalam perutnya.     

Di kursi belakang, Brian masih saja memperhatikan ekspresi wajah Martin yang terlihat tidak biasa. Dia sangat yakin jika pria itu sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. Namun ia tak ingin menanyakan hal itu kepada Martin di hadapan sang istri.     

Tak berapa lama, mereka sudah berada di depan villa tempat tinggalnya. Brian langsung menggandeng Imelda dan mengajaknya masuk. "Martin! Aku ingin berbicara padamu sebentar. Tunggu saja di sini, aku akan mengganti pakaianku dulu," cetus Brian sambil berjalan masuk menuju ke kamar.     

"Apa ada masalah, Brian? Sepertinya ada hal yang cukup serius .... " Imelda melepaskan pakaiannya lalu menggantinya dengan pakaian santai.     

"Ini hanya masalah pekerjaan saja, Sayang. Kamu istirahat saja dulu, aku akan membangunkanmu sebelum makan malam," jawab Brian sebelum keluar dari kamar.     

Untung saja, Imelda sama sekali tak curiga ataupun memikirkan yang tidak-tidak. Wanita itu sedikit lelah dan langsung merebahkan diri di atas ranjang di dalam kamarnya. Hanya dengan hitungan detik saja, Imelda sudah terbuai dalam mimpi indahnya.     

Brian melangkahkan kakinya dengan penuh keyakinan untuk menemui Martin yang masih menunggu di teras depan. "Apa yang kamu bicarakan dengan Papa, Martin?" Tanpa basa-basi Brian langsung melemparkan pertanyaan itu pada pria yang sedang menatap layar ponselnya.     

"Aku sudah bilang itu urusan pekerjaan," jawab Martin tanpa memandang lawan bicaranya. Dia sudah menyadari jika anak dari bos-nya itu mulai mencurigainya.     

"Apa kamu pikir aku bodoh?" kesal Brian sambil berdiri di hadapan Martin dengan wajah serius dan sebuah tatapan tajam. Tanpa sadar, Brian membulatkan matanya begitu sempurna. Dia merasa jika Martin terlalu meremehkan dirinya.     

Martin langsung tak acuh dan memalingkan wajahnya membelakangi Brian. Dia tak ingin menimbulkan keributan di sana. Terlalu banyak orang yang lalu lalang di sekitar sana. Tanpa semangat, ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke tempat di mana mobilnya berada. "Tak usah berpikir macam-macam, kamu cukup menjaga Imelda saja. Pastikan jika istrimu baik-baik saja," ucapnya sambil membuka pintu mobil.     

"Tunggu, Martin!" Brian memegang erat pintu mobil itu hingga tak bisa ditutup. "Apakah ini tentang skandal papaku?" tanyanya dengan penuh keraguan dan juga kecemasan. "Apakah papaku mengakui perbuatannya itu bersama Mama Irene?" tanyanya lagi dengan gejolak emosi yang mulai terlihat diwajahnya.     

Sebuah helaan nafas terdengar sangat jelas. Martin kembali menutup pintu mobilnya dan berdiri di hadapan Brian. "Kenapa tidak kamu tanyakan langsung pada papamu saja? Mungkin seorang Adi Prayoga bisa mengatakan kebenaran pada anak semata wayangnya ... " sahutnya dengan ekspresi aneh yang begitu sulit untuk diartikan.     

"Aku belum pernah menanyakan hal itu secara terang-terangan," jawab Brian dengan sisi keraguan yang cukup besar. Dia selalu saja ragu setiap kali akan menanyakan hal itu pada ayahnya. Selain itu, ia belum siap menerima sebuah kebenaran yang selama ini telah ditutupi oleh kedua keluarga.     

Terlihat senyuman sinis di wajah Martin. Selama bertahun-tahun mengenal Brian, ia tak pernah melihat Brian mengungkit masa lalu dari ayahnya. Ada sesuatu yang membuat pria itu selalu menahan dirinya untuk menjaga sebuah hati. "Aku akan pergi dulu. Nanti malam aku akan berjaga di luar saja. Jangan katakan kedatanganku pada mereka semua," pamitnya lalu masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan villa di mana pasangan itu tinggal.     

Brian kembali masuk ke dalam rumah itu, ia langsung ke dapur untuk menemui beberapa pelayan yang sedang sibuk di sana. "Nanti ... akan ada beberapa orang yang datang untuk makan malam di sini. Tolong persiapkan semuanya dengan sebaik mungkin," ucapnya pada dua orang pelayan wanita yang sudah cukup lama bekerja di sana.     

"Baik, tuan muda," sahut kedua pelayan itu dengan sangat sopan. Mereka langsung mempersiapkan beberapa menu makanan yang akan dimasak untuk makan malam itu.     

Di dalam kamarnya, Imelda baru saja terbangun karena posisi tidur yang tidak nyaman. Dia melihat tak ada seorang pun di dalam kamarnya. Dengan langkah yang perlahan, ia berjalan untuk keluar dari kamar. Tenggorokannya terasa sangat kering, Imelda berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol minuman dingin. "Di mana suamiku?" tanyanya pada kedua pelayan yang sedang memasak di dapur.     

"Tuan muda baru saja keluar setelah seorang bodyguard memanggilnya," jawab seorang pelayan dengan ramah.     

"Baiklah, terima kasih." Imelda menatap sekeliling, berharap bisa menemukan suaminya. Sampai di depan bangunan itu, ia melihat Brian sedang berbincang serius dengan dua pria tinggi besar yang tak lain adalah anak buah Adi Prayoga. "Apa yang sedang mereka bicarakan?" tanya Imelda sambil terus memandangi suaminya.     

Ingin rasanya Imelda segera menyusul suaminya. Namun dia sangat ragu untuk melakukan hal itu. Dengan segala keyakinan yang tersisa, Imelda berjalan mendekati ketiga pria yang mengobrol cukup serius itu.     

"Katakan saja pada Eliza, aku akan menemuinya secepat mungkin," ucap Brian pada kedua bodyguard itu. Dia masih tak menyadari jika Imelda sudah berdiri tak jauh darinya.     

"Siapa itu Eliza?" tanya Imelda di dalam hatinya. Dia menjadi sangat penasaran dengan sebuah nama yang baru saja di sebutkan oleh suaminya. "Brian!" panggilnya pada sosok pria yang masih berbincang dengan anak buah Adi Prayoga.     

Brian membalikkan badannya dengan wajah terkejut dan juga cukup cemas. Dia takut jika Imelda mendengar pembicaraannya dan menjadi salah paham. "Sayang ... sejak kapan kamu di sini?" tanyanya panik.     

"Sejak kamu mengatakan akan menemui wanita itu," jawab Imelda dengan senyuman aneh yang menyimpan kekecewaan pada suaminya. Rasanya terlalu menyakitkan saat mendengar suaminya akan menemui wanita lain.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.