Bos Mafia Playboy

Pemilik Yang Sebenarnya



Pemilik Yang Sebenarnya

0Brian tak mampu memandang wajah dua pria di depannya, ia merasa sangat malu untuk mengatakan sesuatu yang akan diucapkannya. Menyembunyikan hal itu juga bukan sesuatu yang baik, mereka membutuhkan banyak bukti dan juga saksi untuk membongkar sebuah persengkongkolan yang selama ini cukup mengusik ketenangan mereka.     

"Aku curiga kalau mamaku menjadi kekasih gelap dari salah satu di antara mereka. Semalam aku baru saja memergoki Mama sedang melakukan hubungan terlarang itu dengan seorang pria yang sengaja disembunyikan identitasnya. Bahkan pria itu juga pergi dengan mencurigakan," jelas Brian dalam wajah merah padam karena harus menceritakan aib ibunya sendiri.     

"Dan satu hal lagi ... Mama mencoba untuk memberikan obat tidur untuk aku dan Imelda agar terlelap saat ia sedang bermain-main dengan pria itu. Bukankah itu sangat mencurigakan?" terang Brian lagi pada mereka berdua.     

Vincent langsung naik darah begitu mendengar cerita dari adik iparnya. "Bagaimana Tante Natasya bisa melakukan hal itu? Bukankah itu sangat berbahaya bagi janin Imelda?" sahutnya sangat geram. Dia tak habis pikir jika seorang dokter bisa melakukan hal yang mengerikan seperti itu.     

"Untung saja kami berdua tak memakan makanan itu," seru Imelda cukup menyakinkan. Dia pun memandang ketiga pria itu dalam sebuah tatapan yang sulit diartikan. "Sepertinya, Mama Natasya belum mengetahui jika aku sedang hamil. Pagi harinya saat bertemu di dapur, ia terlihat sangat terkejut saat aku mengatakan jika sedang mengandung cucunya," tambah Imelda, ia tak ingin membuat hubungan buruk itu semakin hancur dan sulit untuk diperbaiki.     

Vincent dan Martin saling memandang satu sama lain. Seolah mereka berdua sedang berbicara tanpa suara. Hanya sorotan mata tajam yang seakan berbincang mesra di antara mereka berdua.     

"Sepertinya wanita itu sedang menyusun sebuah rencana yang lebih besar lagi," cetus Martin antara yakin dan juga ragu dengan ucapannya sendiri.     

"Aku juga sedang berpikir seperti itu. Lalu ... kira-kira, siapa pria yang bersamaan semalam?" Vincent semakin penasaran dengan potongan cerita yang diungkapkan oleh Brian tadi.     

Brian melemparkan tatapan penuh arti pada Imelda. Dia merasa bersalah telah menyeret istrinya itu dalam rumitnya hubungan keluarganya. Bahkan ia menyesali pertemuannya kembali dengan Natasya. Andai ibunya itu tak muncul, semua pasti jauh lebih baik lagi.     

"Sebenarnya ... Mama sempat menyuruh penjaga untuk mencegah kami untuk keluar dari rumah itu. Namun aku mengamuk di sana hingga akhirnya ia membiarkan kami pergi. Sepertinya, beberapa orang juga mengikuti kami sampai ke dalam restoran ini." Brian mencoba menceritakan semua yang sudah dialaminya selama satu hari tinggal bersama ibunya. Segalanya terasa tak masuk akal untuk Brian dan juga Imelda.     

Segalanya terdengar semakin di luar nalar bagi Martin dan juga Vincent. Mereka berdua menjadi sangat penasaran dengan rencana jahat yang mungkin saja akan dilakukan oleh Natasya.     

Tanpa membuang waktu lagi, Martin mencoba mencari data tentang pemilik rumah itu melalui laptop yang dibawanya. Dalam beberapa menit saja, ia sudah mendapatkan sebuah informasi yang sedang dicarinya.     

"Rumah besar dan mewah yang kalian tinggali itu atas nama Fenita Lin. Tapi anehnya, setelah kucari data tentang Fenita Lin ... sesuai kartu identitasnya, ia bukan warga kota ini. Wanita itu berasal dari daerah di pinggiran kota." Martin mencoba menjelaskan semua yang sudah diketahuinya. Terlalu banyak kejanggalan dalam kehidupan Natasya yang tiba-tiba muncul setelah bertahun-tahun menghilang.     

Martin kembali menyibukkan mata, jari dan otaknya pada layar monitor di hadapannya. Dia berupaya untuk terus menggali berbagai informasi mengenai wanita bernama Fenita Lin itu. Terlalu mencurigakan seorang wanita biasa bisa memiliki hunian yang cukup mewah di pusat kota. Martin harus menemukan sebuah celah yang bisa membuka segala tabir yang masih belum terungkap.     

"Apa kalian pernah melihat wanita ini di rumah itu?" tanya Martin sambil memperlihatkan sebuah gambar diri seorang wanita yang diduga adalah Fenita Lin.     

Imelda dan Brian langsung saja memperhatikan sebuah gambar yang tidak terlalu jelas dalam layar monitor itu. Mereka juga sangat penasaran dengan wanita yang berstatus sebagai pemilik rumah itu.     

"Wajah ini terasa familiar," gumam Imelda pelan tanpa mengalihkan pandangan dari gambar yang baru saja ditunjukkan oleh Martin.     

"Bisakah kamu memperlihatkan gambar yang lebih jelas, Martin?" tanya Brian dalam wajah yang juga penasaran dengan wanita dalam gambar itu.     

Tanpa membuang waktu, Martin kembali mencari-cari gambar wanita pemilik rumah besar itu. Setelah beberapa saat, ia menghela nafasnya sebentar lalu memutar layar agar menghadap ke arah Brian dan Imelda.     

"Itu gambar yang paling jelas yang bisa kutemukan dari identitas aslinya itu," ucap Martin pada pasangan suami istri yang tentu saja merupakan anak dan juga menantu dari bos-nya sendiri.     

Imelda terlihat sudah sangat penasaran pada sosok wanita di dalam gambar. Tiba-tiba saja, ia terdiam dalam sorotan mata tajam mengarah ke layar monitor itu. Seolah jantungnya baru saja berhenti untuk sekian detik.     

"Wanita itu adalah kepala pelayan di rumah Mama Natasya." Imelda mengatakan hal itu dengan sangat menyakinkan. Dia bisa mengingat sangat jelas wajah wanita itu. Baru pagi tadi, ia mengobrol dengan wanita yang bernama Fenita Lin itu saat berada di dapur.     

"Apakah kamu yakin, Sayang? Aku bahkan belum pernah melihat wajahnya sekalipun," sahut Brian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor di depannya.     

Mendengar pertanyaan dari suaminya, Imelda langsung mengarahkan pandangan pada Brian. Dia mengerti mengapa suaminya itu bisa menanyakan hal itu. Bukan tanpa alasan, ia sendiri juga baru sekali bertemu seorang wanita yang berstatus sebagai kepala pelayan di sebuah rumah besar dan juga mewah yang ditempati oleh Natasya.     

"Aku sangat yakin, Brian. Bahkan aku sempat mengobrol dengannya saat pagi tadi di dapur. Dia juga yang membantuku untuk memanggil seorang pelayan untuk membereskan makanan di kamar kita," jelas Imelda tanpa menambahkan atau mengurangi semua yang telah dilaluinya lagi tadi.     

Vincent dan juga Martin masih terdiam mendengarkan perbincangan antara mereka berdua. Kedua pria itu juga sedang memikirkan kemungkinan apa yang bisa terjadi.     

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Martin?" Vincent melontarkan sebuah pertanyaan itu karena ia menyadari jika sahabatnya itu terlihat sedang berpikir cukup keras.     

Tak langsung menjawabnya, Martin justru melemparkan tatapan pada mereka semua satu persatu.     

"Hanya satu hal kupikirkan saat ini .... Kemungkinan besar wanita itu hanya meminjamkan namanya untuk pembelian rumah itu," jelas Martin dengan sedikit keraguan yang begitu terasa dalam setiap kata yang terucap.     

"Bisa juga, wanita itu benar-benar memiliki hubungan dengan pemilik asli rumah itu," sahut Vincent dengan keraguan yang sama seperti yang Martin rasakan.     

Brian juga ikut bingung dengan berbagai kemungkinan yang dimunculkan oleh mereka. "Lalu ... siapa sebenarnya pemilik rumah itu?" tanyanya sangat penasaran.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.