Bos Mafia Playboy

Kebohongan Natasya



Kebohongan Natasya

0Brian langsung berlari secepat mungkin untuk mengejar seseorang yang terlihat baru saja keluar dari kamarnya. Namun ia tak menemukan siapapun di sana. Beberapa ruangan di sebelah kamarnya pun juga terkunci cukup rapat. Dia pun kembali turun dan mencari seorang pelayan yang biasanya membersihkan ruangan-ruangan di rumah itu.     

"Apakah selain kami berdua, ada orang lain yang tinggal di kamar yang berada di lantai atas?" tanya Brian pada seorang pelayan yang dengan sengaja dipanggilnya.     

"Tidak ada, Tuan. Kebetulan sekali, saya yang selalu membersihkan seluruh ruangan di lantai atas," jelas pelayan itu cukup menyakinkan, tak ada hal yang terlihat mencurigakan bagi Brian.     

Sayangnya ... Imelda sama sekali tak mempercayai ucapan pelayan itu. Dia melihat dengan kepalanya sendiri, saat pelayan lain yang sedang membersihkan kamar-kamar itu. Artinya, ada sebuah kebohongan yang sengaja diucapkan oleh seluruh penghuni rumah itu. Tak peduli itu majikan ataupun pelayan, mereka semua dengan mudahnya mengatakan sebuah kebohongan.     

"Aku merasa ada yang tidak beres dengan seluruh penghuni rumah ini. Jelas-jelas tadi aku melihat seorang pelayan lain baru saja selesai membersihkan ruangan di lantai atas." Imelda sengaja mengatakan hal itu cukup keras dan juga sangat jelas. Dia tak suka dengan segala kebohongan yang sengaja dilakukannya.     

Mendadak wajah pelayan itu memucat seketika itu juga. Tak pernah dibayangkan jika seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah itu bisa langsung mengetahui kebohongan yang mereka tunjukkan.     

"Sepertinya Anda sudah salah paham, Nyonya," sahut pelayan itu dengan wajah cemas dan juga terlihat ketakutan. Ia yakin jika Imelda sangat murka jika mengetahui kebohongan mereka semua.     

"Jangan berbelit-belit padaku sekarang! Cukup katakan saja, sudah berapa lama Mama Natasya tinggal di rumah sebesar ini sendiri?" Imelda tak mampu menahan dirinya lagi. Segala yang berada di bawah atap rumah itu terlihat sangat tidak masuk akal baginya.     

Pelayan itu langsung menundukkan kepalanya tanpa mampu memberikan jawaban pada wanita cantik yang sudah berdiri di depannya itu.     

"Tunggulah di sini!" perintah Imelda pada pelayan wanita yang terlihat sangat ketakutan. Dia pun langsung masuk ke dalam kamar lalu mengambil senjata api milik suaminya.     

Dengan tiba-tiba, Imelda langsung mengarahkan senjata api milik Brian ke arah kepala pelayan itu.     

"Katakan yang sejujurnya, sebelum aku memecahkan kepalamu!" ancam Imelda dalam satu tarikan nafas dengan wajah sangat serius. Wanita itu memandang pelayan itu dalam wajah dingin yang begitu mengerikan. Bahkan ... Imelda melakukan hal itu tanpa beban sedikit pun. Seolah nampak bagai seorang pembunuh berdarah dingin.     

"Ampun, Nyonya. Saya akan mengatakan yang sebenarnya tapi tolong turunkan pistol itu dari kepala saya," ucap pelayan itu dalam wajah ketakutan hingga suaranya terdengar sangat bergetar dan tidak jelas.     

Imelda tersenyum sinis memandang ke wajah pelayan itu. Dia tak menyangka jika begitu mudah untuk memberikan sebuah ancaman demi kepentingan pribadinya. Lagipula, Imelda tak mungkin benar-benar melepaskan tembakan di kepala pelayan wanita itu. Dia tak setega itu melakukan sesuatu yang kejam ataupun mengerikan terhadap orang lain.     

"Cepatlah!" Lagi-lagi Imelda meneriaki wanita itu. Bukan tanpa alasan, itu hanya sebuah gertakan agar pelayan itu segera membuka mulutnya.     

"Sebenarnya .... " Terlihat sangat berat bagi pelayan itu untuk mengungkapkan kebenaran. Namun ia tak ingin mati konyol karena menyembunyikan sebuah kebohongan dari orang yang baru saja dikenalnya.     

"Nyonya Natasya baru seminggu tinggal di rumah ini. Selama satu tahun bekerja di ini, tidak ada siapapun yang tinggal di sini. Namun setelah kedatangan Nyonya Natasya, tiba-tiba banyak orang yang datang dan bekerja sebagai tim keamanan di rumah ini." Pelayan itu mencoba untuk menjelaskan semua yang sudah diketahuinya. Tak ada apapun yang sengaja ditutupinya dari Imelda.     

Brian cukup terkejut mendengar penjelasan panjang lebar dari pelayan itu. Dia tak menyangka jika wanita yang sudah melahirkannya itu telah mengatakan kebohongan yang di lua dugaannya.     

"Apa kamu mengetahui siapa pemilik rumah ini?" Brian semakin tak sabar untuk membuka kebenaran baru yang sedang ditutupi oleh ibunya.     

"Tidak ada yang tahu tentang pemilik rumah ini. Setiap kali orang itu datang, kita semua akan diliburkan selama seminggu. Hanya kepala pelayan saja yang tetap tinggal sini," jelas pelayan itu dengan kecemasan yang tak mungkin bisa ditutupinya lagi.     

Pelayan itu akhirnya pamit pergi sebelum ada yang mengetahui perbicangan mereka. Dalam hitungan detik saja, wanita itu sudah menghilang dari hadapan pasangan suami-istri di hadapannya. Dia tak ingin bunuh diri dengan mengatakan hal itu kepada mereka berdua.     

"Untuk apa Mama mengatakan kebohongan padaku? Awalnya aku sangat senang dengan kehadiran Mama kembali ... namun semuanya terlihat mencurigakan bagiku," ucap Brian dalam wajah kecewa dan tentu saja sangat terluka pada kebohongan ibunya. Seolah luka yang ditinggalkan oleh Natasya dulu, kembali disiram dengan air garam dan juga dirobek tanpa ampun.     

"Kita harus pergi dari sini, Sayang," ajak Brian pada istrinya.     

Imelda memang ingin segera meninggalkan rumah itu. Namun saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk pergi. Dia berpikir harus membongkar semuanya sebelum benar-benar meninggalkan rumah itu.     

"Kita tak bisa pergi sekarang. Bahkan kita belum menginap satu malam pun di rumah ini," sahut Imelda cukup menyakinkan. Bukan Imelda jika ia tak mampu untuk menenangkan hati Brian.     

"Tiba-tiba saja ... aku tak bisa memikirkan apapun, Sayang," ungkap Brian dalam wajah yang sangat menyedihkan. Dia merasa telah dikhianati oleh ibunya sendiri dan hal itu sungguh sangat menyakitkan baginya.     

Wanita itu langsung memberikan sebuah pelukan kepada suaminya. Imelda ingin menenangkan hati pria yang terlihat sangat hancur dengan semua yang terus menghantam kehidupannya.     

"Kita harus tetap di sini sampai mengetahui sosok di balik Mama Natasya. Aku sangat yakin jika ada orang hebat di belakangnya." Imelda mencoba menjelaskan kemungkinan yang mungkin saja bisa terjadi.     

"Apa kamu yakin ingin tinggal di sini?Aku pikir Mama berbeda dengan Papa. Nyatanya ... wanita yang sudah melahirkan aku itu justru melakukan hal yang lebih buruk lagi. Aku benci mereka semua!" Brian sudah terbawa emosi atas dirinya sendiri. Dia tak ingin tenggelam dalam kebencian yang semakin dalam dan mengerikan.     

Imelda hanya menganggukkan kepalanya saat menyadari ada seseorang yang berjalan ke arah mereka. Seorang pria dengan perawakan tinggi besar dan juga cukup tampan tiba-tiba mendekati mereka.     

"Nyonya Natasya berpesan jika Anda harus beristirahat dengan baik. Saya akan meminta seorang pelayan untuk mengantarkan makan malam di kamar Anda," ucap seorang pria yang baru saja mendatangi mereka berdua.     

"Kenapa kami tak makan malam di ruang makan saja?" Sebuah pertanyaan sengaja dilontarkan Imelda pada pria yang berdiri tak jauh darinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.