Bos Mafia Playboy

Kebohongan Baru



Kebohongan Baru

0Brian dan Imelda masih saja tak mengerti alasan penjaga itu melarangnya untuk meninggalkan rumah. Bukankah sangat aneh, hanya keluar sebentar saja harus mendapatkan ijin dari ibunya. Dalam kekesalan yang sudah memuncak di pucuk kepalanya, Brian berjalan cepat menuju kamar Natasya dalam amarah yang semakin berkobar.     

"Mama! Cepat keluarlah sekarang!" Brian berteriak seperti sedang kesetanan, ia tak peduli jika seluruh penghuni rumah itu bisa mendengar suaranya yang terlalu keras.     

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari ibunya, Brian mengetuk keras pintu kamar di depannya. Seolah ia ingin segera mendobrak dan juga menghancurkan pintu di hadapannya.     

"Keluarlah, Ma!" teriak Brian lagi dengan suara yang lebih keras.     

Hingga tak lama kemudian, keluarlah Natasya dengan barthrobe yang melekat di tubuhnya, rambutnya pun terlihat masih basah.     

"Ada apa, Brian? Kenapa berteriak seperti itu? Mama baru saja selesai mandi," balas Natasya dalam wajah polos tanpa make sedikit pun. Wanita itu masih saja terlihat cantik meskipun tak memakai riasan.     

"Kenapa Mama melarang kami pergi? Imelda ingin berjalan-jalan sebentar saja, penjaga itu menghentikan kami berdua," protes Brian dalam wajah yang sudah memerah karena harus menahan diri untuk tidak mengamuk kepada ibunya. Dia bisa melihat perubahan ekspresi pada wajah Natasya. Brian menjadi sangat penasaran, apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh ibunya?     

Natasya langsung menatap seluruh ruangan di depan kamarnya. Dia mencari seorang penjaga yang menghentikan Brian dan juga Imelda untuk keluar dari rumah. Wanita itu ingin terlihat sempurna dan berhati lembut di depan anak dan juga menantunya.     

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini, Brian," ujar Natasya dalam suara lembut dan cukup menyakinkan. "Mama hanya meminta para penjaga itu untuk menjaga kalian berdua. Bukankah kalian berdua selalu mendapatkan penjagaan ketat dari Adi Prayoga ataupun Davin Mahendra? Mama tak ingin melakukan kesalahan dalam memberikan pengamanan pada kalian." Natasya mencoba memberikan pengertian pada anak laki-lakinya. Namun, Brian terlihat tak acuh terhadap perkataan ibunya.     

Dengan wajah dingin dan sebuah tatapan setajam belati, Brian memandang wanita yang sudah sekian lama menghilang dari hidupnya. Dia sama sekali tak mempercayai segala kata yang keluar dari mulut ibunya itu. Seolah segala kebusukan dan juga pengkhianatan Natasya nampak terlalu jelas bagi Brian.     

"Aku tak peduli Mama akan melarang aku atau tidak ... aku tetap akan berjalan-jalan dengan istriku," tegas Brian pada wanita yang seolah telah kehilangan kata-katanya untuk menjawab ucapan anaknya sendiri.     

Natasya hanya bisa memandangi Brian yang sudah menggenggam tangan Imelda lalu keluar dari rumah itu. Seluruh penjaga pun tentunya telah mendengar keributan yang sudah dilontarkan oleh Brian dalam amarahnya. Wanita itu langsung mengambil ponsel di dalam kamarnya dan menghubungi seseorang.     

"Biarkan Brian dan Imelda pergi. Kalian cukup mengikutinya dari kejauhan. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan apapun!" perintah Natasya pada seseorang yang baru saja dihubunginya via telepon.     

Sebagai seorang ibu yang sudah melahirkannya, Natasya cukup terkejut dengan kemarahan Brian terhadapnya. Dia tak menyangka jika anak laki-lakinya itu bisa berubah sangat mengerikan. Bahkan Brian seolah sengaja menantang dirinya.     

Sedangkan di depan rumah mewah itu, Brian langsung mengajak Imelda masuk ke dalam mobilnya. Tak berapa lama gerbang tinggi itu terbuka cukup lebar, Brian langsung melajukan mobilnya melewati gerbang tinggi dengan beberapa penjaga yang berjaga di sana.     

"Lama-lama aku tidak tahan tinggal bersama ibuku sendiri. Segalanya terasa tidak masuk akal bagiku," ucap Brian dalam wajah kesal dan juga tak habis pikir dengan ibunya.     

Imelda yang sejak tadi sudah melihat sendiri perbicangan antara pasangan ibu dan anak itu, merasa semakin berpikir buruk tentang ibu mertuanya. Baginya, terlalu banyak kebohongan yang sengaja dilakukan oleh ibu kandung dari suaminya itu.     

"Brian ... ada yang ingin aku katakan padamu." Imelda mengatakan hal sembari memandang sang suami yang terlihat fokus mengemudi meskipun sedang kesal.     

"Katakanlah, Sayang. Tak perlu menutupi apapun dari suamimu ini," sahut Brian dengan sedikit lirikan mengarah ke wajah sang istri.     

Antara yakin dan tak yakin, Imelda merasa sangat ragu untuk mengatakan sesuatu yang akan menambahkan catatan kebohongan Natasya. Namun ia berpikir jika lebih baik Brian mengetahui semuanya sebelum semakin terlambat.     

"Tadi pagi, aku melihat Mama keluar dari sebuah ruangan di kamar yang kita pakai. Mama berdalih jika kran kamar mandi di kamarnya sedang rusak. Namun yang tadi kita lihat dan juga kita dengar ... Mama berkata sendiri jika ia baru saja mandi dan rambutnya pun juga masih sangat basah .... " Imelda sengaja tak melanjutkan ucapannya, ia yakin jika suaminya itu bisa mengerti apa yang sedang dimaksudnya. Dia bisa melihat jika Brian begitu kecewa atas seorang wanita yang selama ini sudah dinantikannya.     

"Aku mengerti arah pembicaraanmu, Sayang. Tadi aku juga memikirkan hal yang sama denganmu," balas Brian pada wanita yang duduk di sebelahnya. Dia bisa merasakan kekhawatiran Imelda akan dirinya.     

Begitu melewati jalanan yang tak terlalu ramai, Brian baru menyadari jika ada sebuah mobil yang mengikutinya sejak tadi. Awalnya ia mengira jika mobil itu kebetulan memiliki rute yang sama dengannya. Ternyata dugaannya sangat salah ...     

Dengan sengaja, Brian menghentikan mobilnya di sebuah mini market di pinggiran jalan raya. Dia ingin memastikan kebenaran mobil itu sedang mengikutinya atau tidak.     

"Sayang ... ayo kita turun sebentar untuk membeli minuman. Aku tak ingin meninggalkanmu sendiri di sini," ajak Brian tanpa mengatakan apa maksud dan tujuannya berhenti di mini market tersebut.     

"Kebetulan sekali aku juga ingin membeli beberapa camilan." Tanpa curiga sedikitpun, Imelda langsung mengikuti Brian masuk ke dalam mini market. Wanita hamil itu langsung mengambil keranjang belanjaan lalu memasukkan beberapa makanan ke dalamnya.     

Sedangkan Brian berpura-pura sedang memilih minuman dingin sembari terus mengawasi mobil yang sejak tadi mengikutinya. Sayangnya Brian tak bisa melihat wajah mereka dengan jelas, orang-orang itu memakai masker wajah dan juga kacamata hitam.     

"Apa yang kamu lihat, Brian?" Tiba-tiba Imelda sudah berdiri di belakang suaminya dan sangat mengejutkan pria itu.     

"Ehhh ... Sayang. Sudah selesai belanjanya?" Brian mencoba untuk terlihat baik-baik saja tanpa menunjukkan kecemasan apapun pada istrinya.     

Ternyata ... usahanya untuk menutupi hal itu dari istrinya sia-sia. Imelda sudah menyadari jika ada yang tidak beres dengan suaminya. Dengan penuh telisik Imelda memandang ke arah yang sama dengan suaminya. Dia langsung bisa menebak apa yang sedang terjadi.     

"Apa mobil itu yang mengikuti kita?" tanya Imelda dalam tatapan dingin tanpa ada senyuman sedikit pun.     

"Apa maksudmu, Sayang?" Brian pura-pura tak mengerti dengan maksud perkataan istrinya. Ia hanya tak ingin membuat Imelda terlalu mencemaskan sesuatu yang seharusnya bisa diatasi seorang diri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.