Bos Mafia Playboy

Majikan Yang Sebenarnya



Majikan Yang Sebenarnya

0Natasya merasakan ada yang aneh saat Imelda mengatakan jika dirinya sedang lapar. Jelas-jelas ia sudah menyuruh dua orang pelayan untuk membawa hidangan makan malam yang sengaja sudah disiapkannya sendiri sebelumnya.     

"Bukankah semalam kalian sudah memakan hidangan makan malam cukup banyak? Bagaimana bisa sangat lapar di pagi buta begini?" Natasya sengaja menanyakan hal itu untuk memastikan jika mereka berdua tidak mendengar dirinya saat mendesah ataupun menjerit di tengah malam.     

Seakan langsung memahami situasi yang sedang dihadapinya, Imelda tetap bisa bersikap tenang dengan senyuman merekah begitu indah di wajahnya.     

"Itu semua karena calon cucu Mama di dalam perutku." Imelda langsung mengusap perutnya sendiri dengan sangat lembut.     

"Kamu sedang mengandung, Sayang?" Natasya memperlihatkan wajah terkejut saat Imelda mengatakan kehamilannya. Tiba-tiba senyuman di wajahnya berangsur menghilang, tinggallah sebuah perasaan bersalah yang mulai bersarang di dalam hatinya.     

Imelda kembali tersenyum memandang ibu mertuanya. Terlihat jika wanita itu sedang dilingkupi perasaan bersalah pada menantunya. Tak seharusnya ia memberikan obat tidur dalam makanan itu. Tiba-tiba saja, Natasya langsung menarik menantunya dan membuatnya duduk di dekat dapur.     

"Apakah bayimu baik-baik saja?" tanya Natasya sembari memeriksa sendiri kondisi Imelda dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebelum menghilang dari mereka semua, dia adalah seorang dokter yang cukup diperhitungkan.     

"Mama tak perlu khawatir, aku akan sangat menjaga cucu pertama dalam keluarga Prayoga dan juga Mahendra ini." Imelda kembali mengusap perutnya. Rasanya begitu nyaman dan terasa sangat bahagia dengan hadirnya sangat buah hati di dalam kandungannya.     

Ada seberkas kebahagiaan di hati Natasya. Hatinya bergetar hebat saat menantunya mengatakan jika sedang mengandung cucunya. Dia merasa sangat menyesal karena hampir saja mencelakai cucunya sendiri. Beruntung sekali jika Imelda tak mengalami apapun karena obat tidur yang sudah di dalam makanan.     

"Sepertinya Mama tak senang mendengar aku sedang mengandung cucu pertama dari keluarga Prayoga." Imelda saja mengatakan hal itu untuk memancing reaksi Natasha terhadap ucapannya. Terlihat sangat jelas jika wanita itu ibu mertuanya langsung pucat saat mendengar kabar bahagia itu.     

"Bukan begitu, Sayang," sahut Natasya dalam suasana yang sangat tidak nyaman. Dia merasa sangat berdosa karena hampir saja mencelakai calon janin dari menantunya.     

Dengan sedikit ragu dan tentu saja sangat berdebar dalam suasana yang sangat menegangkan itu, Imelda mendekati wanita cantik yang terlihat sibuk dengan beberapa bahan makanan di depannya.     

"Apa Mama baik-baik saja?" tanya Imelda pada ibu mertuanya. "Wajah Mama terlihat sedikit pucat dan tidak baik-baik saja," lanjutnya dalam suasana menegangkan dan juga sangat tidak nyaman.     

"Tidak apa-apa, Sayang. Mama baik-baik saja. Mungkin Mama kelelahan karena pulang sudah sangat larut malam," kilah Natasya pada wanita hamil di depannya. Dia tak mungkin mengatakan jika semalaman hampir tak tidur karena sedang dikerjai oleh kekasihnya sampai pagi.     

Rasanya Imelda ingin sekali menertawakan ibu mertuanya itu. Apapun alasan yang keluar dari mulut Natasya, seolah memancing tawa di dalam hatinya. Sayangnya, Imelda hanya bisa menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri.     

Tak berapa lama, beberapa pelayan mulai berdatangan. Mereka semua akan memulai segala aktivitas maupun pekerjaan yang akan dilakukan di seluruh penjuru rumah itu.     

"Apa yang Anda lakukan di sini sepagi ini, Nyonya?" tanya seorang pelayan paruh baya yang bertanggungjawab untuk mengawasi seluruh pekerjaan para pelayan lainnya.     

"Aku sedang membantu menantuku untuk memasak makanan yang bisa di makannya sekarang," sahut Natasya pada wanita paruh baya itu. Dia pun kembali fokus dengan bahan yang sedang dimasaknya.     

Imelda terus yang memperhatikan interaksi antara dua wanita itu. Dia meyakini jika wanita paruh baya itu adalah kepala pelayan di rumah yang sedang ditinggalinya itu. Apalagi Natasya dan juga pelayan itu terlihat sangat akrab.     

Beberapa saat kemudian, Natasya sudah membuat sebuah hidangan spesial untuk menantunya. Dia langsung menyerahkan sepiring makanan itu pada Imelda. "Selamat makan, Sayang. Sepertinya Mama harus kembali ke kamar duluan. Nikmati makananmu!" Natasya langsung berjalan menjauhi dapur dan masuk ke dalam kamarnya yang sebenarnya.     

Imelda hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun pada wanita yang sudah menghilang dari pandangannya. Tak berapa lama, datanglah wanita paruh baya itu.     

"Apa Anda kepala pelayan di rumah ini?" Tanpa basa-basi, Imelda langsung melontarkan pertanyaan itu pada wanita yang sedang membersihkan kekacauan di dalam dapur.     

"Benar, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" jawab wanita itu cukup ramah. Bahkan ia terlihat sangat sopan dalam bertutur kata terhadap menantu dari sang nyonya rumah.     

Ingin sekali Imelda menanyakan banyak hal kepada kepala pelayan itu. Namun ... ia harus mengurungkan niatnya agar tak menimbulkan kecurigaan diantara mereka. Terlebih kedekatan kepala bagian itu dengan Natasya terlihat cukup dekat melebihi hubungan seorang pelayan dengan majikannya. Hanya diam yang bisa dilakukan oleh Imelda saat itu.     

"Aku cuma penasaran, apakah anda sedang bekerja di rumah ini sudah cukup lama?" tanya Imelda dengan sedikit keraguan yang bersarang di dalam hatinya.     

"Sudah lumayan lama, Nyonya. Bahkan sebelum Nyonya Natasya tinggal di sini, saya sudah menjadi pelayan di rumah ini," jelas kepala pelayan itu pada Imelda.     

Sungguh tak menyangka, jika wanita paruh baya itu menjawab semua pertanyaannya. Seolah tak ada niat jahat dari setiap kata yang terucap dari bibirnya. Imelda menjadi semakin yakin untuk menanyakan hal yang lebih banyak lagi pada wanita paruh baya itu.     

"Sepertinya hubungan anda dan juga sama Natasya sangat dekat. Kalian terlihat seperti seorang sahabat yang saling bercerita satu sama lain," ungkap Imelda dengan tutur kata lembut dalam wajah yang sangat tenang. Dia tak ingin menimbulkan kecurigaan pada wanita itu.     

"Saya sangat beruntung memiliki majikan seperti Nyonya Natasya. Selain sangat baik, ia juga tak pernah membedakan status kami sebagai seorang pelayan," puji kepala pelayan itu pada sang nyonya rumah.     

Imelda sangat kagum pada Natasya, dia bisa membangun sebuah citra diri yang sangat baik terhadap orang-orang di rumah itu. "Benar-benar sangat sempurna," gumam Imelda dalam lamunannya.     

Kepala pelayan itu mendengar gumaman Imelda yang lirih namun cukup jelas di telinganya. Dia merasa telah berhasil membodohi menantu dari majikannya itu. Bagaimanapun kondisinya, tetap saja ia akan melindungi seorang wanita yang berada di bawah kekuasaan sang majikan yang sebenarnya. Natasya hanyalah seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam rumah itu beberapa waktu yang lalu.     

Meskipun tak terlalu senang dengan kehadirannya, kepala pelayan itu harus memperlakukan wanita dari majikannya itu dengan sangat baik. Posisi Natasya sedang berada dalam posisi itu, yang memaksa dirinya harus mematuhi dan juga memperlakukannya seperti seorang majikan di rumah besar itu. Sesuai dengan perintah sang majikan yang sebenarnya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.