Bos Mafia Playboy

Berlagak Sok Malaikat



Berlagak Sok Malaikat

0Bagaikan disambar petir di siang hari bolong, jantung Brian seolah berhenti berdetak untuk beberapa detik. Dia sangat terkejut dengan percakapan pasangan yang sedang memadu kasih di dalam sebuah kamar yang katanya kosong itu.     

Merasa telinganya semakin panas, Brian langsung menuju kamarnya karena tak ingin mendengarkan suara yang terdengar menjijikkan baginya. Dengan terburu-buru, ia langsung menyalakan lampu kamar itu dan duduk di kursi.     

Hal itu membuat Imelda sedikit bingung sekaligus cemas melihat suaminya. Wanita itu menarik selembar selimut untuk menutupi tubuhnya lalu menghampiri Brian yang hanya terdiam setelah masuk ke kamar.     

"Ada apa, Brian? Apakah ada yang salah?" tanyanya Imelda dalam sebuah tatapan yang begitu mencemaskan suaminya. Dia yakin jika hal buruk sedang terjadi dengan pria di sebelahnya.     

Brian seakan enggan untuk mengatakan apa yang baru saja didengarnya. Namun, ia tak ingin menyembunyikan apapun dari wanita yang sangat dicintainya. Dia pun akhirnya memilih untuk mengatakan sejujurnya pada Imelda.     

"Aku mendengar sebuah percakapan yang cukup menghancurkan hati dan juga perasaanku." Brian terdiam, rasanya terlalu berat untuk mengatakan hal itu secara terang-terangan.     

"Suara desahan dan juga erangan dari kamar sebelah itu seperti suara Mama," lanjut Brian dalam pandangan mata yang mulai berembun dan siap mengucurkan air mata.     

"Apa!" Sama seperti suaminya, Imelda juga cukup terkejut dengan hal itu. Dia pun menjadi sangat penasaran dengan seseorang yang sedang menghabiskan waktunya bersama Natasya. "Lalu ... siapa pria itu, Brian?" tanyanya pada pria yang seolah telah kehilangan harapan di dalam hidupnya.     

Sekuat tenaga, Brian menahan diri agar tidak menangis di hadapan istrinya. Dia tak rela jika Imelda menjadi cemas dan mengalami tekanan karena hal itu. Pria itu mencoba bersikap biasa tanpa ada yang diperlihatkannya.     

"Minumlah dulu, Sayang," ucap Brian sembari mengambil sebotol air dingin yang tadi sudah dibawanya dari dapur. Dia pun kembali terdiam dalam tatapan kosong yang membuat Imelda bertanya-tanya di dalam hatinya.     

"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku, Brian?" Imelda bisa melihat jika suaminya itu sedang menutupi sesuatu darinya.     

Pria itu langsung mengalihkan pandangan ke Imelda. Mencoba untuk memperlihatkan sebuah senyuman palsu agar terlihat baik-baik saja. Namun Brian sangat sadar, ia tak mungkin bisa membohongi wanita yang sangat dicintainya itu. Daripada merasa sangat berdosa terhadap istrinya, Brian memilih mengatakan hal sebenarnya pada wanita yang sejak tadi terus memandangi wajahnya.     

"Pria yang berada di kamar sebelah itu mengatakan jika makanan ini mengandung obat tidur. Mereka pikir kita memakannya dan sekarang terlelap karena obat tidur yang diberikannya," jelas Brian dengan wajah yang sangat malu karena memiliki seorang ibu yang sangat memalukan baginya.     

"Untung saja kita tak jadi memakannya." Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Imelda. Dia tak ingin menambahkan rasa bersalah kepada suaminya. Wanita itu menjadi berpikir cukup keras mengahadapi wanita licik seperti Natasya. Imelda tak ingin membuat Brian harus kembali terluka karena ulah ibunya.     

"Lebih baik kita istirahat, Brian. Besok pagi kita bisa memikirkan sebuah rencana untuk mengatasi kekacauan ini." Imelda memperlihatkan wajah tenang pada suaminya. Ia tak ingin membuat suaminya semakin cemas dan juga terluka dalam waktu yang bersamaan.     

Pasangan itu langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang besar yang berada di dalam kamar. Dalam hitungan beberapa menit saja, Brian sudah mulai terbuai dalam mimpinya. Sedangkan Imelda masih terjaga dengan jutaan hal yang menggangu pikirannya. Wanita itu memakai gaun tidur miliknya lalu kembali mematikan lampu di dalam kamarnya.     

Saat Imelda sengaja duduk di dekat jendela kaca di kamar itu, tak berapa lama ... sebuah mobil mewah warna hitam baru saja meninggalkan rumah itu. Dia langsung berdiri dan menatap dengan tajam mobil yang itu. "Sayangnya, aku tak bisa melihat nomor plat mobil itu." Imelda bergumam sembari terus memandangi halaman rumah itu.     

Setelah beberapa jam mencoba untuk membaringkan tubuhnya di samping Brian, ia tak kunjung tertidur. Padahal hari sudah hampir pagi. Imelda berniat ke dapur untuk memasak sarapan untuk suaminya. Baru saja membuka pintu kamar lalu berjalan beberapa langkah saja, pintu ruangan yang berada di sebelah kamarnya baru saja dibuka.     

"Mama!" Imelda cukup terkejut melihat Natasya keluar dari ruangan itu.     

Tak hanya Imelda yang sangat terkejut, Natasya pun merasakan hal yang sama. Dia tak menyangka jika menantunya bisa bangun terlalu pagi setelah memakan hidangan yang sudah diberikan obat tidur.     

"Imelda! Kenapa kamu sudah bangun, Sayang?" Wanita itu mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin untuk menutupi keterkejutannya atas keberadaan Imelda di sana.     

"Bukankah Mama sedang dalam perjalanan bisnis? Brian berkata jika Mama akan kembali dua hari lagi," tanya Imelda dengan berpura-pura terkejut melihat ibu mertuanya sudah berada di rumah itu. Dia tak mungkin langsung melemparkan sebuah tuduhan tanpa menyiapkan sebuah bukti.     

Natasya langsung melemparkan tatapan aneh pada seorang wanita hamil yang berstatus sebagai menantunya itu. Kehadiran Imelda saat itu benar-benar telah merusak rencananya. Padahal dia berpikir akan segera meninggalkan rumah itu sebelum anak dan menantunya terbangun. Namun ia justru sudah tertangkap basah oleh menantunya sendiri.     

"Perjalanan bisnis telah dibatalkan. Semalam Mama pulang dan langsung istirahat sampai pagi ini. Kebetulan sekali, kran kamar mandi di kamar Mama sedang rusak, jadi Mama bermalam di kamar ini tadi malam," kilah Natasya pada sang menantu. Dia berpikir jika Imelda pasti akan langsung mempercayai kebohongannya itu. Wanita itu berpikiran terlalu sempit dan juga terlalu licik.     

"Untung saja masih banyak kamar di rumah ini, Ma." Imelda berpura-pura polos dan tak mengetahui kebusukan ibu mertuanya. Padahal di dalam hatinya, ia sedang menertawai wanita licik yang berlagak sok malaikat itu.     

Seolah tanpa dosa, Natasya melukiskan senyuman lembut yang memperlihatkan wajah cantiknya. Dia benar-benar merasa jika menantunya itu terlalu mudah untuk dibodohi. "Apa yang akan kamu lakukan pagi-pagi begini, Sayang?" tanyanya dengan penuh kasih sayang yang sangat palsu.     

"Begitu bangun tidur, aku merasa sangat lapar. Oleh karena itu, aku mau mencari makanan di dapur." Imelda sama sekali tak melakukan kebohongan apapun pada wanita itu. Dia benar-benar sangat lapar karena semalam tak sempat menghabiskan makan malam.     

Natasya dan Imelda langsung menuju ke dapur untuk mempersiapkan beberapa makanan yang bisa di makannya. Kedua wanita itu terlihat sangat sibuk di dalam dapur dengan pekerjaan masingmasing. Namun tiba-tiba saja, Natasya meletakkan pisau ditangannya lalu meletakkan di atas meja.     

Wanita itu langsung menatap Imelda dengan sangat aneh dan juga penuh kecurigaan. "Bukankah semalam kalian sudah memakan hidangan makan malam cukup banyak? Bagaimana bisa sangat lapar di pagi buta begini?" tanya Natasya pada menantunya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.