Bos Mafia Playboy

Surga Dunia



Surga Dunia

0Mendadak Brian sakit kepala harus menghadapi mood Imelda yang naik turun begitu cepat. Sekuat hati dan juga tenaganya, ia mencoba menahan diri untuk tidak terprovokasi apalagi sampai emosi. Dia pun masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, sebelum menghadapi Imelda yang terlihat begitu kesal. Tak lupa ia juga menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan mandi sang istri.     

Dengan sedikit ragu dan juga perasaan takut, Brian mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang.     

"Sayang ... kumohon, katakanlah keinginanmu. Aku tak ingin membuatmu kesal dan uring-uringan seperti ini." Bisiknya lembut di dekat telinga diiringi beberapa kecupan di telinga dan juga tengkuk leher sang istri. Tangannya terus membelai seluruh tubuh Imelda tanpa menghentikan beberapa kecupan yang terus dilakukannya pada wanita itu.     

Imelda terlalu menikmati sentuhan suaminya hingga tak sadar, ia memejamkan matanya sembari mengeluarkan erangan pelan dari bibirnya. "Lakukan terus, Brian. Jangan hentikan itu, aku selalu merindukan sentuhanmu," desah wanita yang semakin terbuai oleh sentuhan pria yang berdiri di belakangnya.     

Pria itu berhenti sejenak, ia sedikit tak percaya dengan ucapan Imelda baru saja. Kemudian, Brian memperlihatkan sebuah senyuman penuh kemenangan atas dirinya. Dia sangat bangga bisa membuat Imelda tergila-gila dengan sentuhannya.     

Di detik berikutnya ... dengan beberapa gerakan pelan saja, Brian berhasil melucuti pakaian istrinya. Terpampang sudah sebuah pemandangan yang membuatnya harus bersusah payah menelan saliva. "Sayang ... aku sangat mengagumi keindahan tubuhmu. Kamu terlihat semakin sexy setelah mengandung anakku," ujarnya.     

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas yang sudah melambai-lambai di hadapannya, Brian langsung menyentuh dua dada istrinya dan meremasnya begitu lembut dan juga penuh perasaan. Tak cukup sampai di sana, ia pun langsung membenamkan wajahnya di antara gundukan kembar yang selalu menggoda dan membuatnya ingin menyentuhnya.     

"Ahhhh ... Brian. Aku harus mandi dulu, badanku sangat gerah," ucap Imelda masih dalam mata terpejam sambil membusungkan dada di depan suaminya.     

"Aku akan membantumu untuk mandi." Dengan gerakan cepat, Brian berhasil menggendong Imelda ala bridal style dan membawanya masuk ke kamar mandi. Dia langsung membawa istrinya masuk ke dalam sebuah bathtub yang sudah terisi oleh air hangat. Di sebelahnya telah tersedia lilin aroma terapi yang sudah semerbak memberikan keharuman yang cukup menenangkan perasaan.     

Imelda langsung menarik Brian hingga mereka berdua berada di dalam bathtub yang sama. "Kapan kamu menyiapkan semua ini, Brian?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.     

"Saat aku mencuci muka tadi," sahut Brian lalu bangkit dari hadapan istrinya, ia berniat untuk keluar dari bathtub. Namun Imelda lagi-lagi menghentikan dirinya.     

"Kamu akan meninggalkan aku sendirian di sini, Brian?" protes Imelda dalam kesedihan yang terlukis sangat jelas di wajahnya. Wanita itu seolah tak rela jika Brian keluar dari bathtub untuk membiarkannya seorang diri.     

Brian hanya tersenyum lalu menanggalkan pakaiannya sendiri di hadapan sang istri. "Aku hanya ingin melepaskan pakaianku. Mana ada mandi dengan pakaian lengkap?" ledeknya pada wanita yang seolah telah kehilangan kata-katanya.     

Dalam hati, Brian tertawa senang melihat Imelda yang begitu menggemaskan saat malu. Terlihat pipinya memerah seperti seorang remaja yang baru pertama kali merasakan cinta. Pemandangan itu berhasil menggetarkan hatinya dan membuatnya tak sabar untuk langsung memberikan sebuah serangan tak terduga kepada Imelda.     

"Brian ... hati-hati, jangan sampai menindih anak kita," lirih Imelda di sela-sela ciuman yang suaminya berikan.     

"Tidak akan, Sayang. Aku akan sangat berhati-hati." Brian kembali mendaratkan banyak ciuman dan kecupan pada seorang wanita yang terlihat sangat pasrah akan dirinya. Tanpa henti dan seolah tak ada jeda, pria itu telah menghujani Imelda dengan berbagi sentuhan yang sangat mendebarkan dan membuat wanita itu seolah melayang ke awang-awang.     

Entah sejak kapan, Brian sudah berada di belakang Imelda. Menyibukkan setiap jemari tangannya dalam setiap sudut tubuh Imelda yang mampu menghasilkan sebuah desahan dan juga erangan dari bibir manis sang istri. Pria itu benar-benar melakukannya dalam sebuah kelembutan yang sempurna. Menciptakan sebuah getaran yang mengalir ke seluruh otak, hati maupun tubuh Imelda.     

"Jangan permainkan aku, Brian. Aku sudah tak bisa menahannya." Sebuah erangan dari Imelda terdengar seperti sebuah perintah bagi Brian. Seolah wanita itu sedang memohon agar sang suami segera memberikan sebuah perasaan yang seolah mampu meledakkan sesuatu di dalam dirinya.     

Brian sedikit kesulitan untuk melakukannya di dalam bathtub. Rasanya dia tak leluasa untuk bergerak sekaligus memastikan bayi di dalam perut Imelda tidak akan tersakiti.     

"Sayang ... tidak bisakah kita sambil berdiri saja? Aku takut jika tubuhku akan menghimpit anak kita," pinta Brian penuh harap. Dia pun tak yakin pada permintaannya itu. Dalam hati, Brian berharap istrinya tidak marah ataupun kesal atas permintaannya.     

Imelda menatap pria di depannya sembari memikirkan ucapan Brian kepadanya. Sejujurnya, ia sama sekali tak berpengalaman dalam berhubungan antara pria dan wanita.     

"Berdiri? Apakah kita bisa melakukannya sambil berdiri?" Sebuah pertanyaan polos keluar dari mulut Imelda. Entah itu sebuah kepolosan ataupun kebodohan, Imelda tak peduli tentang hal itu. Nyatanya dia sama sekali tak memiliki pengalaman dalam hubungan seperti yang akan dilakukannya bersama Brian.     

Pria itu kembali tersenyum dalam sebuah tatapan mata yang begitu sulit diartikan. Brian membantu istrinya bangkit lalu keluar dari bathtub. "Tentu saja bisa, Sayang. Apalagi ... di sini sudah sangat basah." Brian sengaja menyentuh area di antara paha Imelda dengan gerakan yang cukup sensual untuk membangkitkan gairah sang istri.     

"Kamu hanya perlu mengikuti perkataanku saja," bisiknya disertai sebuah ciuman hangat yang cukup membuat seorang Imelda Mahendra langsung terbuai dalam dekapan suaminya.     

Tanpa memberikan jawaban apapun, Imelda hanya tersenyum dalam ekspresi bingung karena tak mampu membayangkan apa yang akan dilakukan Brian kepadanya.     

Dengan sangat pelan dan juga berhati-hati, Brian mendorong Imelda dan membuatnya bersandar di dinding kamar mandi. Dalam sekali gerakan saja, pria itu berhasil membuat Imelda basah kuyup dalam guyuran air shower yang menyala.     

"Naikan kakimu, Sayang." Brian sengaja berbisik pelan sambil mendekatkan bibirnya di bibir sang istri. Menciptakan sebuah sensasi mendebarkan yang membuat Imelda seolah telah terhipnotis oleh ucapan sang suami.     

Tanpa perlawanan sedikit pun, wanita itu langsung mengangkat satu kakinya untuk memudahkan Brian melakukan sesuatu yang sudah sangat dinantikannya sejak tadi. Imelda berpegang erat pada suaminya, saat pria itu berusaha untuk menyatukan diri pada sebuah tempat di mana dia akan menikmati surga dunia.     

Setelah bersusah payah dengan hati yang sangat berdebar, Brian berhasil menerobos masuk ke surga dunia milik Imelda. Memberikan sedikit gerakan pelan yang membuat Imelda mengeluarkan suara desahan dan juga erangan yang sangat erotis. Membuat Imelda semakin mempercepat gerakannya karena sudah tak mampu menahannya lagi.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.