Bos Mafia Playboy

Bagaimana Cara Mencintai Dengan Benar?



Bagaimana Cara Mencintai Dengan Benar?

0Melihat kepergian Laura dalam kemarahan, Vincent langsung melepaskan selang infus di tangannya lalu berlari mengejar wanita itu. Dengan langkah yang terseok-seok, ia berhasil melihat Laura yang berdiri cukup jauh darinya. "Laura, tunggu!" teriak Vincent pada sosok wanita yang sangat kecewa terhadap kegilaannya itu.     

Laura langsung berhenti seketika, kemudian memalingkan badannya ke arah suara. Dia melihat betapa berat dan juga menderitanya Vincent berusaha mengejarnya. Kekecewaan dan juga kekesalan yang tadi singgah, seolah telah tertutup dengan rasa kasian melihat seorang pria yang berusaha mengejarnya itu.     

Seolah ada daya tarik tersendiri, Laura langsung menghampiri Vincent tanpa berpikir panjang. Dia bisa melihat, seberapa besar usaha Vincent untuk mengejarnya. "Kenapa kamu melepaskan infusnya? Kondisimu masih belum stabil," cemas Laura pada seorang pria yang juga menjadi pasiennya.     

"Maaf, Laura. Aku sudah membohongimu .... Namun itu bukan tanpa alasan, aku hanya ingin kamu menemuiku saja." Vincent mencoba menjelaskan semuanya pada wanita yang berdiri di depannya dalam wajah penuh kesedihan.     

"Apa alasanmu harus membodohi aku?" tanya Laura pada sosok pria yang masih berdiri dengan wajah pucat.     

Vincent langsung melemparkan sebuah tatapan penuh arti pada wanita itu. "Jika aku tak melakukan hal ini, apa kamu akan datang sekedar untuk melihat keadaanku?" tanyanya dengan suara pelan namun terdengar sangat jelas di telinga.     

"Tugasku sebagai dokter sudah selesai, aku harus kembali ke rumah sakit." Laura langsung membalikkan badannya berniat untuk meninggalkan klinik itu.     

Dalam satu gerakan saja, Vincent berhasil menarik tangan Laura dan membuatnya langsung berbalik dan berada di jarak yang sangat dekat dengan pria itu. Mereka berdua menatap satu sama lain, saling melemparkan sebuah tatapan penuh arti. Membuat kedua hati bergetar hebat saat pandangan mereka saling bertemu. Dunia mendadak bagaikan berhenti berputar. Hanya pasangan itu yang seolah berada di dunia mereka.     

"Tetaplah tinggal." Vincent mengatakan hal itu dalam ucapan yang terdengar sangat memohon.     

Ingin rasanya Laura segera berlari dari hadapan Vincent. Dia merasa sudah tak sanggup lagi berada di jarak yang begitu dekat. Jantungnya seolah akan meledak melihat dan juga mendengarkan Vincent dari jarak yang sangat dekat.     

"Untuk apa aku tetap tinggal? Tugasku telah selesai, aku harus pergi," sahut Laura dengan sebuah ketenangan hati yang sangat dipaksakan. Lagi-lagi wanita itu berusaha untuk meninggalkan pria yang tadi telah mengejarnya.     

"Aku membutuhkanmu!" Tiba-tiba saja Vincent mengatakan hal itu pada Laura. Dia tak pernah mengerti, bagaimana harus mengatakan perasaan yang sudah singgah di dalam hatinya. Sebelumnya, Vincent tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun. Bahkan seorang kekasih pun tak pernah ada.     

Laura sempat tergerak dengan perkataan pria di depannya. Namun dia sangat ragu jika Vincent juga merasakan sebuah perasaan seperti yang sedang dirasakannya pada pria itu. "Masih ada Dokter Kevin dan juga Dokter Imelda yang sangat hebat di sini," sahutnya tak berdaya.     

Vincent pun juga terlihat sangat bingung untuk menghadapi wanita di depannya. Dia tak pernah menghadapi seorang wanita pun secara langsung kecuali adiknya sendiri, Imelda Mahendra. "Aku hanya membutuhkanmu, Laura. Aku sudah mendengar semua yang telah kamu katakan padaku," ucapnya dalam wajah yang diliputi kegelisahan yang cukup terlihat.     

"Apa kamu juga mendengar pengakuan cinta itu?" tanya Laura panik. Dia tak berharap jika Vincent mendengarkan semuanya.     

"Aku mendengar semuanya ... " sahut Vincent sangat menyakinkan.     

Saat itu juga, wajah Laura terasa memanas. Dia merasa sangat malu terhadap pria di depannya. Tak pernah terlintas di benaknya, untuk menyatakan cintanya pada pria yang juga menjadi pasiennya. Wanita itu langsung memalingkan wajahnya karena sudah sangat malu. Bahkan Laura juga menutupi wajahnya dengan kedua jemari tangannya.     

Ketika Laura mencoba untuk meninggalkan Vincent, secepat kilat ... pria itu menarik tangannya dan membuatnya berada dalam pelukan. "Kumohon, jangan menghindari aku lagi. Aku sudah mendengar jika kamu sangat mencintaiku," bisik Vincent di dekat telinga Laura.     

"Untuk apa aku bertahan untuk seseorang yang tak memiliki perasaan untukku?" Laura langsung melemparkan pertanyaan itu pada pria yang masih berdiri sambil memeluknya.     

Laura berusaha melepaskan diri dari pelukan Vincent, mencoba untuk melawan dengan sedikit kekuatan yang dimilikinya.     

"Hatiku berdebar hebat saat bersamamu. Aku masih tak yakin apakah itu cinta atau bukan. Tapi aku merasa bahagia bisa berada di dekatmu. Ijinkan aku memantapkan hati dan selalu berada di dekatmu," ungkap Vincent dengan suara yang mulai melemah dan hampir saja tak terdengar.     

Laura justru terkekeh mendengar ungkapan perasaan dari Vincent. "Apakah aku terlihat sangat menyedihkan di matamu?" balasnya dengan wajah yang menyedihkan atas dirinya sendiri.     

"Apa yang kamu katakan, Laura? Aku hanya tak tahu, bagaimana cara mencintai dengan benar?" Vincent berusaha untuk tetap bertahan walau tubuhnya seolah mulai melemah. Dia merasa jika pandangannya mulai kabur dan tidak jelas.     

Laura yang menyadari hal itu langsung menyentuh kening, Vincent dengan cukup panik. "Kamu demam! Aku akan membawamu kembali ke kamar" Laura langsung memapah Vincent yang semakin lemah berada di sampingnya.     

Dengan sangat hati-hati, Laura membawa pria itu masuk ke dalam kamar perawatannya. Untung saja mereka semua masih berada di sana.     

"Apa yang terjadi, Laura?" tanya Kevin begitu melihat keadaan Vincent yang terlihat tidak baik-baik saja. Dia pun langsung membantu temannya itu untuk membawa kakak dari Imelda untuk berbaring di atas ranjang.     

"Vincent mengalami demam. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dengannya." Laura menjelaskan hal itu tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok pria yang sudah terbaring di atas ranjang.     

"Tenanglah, Laura. Aku hanya sedikit lelah karena terlalu lama berdiri bersamamu tadi. Namun aku rela seperti ini, asal kamu selalu berada di sampingku." Entah sadar atau tidak, Vincent mengatakan hal itu secara langsung kepada wanita yang sudah dua kali menyatakan cinta kepadanya.     

Imelda langsung tersenyum sinis pada kakaknya sendiri. Kemudian dia mendekati Vincent untuk melihat keadaannya. "Jangan memakai sakitmu untuk menahan Dokter Laura di sini!" cibir Imelda sembari memeriksa jahitan pada luka yang dialami oleh Vincent.     

"Sepertinya Vincent benar-benar sakit, Dokter Imelda," sahut Laura dalam kecemasan dan juga perasaan panik karena melihat pria yang dicintainya begitu lemah.     

"Dokter Kevin. Tolong pasang kembali infusnya, jangan sampai kakakku ini mati dengan mudah." Imelda sengaja mengatakan hal itu pada kakaknya. Dia terlalu kesal karena telah membuat Laura merasa sangat cemas.     

Tanpa menunggu lagi, Kevin langsung memasangkan infus di tangan Vincent. Kemudian dia juga melakukan beberapa pemeriksaan sekaligus untuk memastikan keadaan kakak laki-laki dari Imelda itu. Dia juga berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk sosok pria seperti Vincent Mahendra itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.