Bos Mafia Playboy

Laura Untuk Vincent



Laura Untuk Vincent

0Brian dan juga Imelda baru saja akan meninggalkan rumah sakit. Tiba-tiba saja, wanita itu menghentikan langkahnya dan melirik sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari lobby rumah sakit.     

"Bukankah itu mobil Martin?" tanyanya tanpa melihat ke sebuah mobil yang cukup dikenalnya.     

"Di mana, Sayang?" Brian juga ikut penasaran pada sosok orang kepercayaan dari ayahnya itu.     

Imelda tersenyum hangat lalu memandang suaminya. Kemudian mendekati wajah Brian yang berdiri di sebelahnya. "Lihat arah jam dua," ucapnya tanpa melihat sebuah mobil yang dimaksudkan. Dia bersikap seolah tak menyadari keberadaan Martin     

"Untuk apa Martin datang kesini diam-diam? Bahkan dia sama sekali tak menyapa kita berdua," sahut Brian dalam wajah yang mulai kesal. Dia sempat mencurigai sosok pria di dalam mobil itu.     

"Sudahlah. Lebih baik kita pergi dari sini saja," balas Imelda dengan sebuah senyuman lembut di tangan sang suami. Dia melihat jika orang-orang yang membawanya tadi sudah menghilang dari sekitar mobilnya. Wanita itu menjadi lebih bersemangat dibandingkan sebelumnya.     

Brian langsung membukakan pintu mobil untuk wanita cantik yang bersamanya itu. Mereka langsung meninggalkan rumah sakit tanpa menyapa Martin sebentar saja. Bahkan pasangan itu terlihat tak peduli pada orang kepercayaan Adi Prayoga itu.     

"Sayang ... apakah kita langsung berangkat ke klinik Kevin?" tanya Brian sambil terus fokus menyetir. Dia berpikir jika harus mengutamakan keselamatan Imelda lebih dulu.     

Imelda mengalihkan pandangannya ke arah Brian lalu tersenyum pada suaminya itu. "Nanti mampir sebentar ke toko buah. Aku ingin membeli buah untuk Kak Vincent dulu," pintanya dengan cukup lembut.     

"Baiklah, Sayang. Aku juga akan menemanimu memilih buah nanti. Rasanya sedikit trauma pada kejadian di toko roti tempo hari," terang Brian pada wanita di sebelahnya.     

Wanita itu langsung tersenyum senang mendapatkan sebuah perhatian yang besar dari suaminya. Imelda tak pernah membayangkan jika akan menikahi Brian Prayoga. Lebih tak menyangka lagi, pria yang menikahinya itu sudah sangat mencintainya sejak lama. Seolah takdir sudah sejak awal dituliskan untuk dirinya.     

"Terima kasih, Brian. Rasanya aku sangat bahagia bisa bersamamu." Terdengar ucapan tulus dari Imelda kepada suaminya. Pria itu mendadak berbunga-bunga dan seolah melambung tinggi ke langit.     

Brian benar-benar tak membayangkan jika Imelda akan sangat tulus mengatakan hal itu kepadanya. Dia pun tersenyum senang penuh kebahagiaan, sembari memarkirkan mobilnya di halaman depan sebuah toko buah yang cukup terkenal. "Ayo kita turun, Sayang," ajaknya setelah mematikan mesin mobil.     

Pasangan itu langsung masuk ke dalam sebuah toko yang terlihat tidak terlalu ramai. Suasana toko cukup bersih dengan bermacam-macam buah-buahan segar terpajang di etalase. Sebuah pemandangan yang cukup menggiurkan bagi pelanggan toko itu.     

"Sayang ... kemarilah! Bukankah alpukat sangat cocok untuk wanita hamil? Aku akan memesan beberapa untuk kamu, Sayang," tunjuk Brian pada deretan alpukat yang terlihat sehat dan juga sangat menarik. Pria itu membeli beberapa alpukat dengan kualitas terbaik untuk istrinya     

"Dari mana kamu tahu, Brian?" tanya Imelda sambil mengerutkan kening karena terlalu penasaran. Dia semakin tak menyangka jika Brian sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuknya. Rasanya Imelda sangat terharu, namun dia mencoba untuk menahan diri untuk tidak berlebihan dalam segala sikap yang ditunjukkan oleh suaminya.     

Brian langsung tersenyum sambil memilih beberapa macam buah yang memiliki kualitas terbaik. "Kevin yang sudah memberitahu semuanya. Buah-buahan ini aku pilihkan khusus untukmu, Sayang," ucapnya lirih sembari mengangkat keranjang belanjanya sendiri.     

Setelah membeli berbagai macam buah-buahan, pasangan itu keluar dari toko dengan beberapa kantong tas belanjaan di tangannya. Imelda hanya bisa menggelengkan kepala, saat melihat buah-buahan yang telah dipilih oleh Brian jauh lebih banyak dari yang sudah dipilihnya.     

"Sepertinya kamu akan buka toko buah sendiri, Brian," sindir Imelda pada sosok pria yang terlihat sangat hati-hati dalam mengemudikan mobilnya.     

"Itu untuk anak kita, Sayang. Dia harus mendapatkan makanan yang terbaik dan juga bernutrisi untuk perkembangan otak dan juga tubuhnya." Brian asal berbicara pada istrinya, sebenarnya ia juga tak tahu pasti tentang nutrisi yang harus diberikan kepada seorang wanita hamil. Dia hanya bertanya sedikit tentang makanan yang baik untuk wanita hamil pada Kevin tanpa menanyakan hal lainnya.     

Beberapa saat kemudian, sampailah pasangan itu di depan klinik milik sahabat Brian. Di saat yang sama, Laura juga baru saja masuk ke dalam klinik itu. Terlihat jika Laura seolah sedang terburu-buru masuk ke dalam hingga tak menyadari mobil Brian yang juga berada di depan klinik.     

"Bukankah itu Laura? Mengapa dia sangat terburu-buru?" Imelda menjadi sangat penasaran dan langsung keluar begitu saja tanpa membawa buah-buahan yang tadi sudah dibelinya bersama sang suami.     

Brian yang memahami istrinya, juga menyusul keluar sambil membawa buah-buahan yang akan diberikan untuk Vincent. Sampai di dalam klinik, ia melihat Imelda langsung masuk ke dalam sebuah ruangan di mana kakak iparnya berada. Tiba-tiba saja, Brian panik dan langsung berlari ke ruangan itu.     

Baru saja akan membuka pintu, Imelda menghentikan dengan sangat cepat. "Biarkan Laura dan Kak Vincent bersama untuk sesaat," ucap Imelda yang tiba-tiba sudah berada di belakang Brian.     

"Sebenarnya ada apa, Sayang? Apa yang terjadi dengan Kak Vincent?" tanyanya sangat penasaran. Walaupun bagaimanapun, Brian berhak tahu tentang keadaan dari kakak iparnya itu. Meskipun hubungan mereka tidak terlalu bagus, Brian sangat menyayangi Vincent sudah seperti seorang keluarga baginya. Dia tak peduli meski Vincent masih saja membenci dirinya.     

Imelda langsung mengintip momen kedekatan antara Vincent yang masih terlihat terpejam dengan seorang wanita yang sudah pernah bekerja dengannya di sebuah rumah sakit tempatnya bekerja.     

"Dokter Kevin dengan sengaja mengabari Laura jika kondisi Kak Vincent mendadak memburuk. Bukan tanpa alasan, sejak kemarin Laura mencoba untuk menghindari kakakku. Padahal beberapa kali Kak Vincent menanyakan tentang Laura." Imelda mencoba menjelaskan hal itu pada suaminya. Dari semua penjelasan Kevin, ia berpikir jika Laura berusaha untuk menjauhi kakaknya meskipun hatinya ingin selalu bersama sosok pria yang masih belum membuka matanya itu.     

Brian akhirnya mengerti jika Kevin sengaja membuat wanita itu datang. Dia tak menyangka jika sahabatnya bisa melakukan hal seperti itu. "Di mana Kevin sekarang? Aku ingin berbicara dengannya," tanya Brian pada wanita di sampingnya.     

"Dokter Kevin ada di ruangannya. Kamu pergi saja ke sana, biar aku yang di sini untuk mencegah Laura kembali kabur seperti kemarin," jawab Imelda pada suaminya. Dia pun kembali melihat seorang wanita yang menggenggam tangan Vincent dengan wajah sangat sedih dan juga cemas.     

Pria itu langsung memeluk Imelda sebentar dan mengecup keningnya. "Aku hanya sebentar saja, Sayang. Tunggu aku di sini, jangan ke mana-mana," ucap Brian seolah tak rela jika harus meninggalkan Imelda seorang diri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.