Bos Mafia Playboy

Pasangan Yang Sudah Ditakdirkan



Pasangan Yang Sudah Ditakdirkan

0Johnny Hartanto baru saja menyuruh seluruh anak buahnya yang tadi membawa Brian dan Imelda untuk pergi. Dia pun kembali ke sebuah tempat di mana adiknya berada. Meskipun sangat kesal pada wanita itu, Johnny Hartanto tetap sangat menyayangi adiknya.     

Begitu keluar dari pintu lift, ia melihat dua orang perawat baru saja keluar dari kamar perawatan Eliza. Johnny Hartanto pun menghampiri perawat itu. "Apa yang terjadi dengan adik saya, Suster?" tanyanya panik.     

"Nona Eliza baik-baik saja. Hanya saja ... suaminya terluka. Kami akan meminta petugas kebersihan untuk membersihkan kamar itu," jelas seorang perawat itu pada pria yang menghampirinya. Kedua perawat itu langsung kembali melanjutkan pekerjaannya.     

Johnny Hartanto terlihat bingung dengan perkataan perawat itu, lagi-lagi Eliza diklaim telah memiliki suami. Tanpa sadar ia pun tersenyum sendirian di lorong yang terlihat sangat sepi itu. "Suami? Suami mana lagi yang datang kali ini?" gumamnya sambil berjalan masuk ke ruangan itu.     

Begitu membuka pintu, Johnny Hartanto langsung membulatkan matanya saat melihat darah segar berceceran memenuhi lantai ruangan itu. Dia pun langsung menghampiri Eliza dalam wajah geram.     

"Eliza! Apa-apaan ini! Siapa yang sudah kamu lukai hingga seperti ini?" Dalam emosi yang tidak tertahan, Johnny Hartanto melemparkan pertanyaan itu pada adiknya. Dia sudah sangat tidak tahan melihat kegilaan Eliza selama ini.     

"Maaf, Kak. Tanpa sengaja aku sudah melukai ... aku benar-benar tak sengaja, Kak!" Eliza mencoba untuk menyakinkan kakaknya atas perbuatan yang sudah melukai orang lain. Dia sadar jika hal itu bisa saja membuat dirinya terjerat dengan hukum pidana.     

Martin sedang berada di toilet, langsung keluar begitu mendengarkan keributan antara adik kakak itu. "Eliza sama sekali tak bersalah! Aku sendiri yang jatuh dan terkena pisau itu saat akan mengupas buah." Tiba-tiba saja Martin datang dan menyelamatkan Eliza dari tuduhan kakaknya.     

"Jangan membelanya lagi!" Johnny Hartanto tak suka melihat Martin terus melindungi adiknya. "Aku bahkan bisa membantumu untuk menyeret Eliza dengan tuduhan penganiayaan," lanjutnya tanpa keraguan sedikit pun.     

"Silahkan! Aku juga tak akan sanggup untuk hidup seperti ini. Kehilangan Brian sama saja telah kehilangan hidupku. Aku bersumpah akan melawan takdirku dan merebut Brian Prayoga dari .... " Belum juga Eliza menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan sudah mendarat di wajahnya.     

Sebuah aura kemarahan yang mengerikan terlukis begitu jelas di wajah Johnny Hartanto. Dia tak pernah menduga jika adik satu-satunya yang dimiliki, bisa berpikir untuk melakukan hal gila yang sangat menjijikkan itu. "Aku sangat malu melihat kelakuanmu, Eliza. Jangan pernah berpikir untuk mengusik keluarga Mahendra ataupun Prayoga. Apakah kamu tak sadar, jika rumah sakit ini juga milik keluarga Mahendra?" terang pria yang sangat murka kepada adiknya.     

Martin bisa melihat jika temannya itu sudah sangat murka kepada adiknya. Namun dia juga terkejut saat mendengar rumah sakit itu milik keluarga Mahendra. Padahal sebelumnya, dia tak pernah mendengar hal itu disinggung oleh Imelda ataupun Brian. Bahkan Adi Prayoga juga tak pernah menyinggung tentang hal itu.     

"Apa maksudmu rumah sakit ini milik keluarga Mahendra? Aku tak pernah mendengar hal itu selama ini." Martin tak bisa menahan dirinya untuk menanyakan hal itu pada temannya itu. Dia sangat penasaran dengan alasan Johnny Hartanto mengatakan tentang pemilik rumah sakit itu.     

"Tidak banyak orang yang tahu tentang hal ini. Semua disembunyikan dengan sangat rapi dan tak tercium oleh siapapun. Sebenarnya ... bukan hanya keluarga Mahendra saja. Keluarga Prayoga juga memiliki andil atas rumah sakit ini," jelas Johnny Hartanto dengan wajah yang sedikit aneh dan begitu sulit untuk diartikan.     

Martin dan juga Eliza semakin terkejut dengan informasi yang baru saja didengarnya. Mereka berdua langsung melemparkan tatapan tajam kepada pria yang mengetahui tentang seluk-beluk rumah sakit itu.     

"Ada rahasia apa sebenarnya, Kak?" Eliza juga sangat tidak sabar untuk mengetahui kebenaran yang sudah tersimpan sangat rapat.     

"Pendiri rumah sakit ini adalah Irene Mahendra dan juga Natasya Prayoga. Mereka adalah sahabat dekat yang tak bisa terpisahkan. Setelah kepergian Irene Mahendra ... Natasya Prayoga juga ikut menghilang tanpa alasan yang jelas. Tidak ada yang tahu dengan alasan menghilangnya istri dari Adi Prayoga itu. Namun seseorang menyakini jika Natasya Prayoga masih berada di sekitar sini dan selalu mengawasi segala perkembangan rumah sakit ini hingga menjadi besar dan juga terbaik." Johnny Hartanto mencoba menjelas apa saja yang sudah diketahuinya. Meskipun hal itu sangat mengejutkan, dia berpikir jika adiknya harus mengetahui hal itu.     

Pikiran Martin langsung melayang tak terkendali. Tiba-tiba saja banyak hal yang sedang dipikirkannya. Dia merasa jika keluarga Mahendra dan juga Prayoga telah memiliki sebuah ikatan yang sangat rumit dan sangat sulit diuraikan lagi.     

"Brian tak pernah mengungkit hal itu selama ini," sahut Eliza dalam wajah yang masih memerah karena tamparan dari kakaknya itu.     

"Hanya Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra yang mengetahui hal ini. Selain itu ada segelintir orang saja yang mengetahui kepemilikan rumah sakit ini," terang Johnny Hartanto pada wanita yang terlihat bingung dan tak percaya dengan yang sudah di dengarnya.     

Martin masih terdiam sembari mencoba menelaah setiap ucapan Johnny Hartanto kepadanya. Meskipun telah mencobanya, ia tetap saja sangat kesulitan untuk mengerti hal itu. "Darimana kamu bisa mengetahui semua ini?" tanyanya dengan penuh kecurigaan dan juga perasaan tak enak pada temannya itu.     

"Aku menemukan seseorang yang sangat bisa dipercayai dan juga sangat mengerti dengan berdirinya rumah sakit ini," sahut Johnny Hartanto pada pria yang berdiri tak jauh darinya.     

"Bisakah aku mengetahui tentang orang itu?" Martin pun tak menyerah begitu saja untuk mengetahui seseorang yang mengetahui sesuatu yang sangat mengejutkannya.     

Tak langsung menjawab pertanyaan itu, Johnny Hartanto justru tersenyum kecut pada teman lamanya itu. Bukannya dia ingin merahasiakan hal itu, melainkan tak seharusnya ia membuka kebenaran itu. "Tak seharusnya aku mengatakan itu semua padamu. Kuharap kamu bisa merahasiakannya," balasnya dengan penuh harap.     

"Aku merasa jika Brian dan juga Imelda seolah sudah ditakdirkan sejak awal. Sekeras apapun aku mencoba untuk membuat Brian mencintaiku, itu tak akan pernah berhasil." Eliza tanpa sadar mengatakan hal itu dalam tatapan kosong.     

Martin bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Eliza saat itu. Dia juga pernah merasakan betapa sakitnya saat seseorang yang ditunggunya dan sangat dicintainya telah menjadi milik pria lain. "Aku mengerti perasaanmu, Eliza," ucap Martin lirih namun sangat jelas terdengar di telinga.     

"Bagaimana kamu bisa mengerti hal itu?" Eliza bertanya sambil berteriak karena ucapan Martin     

"Aku pernah mencintai Imelda sejak dia SMA. Saat aku jumpa dengannya lagi, dia sudah bersama Brian Prayoga. Saat itu aku benar-benar hancur. Namun aku masih saja mencintai Imelda hingga sekarang," ungkap Martin pada Eliza dan juga teman baiknya yang lama tak jumpa.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.