Bos Mafia Playboy

Menikahi Kekasih Dari Sahabatnya



Menikahi Kekasih Dari Sahabatnya

0Brian tentunya sangat terkejut mendengar kebenaran baru yang ditemukan oleh Imelda. Seolah langit baru saja runtuh tepat dihadapannya. Dia tak pernah membayangkan sedikit pun jika ayahnya adalah kekasih dari seorang Irene Mahendra. Sebuah pukulan keras cukup terasa di dalam hatinya.     

Tak jauh berbeda dari Brian, Imelda juga sama terkejutnya dengan sang suami. Dia tahu kedekatan ibunya dan juga Davin Mahendra. Namun ia tak pernah berpikir jika ibunya dan juga ayah dari suaminya pernah menjadi pasangan kekasih.     

"Jika mereka pasangan kekasih sejak awal, berarti Papa yang telah merebut Mama dari Papa Adi," ungkap Imelda dalam kekecewaan yang sangat besar di dalam hatinya.     

Semua yang sudah berlalu benar-benar di luar dugaannya. Hal itu membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Imelda masih tak bisa mempercayai semua yang dilihat dan juga didengarnya sendiri.     

"Bagaimana Papa bisa menikahi kekasih dari sahabat Papa sendiri?" Imelda sedikit berteriak karena sangat kecewa terhadap ayahnya. "Papa Adi memang berhak membenci Papa," lanjutnya dengan wajah sangat kesal.     

"Itu semua adalah berawal dari kesalahan Papa," jawab Davin Mahendra tanpa mampu memandang anak dan juga menantunya. Dia selalu saja menyesali hari di mana persahabatannya dan Adi Prayoga harus benar-benar hancur berkeping-keping.     

Imelda mencoba memikirkan sebuah kesalahan yang mungkin sudah dilakukan oleh ayahnya. Dia sangat penasaran dengan alasan ayahnya sampai menikahi kekasih dari sahabatnya itu.     

"Apa yang sudah Papa lakukan pada Mama saat itu?" tanya Imelda pada sosok Davin Mahendra.     

Sedangkan Brian, ia semakin tak mengerti dengan kebenaran yang baru saja didengarnya. Segalanya terasa sangat rumit dan membuatnya sakit kepala.     

"Tanpa sengaja Papa telah melakukan .... " Belum sempat menceritakan kisah dari masa lalunya. Terdengar dering telepon dari ponselnya. Davin Mahendra langsung berjalan ke meja kerjanya dan menerima panggilan itu.     

"Ada apa, Alex?" tanya Davin Mahendra pada seseorang yang baru saja menghubunginya.     

"Aku akan segera ke markas sekarang," jawab ayah dari Imelda itu sebelum mengakhiri panggilan itu.     

Davin Mahendra langsung membereskan mejanya karena ia harus segera datang ke markas. "Papa harus harus pergi sekarang. Begitu selesai bertugas, pasti akan aku ceritakan semuanya." Secepat kilat, pria itu langsung menghilang begitu saja.     

Begitu Davin Mahendra pergi, Brian langsung memandang Imelda penuh arti. Dia masih tak dapat mempercayai kebenaran itu.     

"Sayang ... rasanya segala yang telah terjadi seperti sebuah mimpi bagiku. Hati dan juga otakku sama-sama tak bisa menerima semua itu," tutur Brian Prayoga pada wanita yang berstatus sebagai istrinya yang sah itu. Akan sangat berat baginya untuk memahami dan juga mengerti tentang semuanya itu.     

"Tenanglah, Brian. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Bahkan aku merasa ada sebuah alasan besar yang membuat Papa terpaksa menikahi Mama Irene," sahut Imelda. Ia juga masih sangat bingung dan juga tak memahami rumitnya hubungan dua sahabat itu.     

"Lebih baik kita beristirahat dulu, Sayang. Ayo kita beristirahat di kamar saja," ajak Brian pada wanita yang mulai terlihat sedikit lelah karena terlalu lama duduk.     

Mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu menuju ke kamar Imelda. Wanita itu langsung membaringkan dirinya setelah melewati hati yang panjang dan juga menegangkan baginya. Bahkan kondisinya juga semakin lemah mengingat kondisi kehamilannya yang baru memasuki trimester awal.     

Dalam dekapan hangat sang suami, Imelda mulai terlelap dalam buaian mimpi indah. Wanita itu terlalu lelah hingga begitu cepat memejamkan matanya.     

Tak berapa lama, Brian mendengar suara berisik di ruang tengah. Ia pun bangkit dari samping Imelda dan memeriksa keadaan di rumah itu. Baru beberapa langkah saja, iya sudah melihat Vincent yang sudah berada di kursi ruang tengah.     

"Kak Vincent sudah kembali?" sapa Brian sekedar berbasa-basi pada kakak iparnya.     

Vincent yang sedikit terkejut mendengar sapaan Brian, langsung memandang ke arah adik iparnya itu. Dia tak menduga jika Brian dan Imelda benar-benar mau tinggal di rumah itu.     

"Sejak kapan kalian tinggal di rumah ini? Tau begitu, lebih baik jika aku tinggal di sini dalam pengawasan adikku sendiri," ucap Vincent dengan wajah yang terlihat cukup bersemangat.     

"Tadi pagi kami baru sampai." Brian memandang Vincent penuh arti. Seolah ia ingin sekali bertanya langsung pada kakak iparnya itu tentang hubungan ayahnya dan juga Irene.     

Vincent menyadari jika ada hal yang ingin ditanyakan oleh adik iparnya itu. Terlihat dari sorot matanya, Brian seolah sedang mengisyaratkan sesuatu terhadap dirinya.     

"Jika mau bertanya, katakan saja langsung padaku, Brian. Aku pasti akan menjawabnya," ucap Vincent dengan sebuah senyuman hangat yang terlihat cukup tulus pada pria di depannya.     

"Bagaimana Kak Vincent bisa mengetahui jika aku ingin bertanya?" tanya Brian cukup penasaran.     

Pria itu kembali mengembangkan senyuman pada adik iparnya. Awalnya ia tak berpikir untuk mengatakan hal itu kepada Brian. Begitu melihat wajah Brian yang begitu tertekan, Vincent pun berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang sesuatu yang membuat Brian terlihat sangat menderita.     

"Lihat saja wajahmu itu! Kamu terlihat sangat menderita," balas pria yang baru saja kembali dari sebuah klinik milik Kevin.     

"Ini tentang papaku dan Mama Irene. Tidakkah Kak Vincent mengetahui, apa yang sebenarnya sudah terjadi di antara mereka?" Brian benar-benar serius menanyakan hal itu pada sang kakak ipar.     

Pria itu tak langsung menjawab justru memalingkan wajahnya. Ekspresi wajah Vincent langsung saja berubah. Ia selalu saja sangat sensitif jika itu menyangkut hubungan terlarang antara Adi Prayoga dan juga ibunya sendiri, Irene Mahendra. Bahkan kebencian Vincent pada Adi Prayoga begitu mendalam dan juga sangat besar. Ia tak yakin bisa menghilangkan perasaan itu terhadap ayah mertua dari Imelda itu.     

"Aku tak ingin membahas tentang perselingkuhan di antara mereka. Tidak bisakah kamu ingin mengetahui yang lain saja, Brian? Aku bisa menjawab apapun selain tentang mereka berdua." Vincent memberikan jawaban itu dengan sangat enteng dan juga tanpa beban sedikit pun.     

Brian tak ingin langsung menyerah begitu saja, ia ingin membuat Vincent tidak terlalu membenci Adi Prayoga maupun Irene Mahendra.     

"Apa Kak Vincent juga mengetahui jika sebelum Papa Davin menikah, papaku dan Mama Irene adalah sepasang kekasih?" Sebuah pertanyaan yang cukup membuat Vincent langsung terdiam karena sangat terkejut.     

"Jangan bercanda kamu, Brian! Tak mungkin hal seperti itu bisa terjadi di antara mereka. Bukankah papamu juga menikah dengan sahabat mereka?" Vincent pun menjadi sangat penasaran dengan segalanya yang sudah terjadi.     

Tak tahu harus menjelaskan seperti apa lagi, Brian terdiam sejenak sebelum mengungkapkan sesuatu yang mungkin saja belum diketahui oleh Vincent.     

"Ternyata pernikahan papa dan juga mamaku tanpa adanya ikatan cinta sama sekali. Itu hanyalah sebuah janji yang harus mereka tepati," jelas Brian.     

"Apa!" Vincent tentunya sangat terkejut mendengar hal itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.