Bos Mafia Playboy

Kamu Harus Menikahi Eliza!



Kamu Harus Menikahi Eliza!

0Sebuah tuduhan yang dilontarkan oleh Adi Prayoga tentunya membuat Brian cukup marah. Dia sangat tahu jika ayahnya itu justru melakukan hal yang lebih buruk dari dirinya. Kebencian dan juga kekecewaannya terhadap sosok Adi Prayoga sama sekali belum menghilang dari hatinya.     

"Kalau bukan karena Imelda, aku tak akan mau menginjakkan kaki di rumah ini. Telingaku masih saja terngiang-ngiang dengan ucapan Mama yang mengatakan jika Papa berselingkuh dengan mamanya Imelda. Dan itu ... sungguh sangat menyakitkan bagiku." Brian sengaja mengatakan hal itu kepada Adi Prayoga. Tak bisa dipungkiri, ia tentunya mengutuk perbuatan ayahnya yang mengkhianati istri dan juga sahabatnya sendiri.     

"Sebenarnya ... yang pernah terjadi tak seburuk pikiranmu itu." Bukan untuk membela dirinya, Adi Prayoga ingin mengatakan yang sesungguhnya terjadi. Namun ia justru mengurungkan hal itu karena merasa semuanya pasti akan sia-sia.     

Brian beralih pada sosok pria yang sejak tadi hanya berdiam diri. Entah karena rasa bersalah atau tak ingin terlibat dalam rumitnya hubungan keluarga Prayoga.     

"Dan kamu, Kevin? Bisa-bisanya kamu tak langsung menghubungi aku, di saat kondisi Imelda memburuk," protes Brian pada sosok dokter dan juga pemilik klinik di mana Vincent sedang dirawat.     

"Aku terlalu panik hingga lupa mengabarimu," kilah Kevin. Ia tak ingin memperkeruh suasana lagi. Memang Adi Prayoga yang melarangnya untuk menghubungi Brian. Oleh karena itu, Kevin tak mungkin bisa menolak permintaan seorang pria yang sudah mengurusnya selama bertahun-tahun. Adi Prayoga juga yang telah membiayai Kevin sampai menjadi seorang dokter.     

Tak ingin hanya duduk berdiam diri, Brian kembali melihat Imelda yang masih memejamkan matanya. Wanita itu masih juga bangun, padahal ia sudah sangat merindukan istrinya. Setelah menunggu beberapa saat di sebelah Imelda, ia memutuskan untuk kembali menemui Kevin yang masih duduk di ruang tengah.     

"Bagaimana keadaan Kak Vincent? Bukankah kamu melakukan tes laboratorium kemarin?" Brian ingat perkataan Kevin saat kemarin. Dia ingin memastikan beberapa tes lagi untuk memastikan keadaan Vincent.     

"Hasil tes semuanya baik. Tak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Kevin pada sahabat yang sudah seperti saudara baginya. Ia kembali diam tanpa mengatakan apapun lagi.     

Di saat mereka sedang menenggelamkan diri dalam pemikiran masing-masing, terdengar suara keributan di luar rumah itu. Membuat ketiga pria itu langsung bangkit dan memeriksa keadaan di depan rumahnya.     

"Siapa yang membuat keributan di rumahku?" Adi Prayoga nampak sangat kesal karena suara berisik yang mengganggu ketenangan dirinya. Dengan langkah cepat, ia berjalan ke depan diikuti oleh Kevin dan Brian di belakangnya.     

Sontak saja, mereka bertiga langsung memicingkan matanya, saat melihat dua wanita yang sedang berusaha untuk masuk ke dalam rumah. Terlihat beberapa bodyguard menghentikan mereka di depan rumah.     

"Untuk apa kamu membuat keributan di rumahku, Natasya?" Sebuah pertanyaan dengan nada dingin dan terdengar sangat datar dilontarkan Adi Prayoga pada wanita yang pernah meninggalkannya itu.     

"Rasanya aku sangat jijik untuk menginjakkan kakiku di rumahmu ini. Jika bukan karena Eliza yang terluka karena Brian, aku tak sudi datang kemari," sahur seorang wanita yang mulai kesal karena beberapa pria menghentikannya untuk menemui sang bos mafia. Natasya sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mendatangi sebuah rumah yang dulu pernah ditinggalkannya bersama Adi Prayoga. Namun Eliza tiba-tiba saja datang dan mengatakan jika Brian telah mendorongnya hingga kakinya terluka.     

"Aku datang hanya untuk meminta pertanggungjawaban Brian karena telah melukai Eliza." Natasya mengatakan maksud dan tujuannya datang ke rumah itu.     

Adi Prayoga masih belum mengerti dengan ucapan Natasya kepadanya. Ia pun menjadi penasaran, apa yang sudah dilakukan Brian pada wanita yang berdiri di sebelah mantan istrinya itu.     

"Apa ya yang sudah kamu lakukan pada wanita itu, Brian?" tanya Adi Prayoga pada anaknya. Dia tak tahan mendengar Brian harus bertanggung jawab pada wanita murahan yang berdiri di sebelah Natasya itu.     

"Aku tak melakukan apapun pada Eliza. Bisa saja itu hanya akal-akalannya saja." Brian tentu saja menyangkal hal itu, ia tak merasa jika sudah melakukan sesuatu yang menyakiti wanita itu.     

Eliza berjalan pelan dengan kaki yang terlihat pincang. Seolah ia benar-benar telah terluka karena Brian. Wanita itu sengaja menunjukkan jika kakinya seakan telah terluka karena Brian.     

"Om bisa melihatnya sendiri. Aku benar-benar terluka karena Brian mendorongku hingga terjatuh di lantai toilet." Eliza mencoba memprovokasi mereka semua agar mempercayai dirinya. Ia bahkan berwajah memelas untuk menyakinkan mereka semua.     

"Dasar wanita gila! Aku memang mendorong dirimu ... namun tak sampai terjatuh seperti yang sudah kamu katakan. Jangan mengada-ada kamu, Eliza!" Brian semakin murka saat mendengar wanita itu sengaja mengatakan kebohongan terhadap dirinya. Sepertinya Eliza sengaja ingin mengacaukan kehidupannya. Ditambah lagi, kedatangan Eliza bersama Natasya telah menambah kekesalan dalam dirinya.     

Natasya mendekati Eliza yang sudah berdiri tak jauh dari ketiga pria itu. Dia merasa sangat kasihan pada perempuan yang berprofesi sebagai jaksa yang cukup terkenal baru-baru ini. "Tak perlu menyanggah apapun lagi Brian. Cukup kamu bertanggung jawab saja pada Eliza," ucap wanita yang sudah melahirkan Brian itu.     

"Bertanggung jawab apa maksud Mama?" Brian berpura-pura bodoh agar ibunya itu mengatakan sesuatu yang mungkin saja sudah direncanakan sebelumnya.     

"Kamu harus menikahi Eliza!" tegas Natasya penuh keyakinan.     

Seketika itu juga, Adi Prayoga tersenyum sinis sembari bertepuk tangan mendengar ucapan mantan istrinya itu. Dia tak menyangka jika Natasya kembali hanya ingin mengacaukan kehidupan anaknya sendiri. Pria itu sangat tahu jika Natasya pasti tak menyetujui pernikahan Brian dan juga Imelda. Sebuah kebencian yang dirasakannya telah menutupi semua akal sehatnya.     

"Sepertinya kamu semakin kehilangan kewarasan, Natasya! Bagaimana kamu bisa menyuruh Brian menikahi wanita itu? Brian sudah memiliki seorang istri!" tegas Adi Prayoga pada sosok wanita yang seolah telah menghilang dari hidupnya. Padahal selama ini, Natasya selalu mengawasi pergerakannya.     

"Aku tak akan pernah menyetujui pernikahan Brian dengan anak dari selingkuhanmu itu!" Natasya berteriak cukup keras hingga beberapa orang yang berada di sana mendengar pembicaraan mereka.     

Sebuah perkataan yang pastinya membuat telinga Brian langsung panas. Dia sudah tak tahan lagi untuk mendengarkan ucapan ibunya yang semakin tidak masuk akal.     

"Pernikahanku tak ada hubungannya dengan Mama. Bukankah Mama sendiri yang telah memutuskan hubungan denganku?" sahut Brian dalam wajah penuh kekecewaan yang begitu besar pada kedua orang tuanya.     

"Kamu tahu sendiri, Brian. Mama sangat menyayangimu, papamu itu yang bersalah karena melarang Mama untuk menemuimu. Setidaknya papamu yang paling berdosa telah memisahkan kita." Natasya sengaja ingin menjatuhkan Adi Prayoga di depan anaknya sendiri.     

Sebuah senyuman kecut terukir di bibir Brian. Ia semakin tak bisa menahan dirinya lagi atas perkataan ibunya. "Setidaknya ... Papa tak pernah memberikan obat tidur dalam makananku," balasnya telak.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.