Bos Mafia Playboy

Kebodohan Brian Prayoga



Kebodohan Brian Prayoga

0Brain memasang handsfree di telinganya lalu menghubungi seorang pria yang bekerja pada ayahnya itu. Dia adalah Martin, seorang pria serba bisa yang mengabdikan dirinya untuk keluarga Prayoga. Sudah begitu banyak kejadian yang dilaluinya bersama Adi Prayoga dan keluarganya. Hal itu membuat hubungannya semakin erat dengan sang bos mafia itu.     

"Kamu sedang berada di mana, Martin?" tanya Brian pada orang kepercayaan ayahnya via panggilan ponsel.     

"Tolong dapatkan lokasi Imelda secepatnya! Dia tiba-tiba saja menghilang." Brian mencoba menjelaskan pada pria yang sudah banyak membantunya itu.     

"Apa! Jadi titik lokasi Imelda di rumah papaku? Bagaimana dia bisa memilih rumah itu dibandingkan jutaan rumah yang ada di sini?" Brian terlihat kesal saat Martin memberitahukan keberadaan istrinya.     

"Terima kasih, Martin." Brian mengakhiri panggilannya lalu melemparkan handsfree begitu saja.     

Dengan kecepatan penuh, Brian melajukan mobilnya menuju ke rumah di mana Adi Prayoga tinggal. Sebenarnya ia tak ingin menemui pria tua itu, Brian masih sangat kecewa pada ayahnya itu. Skandal perselingkuhan yang dilakukan Adi Prayoga dan Irene Mahendra, membuat Brian tak ingin bertemu dengan ayahnya sendiri. Namun berhubung, Imelda sudah berada di sana, Brian pun menekan ego di dalam dirinya dan segera menjemput wanita yang sangat dicintainya itu.     

Tak berapa lama, mobil Brian baru saja memasuki sebuah rumah dengan penjagaan ketat. Dia langsung masuk ke dalam rumah itu tanpa melihat sekelilingnya.     

"Berhenti di sana, Brian!" Tiba-tiba saja, Adi Prayoga sudah berdiri tak jauh dari kamar di mana Imelda berada di sana. Pria tua itu terlihat begitu cemas dan juga kesal dalam waktu yang bersamaan.     

"Apa alasan Papa menghentikan aku menemui Imelda?" Brian merasa tak terima dengan perlakuan Adi Prayoga terhadap dirinya.     

Pria tua itu memandang anaknya penuh arti. Menyiratkan kekecewaan yang mendalam dan tak mungkin bisa dilukiskan oleh Adi Prayoga kepada anaknya.     

"Tunggulah sebentar! Kamu juga akan melihatnya sendiri," sahut Adi Prayoga dalam sorot mata tajam yang sangat dingin dan tak berperasaan. Dia bingung harus bersikap seperti apa pada anak semata wayangnya itu. Namun perbuatan Brian kali sudah sangat keterlaluan. Adi Prayoga tak mungkin diam saja membiarkan hal itu terjadi.     

Brian semakin bingung dan tak mengerti dengan sikap ayahnya sendiri. Seolah sosok Adi Prayoga sengaja mempermainkan dirinya. Namun ia mencoba untuk tenang dan menunggu seperti permintaan ayahnya itu.     

Beberapa saat kemudian, Kevin keluar dari kamarnya dengan seorang wanita berseragam dokter di sebelahnya. Mereka terlihat sedikit cemas dengan keadaan Imelda saat itu.     

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku?" Brian sangat tidak sabar menunggu jawaban dari mereka semua. Ia juga menunjukkan wajah geram pada Adi Prayoga yang tak mengatakan secara langsung kepadanya.     

"Kondisi kehamilan Dokter Imelda sangat lemah. Dia tak boleh stress ataupun kelelahan. Sebaiknya Anda benar-benar harus memperhatikan istri Anda jika tak ingin kehilangan bayi di dalam kandungannya." Dokter yang berdiri di sebelah Kevin itu mencoba menjelaskan keadaan Imelda. Selain seorang dokter, ia juga rekan seprofesi Imelda di rumah sakit tempatnya bekerja.     

Brian cukup terkejut mendengar hal itu. Ia merasa jika selama ini Imelda terlihat baik-baik saja. Seingatnya ... istrinya itu mengeluh hanya tadi pagi saja. Dia merasa jika perutnya tak nyaman dan tak bisa makan. Tiba-tiba saja, Brian mengingat sesuatu di dalam pikirannya.     

"Jangan-jangan .... " Brian merasa tak yakin untuk mengatakan sesuatu yang mungkin saja membuatnya akan sangat malu terhadap mereka semua. Namun dia harus mengedepankan egonya demi keselamatan bayi dan juga istrinya itu.     

"Apakah rutinitas suami istri juga mempengaruhi kehamilannya?" Tak bisa menahan rasa penasarannya, Brian menanyakan hal itu pada sang dokter.     

Dokter itu tersenyum pada Brian, ia bisa melihat jika aktivitas seksual mereka masih sangat aktif. Sebagai dokter dan juga teman Imelda, ia pun tetap menginginkan keselamatan Imelda dan juga bayinya.     

"Tentu saja. Anda harus sangat berhati-hati saat melakukan hal itu dengan Dokter Imelda. Jangan sampai melukai anak dan juga ibunya. Lakukan saja dengan sangat lembut," ujar sang dokter pada suami dari pasiennya.     

Brian terlihat cemas dan langsung kehilangan kata-katanya. Ia merasa bersalah karena telah melakukan percintaan panas dan juga menggairahkan beberapa kali saat pagi tadi. Rasanya ia yang pantas menanggung dosa karena kebodohannya itu.     

"Terima kasih, Dokter. Aku akan menemui istriku," ucap Brian tulus pada dokter itu.     

"Biarkan Dokter Imelda beristirahat," sahut seorang wanita yang menjadi dokter itu.     

"Aku hanya ingin melihatnya sebentar saja." Brian tak mungkin mengganggu Imelda yang sudah memejamkan matanya. "Kevin! Aku ingin berbicara denganmu," serunya sebelum masuk ke kamar di mana Imelda berada.     

Brian tak tahan melihat Imelda yang terbaring dengan wajah pucat. Dia merasa sangat bersalah karena mementingkan ego di dalam dirinya.     

"Maafkan aku, Sayang. Aku terlalu egois tanpa memikirkanmu," gumam Brian pelan dengan sebuah kecupan lembut di kening sang istri.     

Setelah puas melihat istrinya, Brian keluar dari kamar itu. Dia sengaja membiarkan Imelda beristirahat di kamar itu. Brian keluar dan menemui Kevin dan juga Adi Prayoga yang sudah duduk menunggu kedatangannya.     

"Mengapa kamu tak menghubungi aku, Kevin?" Brian ingin menyalahkan sahabatnya itu atas semua yang tidak dikatakan. Seharusnya Kevin segera menghubunginya begitu mengetahui kondisi Imelda.     

"Papa yang menyuruh Kevin melakukannya," tegas Adi Prayoga pada anaknya sendiri.     

"Apa maksud Papa melakukan hal itu?" Brian merasa tak terima dengan keputusan ayahnya yang melarang Kevin memberitahukan keadaan Imelda.     

Melihat kemarahan Brian, pria tua itu hanya bisa mengelus dadanya sendiri. Semua yang dilakukannya adalah demi kebaikan mereka berdua. Adi Prayoga tak ingin hal buruk sampai menimpa menantu kesayangannya itu.     

"Bodoh! Kamu yang sudah membahayakan menantu dan juga calon cucuku. Tidak bisakah kamu berpikir tentang hal itu?" Adi Prayoga tak mampu menahan amarah yang tadi sudah ditahannya. Dia sangat menyayangkan kebodohan anaknya sendiri.     

"Imelda tentunya kelelahan karena kamu mengajaknya berpindah-pindah tempat tinggal. Belum lagi banyak masalah yang terjadi di antara dua keluarga ini," terbagi Adi Prayoga pada anaknya. Dia tak tahan melihat Brian yang seolah tak mengerti kondisi istrinya.     

Brian baru menyadari kebodohannya sendiri. Dia terlalu egois tanpa memikirkan kondisi fisik wanita yang sedang mengandung anaknya itu. Hanya rasa penyesalan yang bisa dilukiskan atas dirinya sendiri.     

"Yang lebih bodohnya lagi ... kamu telah membuat Imelda harus menyaksikan dirimu masuk ke dalam toilet bersama dengan wanita lain," ungkap Adi Prayoga pada sosok suami bagi Imelda.     

"Itu hanya kesalahpahaman saja, Pa. Aku tak mungkin melakukan hal gila dengan wanita lain." Brian terlihat bersungguh-sungguh mengatakan hal itu pada ayahnya dan juga sahabatnya, Kevin.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.