Bos Mafia Playboy

Permintaan Natasya



Permintaan Natasya

0Imelda baru saja masuk ke dalam mobil disusul dengan Brian yang masih berjalan di belakangnya. Tak langsung menyalakan mesin mobilnya, pria itu justru memandang wanita yang sudah duduk tenang di sebelahnya.     

"Apa yang tadi kalian bicarakan? Mengapa Laura menunjukkan wajah seperti itu?" Brian langsung melemparkan dua pertanyaan sekaligus kepada istrinya. Rasanya ia sudah tak tahan jika harus menunggu hingga sampai di rumah.     

Dengan enggan, Laura memandang Brian. Ia sengaja menunjukkan wajahnya yang terlihat cukup lelah. Ditambah sedikit drama, wanita itu benar-benar kelelahan saat di pandang dengan sekilas.     

"Tidak bisakah kamu membiarkan aku tertidur sebentar?" Itu bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan sebuah permintaan khusus yang sengaja dilontarkan oleh Imelda kepada suaminya. Ia hanya ingin menghindari dua pertanyaan yang seharusnya dijawabnya.     

"Apakah kamu sudah sangat lelah, Sayang?" tanya Brian yang hanya mendapatkan sebuah anggukan kepala dari suaminya. "Tidurlah dengan nyaman, aku akan mengendarai mobilnya dengan pelan saja." Sebuah usapan lembut mendarat di kepala Imelda. Brian sengaja membelai istrinya agar merasa lebih nyaman.     

Brian pun akhirnya melajukan mobilnya dengan cukup pelan dan sangat berhati-hati. Dia tak ingin membuat goncangan yang bisa membuat istrinya terganggu dari tidurnya.     

Wanita yang tadinya hanya ingin berpura-pura tidur, akhirnya benar-benar tertidur pulas. Tanpa sadar, Imelda telah terbuai dalam mimpi indahnya. Dalam wajah yang sangat menggemaskan, Imelda menunjukan sisi cantik dalam dirinya di saat mata terpejam.     

Hingga tak berapa lama, mobil yang dikendarai oleh Brian telah sampai di sebuah rumah besar di mana Natasya mengaku tinggal di sana. Begitu mematikan mesin mobilnya, seorang penjaga rumah itu datang dan membantunya membuka pintu mobil.     

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang pria paruh baya yang bekerja di rumah itu.     

"Tak perlu, Pak. Biar aku saja yang membawa istriku ke kamar," tolak Brian dengan tutur kata yang cukup sopan.     

Dengan sangat lembut dan hati-hati, Brian mengangkat Imelda ala bridal style lalu membawanya masuk ke dalam. Belum juga sampai di dalam kamar, ia berpapasan dengan sang kepala pelayan. Brian melihatnya sekilas, ia sangat yakin jika wanita itu adalah orang yang sama dengan gambar yang tadi ditunjukkan oleh Martin.     

"Dugaan Imelda ternyata benar," gumam Brian sembari terus berjalan menaiki tangga di rumah itu menuju kamar yang semalam dipakainya bersama sang istri. Semua yang terjadi belakangan ini, benar-benar berada di luar dugaannya. Brian merasa jika segalanya terasa sangat rumit.     

Setelah menaiki beberapa anak tangga, Brian meminta tolong seorang pelayan yang kebetulan lewat untuk membantunya membuka pintu. Begitu pintu terbuka, ia langsung masuk dan segera membaringkan Imelda di sebuah ranjang besar di kamar itu. Memberikan sebuah selimut hangat untuk menutupi tubuh wanita yang sebentar lagi akan melahirkan cucu dari keluarga Prayoga dan juga Mahendra.     

"Brian!" Sebuah suara tiba-tiba saja terdengar di depan pintu kamar itu. Brian langsung bangkit dan berjalan ke arah pintu itu. Terlihat Natasya sudah berdiri tepat di depan kamar.     

"Ada apa, Ma?" tanya Brian dengan wajah datar tanpa menunjukkan emosi apapun di dalam dirinya. Dia sengaja mengendalikan dirinya sendiri agar tidak terlihat kekesalannya pada wanita yang sudah berdiri di hadapannya itu.     

"Temani Mama di ruang tengah. Ada yang ingin Mama bicarakan padamu," ujar wanita yang sudah cukup lama meninggalkan anak semata wayangnya itu.     

Tanpa menjawab apapun, Brian langsung mengikuti Natasya berjalan menuju ke ruang tengah di rumah itu. Sang ibunda langsung duduk, disusul Brian yang juga duduk tak jauh dari Natasya.     

"Apa yang ingin Mama bicarakan padaku?" tanya Brian tatapan wajah yang sangat penasaran terhadap sesuatu yang akan dibicarakan oleh ibunya.     

"Apa kamu benar-benar mencintai Imelda?"Sebuah pertanyaan dari Natasya itu berhasil membuat Brian langsung memicingkan matanya kepada wanita di hadapannya.     

Brian sama sekali tak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Natasya itu. Ia yakin jika ibunya itu telah merencanakan sesuatu yang mungkin saja bisa merusak hubungannya dengan Imelda.     

"Apakah aku masih perlu menjawab pertanyaan itu, Ma? Bukankah Mama juga tahu jika aku sangat mencintai istriku?" Bukannya memberikan sebuah jawaban, Brian justru kembali melemparkan dua buah pertanyaan sekaligus kepada seorang wanita yang sudah melahirkannya itu.     

"Bisa saja kamu menikahinya karena Imelda tengah mengandung anakmu. Walaupun Mama tak bersamamu, Mama sangat tahu kehidupanmu sebelum menikahi anak dari Davin Mahendra itu." Laura masih sangat yakin jika Brian sama sekali tak mencintai istrinya. Itu hanya wujud dari sebuah tanggung seorang pria karena telah menghamili seorang wanita.     

Ingin rasanya Brian menertawakan ucapan Natasya yang terlalu meremehkan ketulusan cintanya kepada Imelda. Sebagai seorang ibu, Natasya benar-benar tak mengetahui apapun tentang anaknya itu. Bahkan Adi Prayoga lebih mengetahui, wanita mana yang sungguh dicintai oleh anak semata wayangnya itu.     

"Mama benar-benar tak mengenal aku sama sekali .... " Brian terlihat sangat kecewa kepada ibunya itu. Dia tak menyangka jika Natasya sama sekali tak mengerti dirinya. "Selama aku hidup ... hanya Imelda yang sangat aku cintai, tak ada wanita lain selain dirinya," terang Brian pada wanita yang mencoba ingin mengusik kehidupannya dengan Brian.     

"Hanya Imelda? Bukankah kamu juga bermain-main dengan banyak wanita di luar sana?" Natasya mulai terpancing dengan ucapan Brian. Tanpa sadar ia telah membuka sendiri sesuatu yang sengaja ditutupinya.     

Lagi-lagi Brian harus menahan tawa di dalam dirinya, ia semakin tak menyangka jika selama ini Natasya berada di sekitar dirinya. Meskipun wanita itu masih belum mengakui hal itu, setidaknya Natasya sudah membukanya sendiri tanpa menyadarinya.     

"Jadi selama ini, Mama selalu mengawasi aku?" Brian langsung terdiam dengan sebuah tatapan tajam ke arah wajah Natasya. "Tapi Mama tak berniat sama sekali untuk menemuiku," lanjut pria itu dalam perasaan kecewa yang semakin mendalam.     

"Bukan begitu, Brian! Mama bisa menjelaskan semuanya. Sebenarnya ... Adi Prayoga yang melarang Mama untuk menemuimu. Bahkan papamu itu juga memberikan ancaman pada Mama. Tidakkah kamu juga merasakan, jika Mama sangat merindukanmu," ungkap Natasya dengan tutur kata manis dalam balutan kelembutan yang selalu dilakukannya di depan Brian dan juga Clarissa. Dia berusaha untuk bersikap sebaik mungkin di depan anak semata wayangnya itu.     

Antara percaya dan juga tak percaya, Brian merasa sangat kesulitan untuk mempercayai wanita yang melakukan banyak kebohongan terhadap dirinya itu.     

"Sejujurnya ... aku sangat kesulitan untuk mempercayai Mama," sahut Brian dengan wajah kecewa.     

"Kamu tak perlu mempercayai Mama. Cukup lakukan saja satu permintaan Mama saja." Natasya mencoba meminta sesuatu dari anaknya.     

Brian mencoba menebak keinginan dari ibunya itu. Namun cukup sulit untuk menebaknya.     

"Setelah anak itu lahir, ceraikan saja Imelda!" pinta Natasya pada anaknya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.