Bos Mafia Playboy

Berlagak Polos



Berlagak Polos

0Mendengar pertanyaan dari Vincent, membuat pria itu seolah kehilangan kata-katanya. Davin Mahendra masih saja memilih untuk diam dari pada menunjukkan semua kebenaran itu.     

"Kamu pikir Papa bisa melakukan dosa apa terhadap Prayoga?" Dengan sengaja Davin Mahendra memutar kata-katanya. Menjadikan segalanya semakin rumit dan tentunya terbelit-belit.     

"Cihh ... Papa jadi suka bermain teka-teki dengan kami semua," cibir Vincent sembari memicingkan mata melirik sosok pria yang bekerja di badan intelijen.     

Imelda tak ingin menambahkan apapun lagi pada perbincangan mereka. Ia tak ingin menambahkan ketegangan ataupun pertengkaran mereka semakin memanas. Diam ... adalah cara Imelda untuk menenangkan dua pria yang saling berseteru. Wanita itu memandang Brian penuh arti, ia berharap sang suami bisa memberikan solusi untuk memecahkan ketegangan di antara mereka berdua.     

Menyadari isyarat yang dikirimkan oleh istrinya, Brian hanya bisa menggelengkan kepalanya. Seolah ia memberikan sebuah tanda agar Imelda tidak terlibat semakin dalam.     

"Kak! Tidak baik membicarakan masalah pribadi di sini." Tiba-tiba saja Imelda mengeluarkan perkataan itu. Ia hanya ingin meredakan amarah dua pria yang sejak tadi tak berhenti untuk saling membalas ucapannya.     

Vincent baru tersadar jika kekasihnya itu terus menatapnya sejak tadi. Terlihat Laura merasa tak enak hati melihat pertengkaran ayah dan anak itu. Pria itu pun langsung menghampiri Laura yang masih berdiri tanpa mengatakan sepatah kata pun.     

"Maaf. Aku tak berniat untuk memperlihatkan rumitnya hubungan keluarga kami," sesal Vincent pada wanita yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.     

"Tak masalah, Vincent. Aku sangat mengerti, tak perlu sungkan seperti itu. Jika kita berjodoh nantinya, aku juga harus menerima semua itu." Sebuah jawaban dari Laura telah sanggup menggetarkan hati setiap mereka yang mendengar perkataannya.     

Ketegangan di antara mereka langsung meleleh, bahkan benar-benar melebur bersamaan dengan ucapan Laura yang mampu menenangkan hati. Wanita itu mengembangkan sebuah senyuman tulus di wajah, memandang Vincent dalam sorotan mata yang penuh arti.     

"Apapun itu ... aku bersedia menerimamu apa adanya, Vincent," lanjut Laura dalam tutur katanya yang lembut dan penuh perasaan.     

"Hentikan, Dokter Laura!" Imelda berteriak pada temannya itu, membuat semua orang langsung memandang ke arahnya. "Aku tak tahan mendengarkan ucapanmu. Rasanya hatiku akan meleleh dengan setiap rayuan dari bibirmu itu," godanya pada wanita yang sebentar lagi mungkin akan menjadi Kakak iparnya.     

Adi Prayoga cukup senang saat melihat Vincent bisa menemukan seorang wanita yang sangat mencintainya. Sebelumnya, ia sempat khawatir jika anak laki-lakinya itu tak menyukai seorang wanita. Bukan tanpa alasan ... selama hidupnya, Davin Mahendra tak pernah melihat anaknya itu melirik wanita apalagi mendekatinya. Saat melihat kedekatan Vincent dan juga Laura, hatinya menjadi lebih lega. Seolah segala beban di pundaknya terasa lebih ringan.     

"Papa akan mendukung hubungan kalian berdua. Sepertinya kalian terlihat saling mencintai satu sama lain," ujar Davin Mahendra pada pasangan kekasih yang berdiri sangat berdekatan.     

"Semoga Om Davin Mahendra bisa merestui hubungan kami berdua," lontar Laura sangat menyakinkan. Dia sudah sangat yakin jika seorang Vincent Mahendra adalah jodohnya.     

Sebuah senyuman terbit di kedua sudut ayah dari Imelda dan Vincent itu. Tak ada alasan baginya untuk menolak hubungan di antara mereka. Tentunya sebagai orang tua, Davin Mahendra menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dia pun berpikir jika Laura juga wanita yang baik untuk anak laki-lakinya.     

"Tentu saja. Selama kalian berdua bahagia, aku pasti akan merestui hubungan kalian," balas Davin Mahendra cukup menyakinkan. "Lebih baik aku segera pergi dari sini, pria tua ini tak ingin mengganggu pasangan muda yang sedang dimabuk asmara." Davin Mahendra langsung meninggalkan ruangan itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Bahkan pertengkaran di antara mereka juga belum menemukan titik temu.     

"Haruskah kita pergi juga, Sayang? Bukankah kita juga mengganggu kemesraan mereka?" Brian bertanya sembari mendekatkan diri ke wajah istrinya. Bahkan tanpa malu sedikit pun, Brian justru mendaratkan kecupan singkat di bibir sang istri.     

"Cihhh ... dasar, Pasangan mesum!" kesal Vincent dengan pemandangan yang cukup membuatnya iri dengan perlakuan Brian yang bisa sangat cuek dalam memberikan kemesraan pada istrinya.     

Laura justru memperlihatkan wajah malu-malu sambil menahan senyuman di dalam dirinya. Yang baru saja dilihatnya, bukanlah hal yang memalukan. Ia justru sangat senang bisa melihat kemesraan pasangan suami istri di depannya itu.     

"Sebenarnya mereka berdua sah-sah saja melakukan hal itu, Vincent. Toh mereka juga sudah sah menjadi suami istri. Jika kamu iri, kamu bisa .... " Laura langsung membuang muka dari wajah Vincent. Ia sangat malu dengan perkataannya sendiri.     

"Apa aku juga bisa melakukannya denganmu sekarang?" sahut Vincent dengan sangat cepat, ia juga tak sabar ingin segera mendaratkan sebuah ciuman pada kekasihnya itu.     

Bukannya menjawab, Laura justru menghadiahkan sebuah pukulan lembut di lengan kekasihnya. "Dasar mesum! Bukan itu, Vincent!" sanggah wanita yang semakin malu mendengar ucapan Vincent yang terdengar vulgar baginya.     

Vincent justru menjadi bingung mengartikan perkataan Laura terhadapnya. Dia sama sekali tak mengerti dengan kode yang baru saja dilemparkan oleh kekasihnya itu.     

"Dasar, Pria terlalu polos! Laura ingin Kak Vincent menikahinya dulu, baru bisa bermesraan di manapun dan kapanpun," sahut Imelda dalam wajah gemas melihat kakak laki-lakinya sama sekali tak peka dengan kode yang sudah ditunjukkan Laura.     

"Apa!" Pria itu justru semakin tak percaya dengan penjelasan Imelda yang sangat jelas. Entah Vincent terlalu polos atau pura-pura polos, hanya dia yang tahu.     

Imelda tersenyum sinis memandang Vincent yang berlagak polos di depan Laura. Dia semakin tak mengerti, mengapa kakaknya itu harus berpura-pura di depan kekasihnya? Dalam wajah kesal, ia memandang Laura yang masih berdiri di samping Vincent.     

"Dokter Laura! Coba saja kamu goda kakak laki-lakiku yang berlagak polos ini. Aku ingin tahu, ia memang sangat polos atau hanya sok polos." Imelda sengaja memberikan tekanan dalam kalimat terakhir yang diucapkannya itu. Ia juga melirik sinis pria yang sudah memiliki usia berkepala tiga itu.     

"Sayang. Lebih baik kita keluar saja, kita biarkan Dokter Laura membuktikan sendiri jika kekasihnya itu memang masih polos," ledek Brian pada kakak iparnya yang langsung kesal mendengar perkataannya.     

Pasangan itu tentu saja tersenyum sinis pada Vincent. Mana ada pria yang berusia lebih dari tiga puluh tahun masih saja tak mengerti apapun tentang wanita. Bahkan ... Imelda sendiri juga meragukan kepolosan dari kakaknya sendiri. Dia juga sangat penasaran dengan sosok pria yang sudah cukup lama menghilang dari kehidupannya itu.     

"Kalian berdua pikir ... aku seperti pria playboy itu. Yang bisa berganti dengan puluhan wanita hanya dalam satu malam," sindir Vincent telak pada suami dari adik kesayangannya itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.