Bos Mafia Playboy

Dosa Davin Mahendra



Dosa Davin Mahendra

0Entah datang dari mana, tiba-tiba saja sosok Davin Mahendra sudah berdiri di pintu ruang perawatan Vincent. Pria itu melemparkan tatapan tajam pada kedua anaknya, seolah ada sesuatu yang sangat penting.     

"Kebetulan sekali kalian berada di sini. Di mana Brian sekarang?" tanya Adi Prayoga pada kedua anaknya.     

"Papa!" Imelda menunjukan wajah terkejut, saat menyadari ayahnya sudah berada tepat di belakangnya.     

Pria tua itu menghampiri Imelda yang berdiri tak jauh dari Vincent dan juga Laura. Sebuah tatapan hangat penuh arti tersorot dari mata Davin Mahendra pada anak perempuan. Ada aura kecemasan dan juga kegelisahan di wajah pria yang telah cukup lama hidup menyendiri itu. Tak bisa dipungkiri, Davin Mahendra sangat mengkhawatirkan Imelda dan juga Brian.     

"Papa sudah mendengar jika kamu keluar dari villa Prayoga. Bukankah Papa sudah mengatakan sebelumnya, di sana adalah tempat paling aman untuk kalian berdua," lontar Davin Mahendra dalam tatapan dingin yang penuh kecemasan.     

Tiba-tiba saja, Imelda merasa jika kekhawatiran ayahnya sedikit berlebihan. Tak biasanya seorang Davin Mahendra bisa terlihat panik hanya untuk masalah kecil saja. Namun di satu sisi, ia juga menyadari jika seorang Davin dan sangat peduli dengan keselamatannya.     

"Dari mana Papa mengetahui hal itu?" tanya Imelda pada sosok pria yang terlihat sangat cemas.     

"Prayoga baru saja menghubungiku, dia mengatakan jika kalian berdua tinggal bersama Natasya. Apa kamu dan Brian sadar, jika itu sangat berbahaya?" Davin Mahendra sengaja meninggikan nada suaranya, memberikan penegasan dalam ucapannya.     

Terdengar suara helaan nafas yang begitu jelas dari Imelda. Wanita itu yakin jika ayahnya mengetahui ada yang tidak beres dengan Natasya.     

"Aku dan Brian akan segera pergi dari rumah itu, Pa. Namun tidak sekarang, aku ingin mencari tahu tentang pria yang bersama Mama Natasya malam itu," sahut wanita yang sedang mengandung penerus dari Mahendra dan juga Prayoga.     

"Jangan membahayakan nyawamu sendiri!" seru Davin Mahendra karena tak bisa mengerti dengan pemikiran anaknya sendiri. Dia hanya ingin memastikan keselamatan Imelda dan juga Brian.     

Vincent yang menyadari ketegangan di antara mereka menjadi ikut panik. Ia pun mendekati ayahnya lalu berdiri tepat di sebelahnya. "Papa jangan terlalu mencemaskan Brian dan Imelda. Mereka berdua bisa menjaga dirinya. Lagipula, Tante Natasya adalah ibu kandung dari Brian Prayoga." Vincent sedang mencoba untuk menenangkan hati ayahnya.     

"Segalanya tak semudah itu! Justru karena Natasya adalah ibu kandung dari Brian, semuanya menjadi sangat berbahaya bagi kalian," tegas Davin Mahendra dalam sebuah perkataan yang sangat sulit untuk dimengerti oleh anak-anaknya.     

"Apa maksud ucapan Papa?" Vincent menajamkan pandangan dan juga pendengarannya untuk sebuah penjelasan yang akan diberikan oleh ayahnya.     

Davin Mahendra merasa telah terjebak dengan perkataannya sendiri. Dia sangat menyesal telah mengungkapkan sebuah perkataan yang membuat kedua anaknya menjadi berspekulasi sendiri.     

"Apa ini tentang hubungan terlarang Mama dan juga Om Adi Prayoga?" Vincent kembali melontarkan pertanyaan kepada pria tua yang me jadi ayahnya itu.     

Seketika itu juga suasana ruangan berubah hening. Tak ada yang menjawab ataupun menanggapi perkataan dari Vincent itu. Jelas-jelas mereka semua mengetahui hal itu, kecuali Laura.     

Di saat yang sama, Brian baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat suasana hening yang mencekam di antara mereka semua. Brian yakin jika mereka pasti baru saja bersitegang dengan ayah mertuanya.     

"Papa! Sejak kapan Papa di sini?" Brian sengaja menyapa ayah mertuanya untuk memecahkan keheningan di antara mereka.     

"Akhirnya kamu datang juga, Brian," sahut Davin Mahendra pada menantunya. "Papa hanya ingin agar kamu dan Imelda segera meninggalkan rumah Natasya. Jika kamu tak ingin tinggal dengan Prayoga, kamu bisa tinggal di rumah Papa untuk sementara," ujar seorang pria yang begitu mengkhawatirkan anak dan juga menantunya.     

Tak langsung menjawabnya, Brian justru memandang ke arah Imelda. Segala keputusan yang diambilnya, selalu dengan campur tangan istrinya itu.     

"Aku juga yang meminta Brian untuk tinggal lebih lama lagi." Imelda mencoba menjelaskan hal itu kepada ayahnya.     

Rasanya Davin Mahendra tak bisa menahan dirinya lagi. Imelda tetap bersikokoh untuk tetap tinggal di rumah itu. Ingin rasanya ia meneriaki anak perempuannya yang selalu sulit diatur itu.     

"Hanya dua hari saja. Jika melebihi batas itu, aku akan menyeret paksa kalian berdua. Tak peduli kalian suka atau tidak." Davin Mahendra menegaskan hal itu lalu berbalik badan keluar dari ruangan.     

"Tunggu, Pa!" Vincent menghentikan langkah ayahnya dengan berlari ke arah pria itu.     

Dengan sangat terpaksa, Davin Mahendra menghentikan langkahnya lalu berbalik badan. Dia bisa melihat jika Vincent sedang menantikan sebuah penjelasan dari pertanyaan tadi.     

"Mengapa Papa tak pernah menjelaskan ataupun memberitahu kami tentang hubungan Mama dan Om Adi Prayoga? Untuk apa Papa menyembunyikan sebuah alasan yang membuat Papa sangat membenci keluarga Prayoga?" lontar Vincent tanpa memberikan jeda dalam pertanyaan panjang yang diajukannya pada Davin Mahendra, yang tak lain adalah ayahnya sendiri.     

Pria itu masih saja terdiam, hatinya terlalu sesak mengingat kejadian dari masa lalunya. Terlalu banyak hal yang telah membuat sebuah luka yang cukup dalam dan tak akan pernah bisa terobati. Davin Mahendra tak mungkin menceritakan masa lalu kelam di antara dirinya dan juga Adi Prayoga. Bukan hanya dirinya saja yang terluka, seluruh anak-anak dari dua pria itu pasti akan sangat hancur mendengar kisah rumit di antara mereka.     

"Apa yang bisa Papa jelaskan lagi? Bukankah kalian sudah tahu tentang hubungan terlarang di antara mereka?" Bukan sebuah penjelasan, Davin Mahendra justru melemparkan pertanyaan yang tidak memerlukan sebuah jawaban. Dia ingin segera menghilang dari mereka semua. Terlalu berat untuk mengungkapkan sebuah kebenaran dari masa lalu.     

"Jadi itu semua adalah kebenaran? Intinya ... Adi Prayoga yang sudah menghancurkan keluarga kita. Aku benar-benar sangat membencinya!" Vincent berteriak dalam air mata tertahan di pelupuk mata. Dia benar-benar tak menyangka jika apa yang diduganya benar-benar terjadi.     

Davin Mahendra merasa bingung untuk memberikan kejelasan dalam hubungan yang sangat rumit itu. Entah apa lagi yang harus dikatakannya agar Vincent tidak membenci Adi Prayoga.     

"Jangan pernah kamu membenci Adi Prayoga sedikit pun! Biar Papa saja yang membencinya, biar dosa itu hanya Papa yang menanggungnya." Davin Mahendra mencoba memberikan pengertian pada anak laki-lakinya. Dia tak mau menanamkan kebencian di hati anak-anaknya. Tak peduli sebenci apa ia terhadap Adi Prayoga, Davin Mahendra tak pernah mengharapkan jika anak-anaknya juga menyimpan kebencian pada mantan sahabatnya itu.     

Sebuah pernyataan yang sangat sulit untuk diterima oleh mereka semua. Menciptakan sebuah tanda tanya besar di antara mereka     

"Dosa apa yang sudah Papa lakukan terhadap Adi Prayoga, sehingga Papa sampai melarang kami untuk membencinya? Padahal jelas-jelas, Adi Prayoga sudah berselingkuh dengan istri Papa sendiri .... " Vincent terlalu lelah bermain teka-teki dalam rumitnya hubungan dua keluarga itu. Dia pun langsung melemparkan pertanyaan yang tentu saja sangat menyudutkan seorang Davin Mahendra.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.