Bos Mafia Playboy

Konspirasi Di Masa Lalu



Konspirasi Di Masa Lalu

Dalam rumitnya teka-teki yang begitu sulit untuk dipecahkan, Imelda masih bergelut dalam pemikirannya sendiri. Seisi ruangan sudah mengatakan pendapatnya masing-masing. Tinggal dirinya yang masih saja memikirkan segala bentuk kemungkinan yang sedang terjadi.     

"Aku berpikir jika pria yang kulihat pagi-pagi sekali keluar dari rumah itu adalah sang pemilik asli," cetus Imelda dalam wajah yang terlihat tidak terlalu yakin. Iya memang sempat melihat sebuah mobil keluar dari gerbang rumah itu. Namun imelda tak pernah melihat sosok orang yang telah meninggalkan rumah itu, di pagi-pagi buta. Bahkan saat itu semua orang belum terbangun.     

"Tentu saja pria itu adalah seseorang yang bersama dengan Mama, saat menghabiskan malam dengannya," sahut Brian sangat menyakinkan.     

Setidaknya ada sedikit titik terang dari semua perkataan mereka. Dengan perlahan namun pasti, segalanya pasti akan terkuak. Entah itu cepat atau lambat, mereka akan menyaksikan sendiri sebuah tabir yang akhirnya terkuak.     

"Lebih baik kamu kembali melakukan penyelidikan mu, Martin," ucap kakak laki-laki dari Imelda itu.     

"Sejujurnya ... aku melakukan semua ini di belakang Bos Adi Prayoga. Dia sudah memberikan sebuah peringatan agar aku tak membantu Brian jika itu menyangkut tentang Natasya." Martin mencoba menjelaskan posisinya saat itu. Bukannya ia takut terhadap ayah dari Brian Prayoga itu, Martin tak ingin terlibat masalah dengan seorang pria yang selama ini sudah begitu mempercayainya.     

Di antara semua orang yang berada di sana, Brian adalah sosok yang paling kesal mendengar ucapan Martin. Dia tak mengerti dengan ayahnya sendiri. Brian merasa jika Adi Prayoga sedang menutupi sesuatu yang seharusnya diketahuinya.     

"Apa yang sebenarnya sedang ditutupi oleh Papa? Rasanya aku ingin segera menemuinya dan menanyakan hal itu pada Papa. Sayangnya ... perasaan benci yang kurasakan membuatku tak ingin melihat wajah papaku," ungkap Brian Prayoga dalam wajah yang tak bersemangat. Ia merasa jika kehidupannya semakin rumit sejak kemunculan ibu kandungnya.     

"Tak perlu berpikir terlalu keras, aku akan menyelidiki lebih dalam tentang ibumu. Tentunya hal ini tidak akan cepat, aku harus bekerja sangat rapi agar Bos tidak menyadari semua yang aku lakukan." Martin mencoba membuat Brian sedikit tenang. Ia berjanji jika akan melindungi anak dari Adi Prayoga dan juga menantunya itu. Dengan cara apapun, Martin akan membuat Brian dan Imelda benar-benar aman dan juga hidup nyaman.     

"Sepertinya aku harus pergi sebelum Bos menyadari kepergian ku. Bergegaslah, Vincent! Aku akan segera mengantarmu ke klinik," desak Martin pada sosok pria yang sudah bertahun-tahun dikenalnya cukup dekat.     

Vincent langsung bangkit dari tempat duduknya, ia datang bersama dengan sahabatnya itu. Dia pun harus segera kembali ke klinik sebelum seseorang mencari keberadaannya.     

"Biar aku dan Brian yang mengantar Kak Vincent kembali ke klinik. Sekalian aku ingin berbicara dengan Dokter Kevin," sahut Imelda untuk menghentikan Vincent yang sudah bersiap untuk meninggalkan private room itu. Sebenarnya, Imelda juga ingin mengetahui kelanjutan hubungan Vincent dan Laura. Sepertinya hubungan mereka bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius lagi.     

Martin tersenyum menyeringai sembari mengerutkan keningnya. Ia bisa melihat kerinduan Imelda terhadap kakak laki-lakinya itu.     

"Kalau begitu ... aku pergi duluan. Jika ada apa-apa, kalian harus langsung mengabari aku!" ucap Martin sebelum keluar dari private room yang dipesannya bersama orang-orang yang cukup penting baginya. Baru beberapa langkah saja keluar dari ruangan itu, Martin melihat seseorang yang dikenalinya.     

"Seorang pria yang pernah bekerja untuk Adi Prayoga, mendatangi private room bersama beberapa orang pria ... Ada apa ini?" gumam Martin dengan langkah yang lebih cepat agar bisa mengejar beberapa pria yang keluar lebih dahulu.     

Sampai di depan restoran, pria itu terlihat berhenti di dekat pintu masuk dan sedang menghubungi seseorang.     

"Bos! Sepertinya kita harus kembali sekarang, beberapa menunggu tak ada pergerakan sama sekali. Kita tak mungkin menggeledah private room hanya untuk mencari Brian dan Imelda. Bisa saja mereka akan memanggil polisi karena telah menyebabkan keributan," ucap pria itu pada seseorang via ponsel.     

Mendengar percakapan itu, Martin langsung paham. Ia sangat yakin jika mereka semua adalah orang suruhan dari Natasya. Martin semakin heran dengan sosok ibu dari Brian Prayoga itu. Bagaimana seorang ibu bisa memperlakukan anaknya sendiri seperti seorang tahanan. "Jadi alasannya berhenti menjadi anak buah Adi Prayoga adalah untuk ini." Semua menjadi semakin jelas bagi Martin.     

Martin tetap tak bergerak sedikit pun dari tempatnya menyembunyikan diri. Ia baru keluar dari restoran setelah memastikan orang-orang itu sudah meninggalkan tempat itu tanpa terkecuali. Setelah semua dirasa sudah aman, ia langsung keluar dan menuju ke tempat di mana mobilnya berada.     

Pria itu masih saja memikirkan seseorang yang baru saja dilihatnya itu. Martin masih ingat jika pria tadi adalah orang kepercayaan Adi Prayoga sebelum dirinya berada di posisi itu. Bahkan ia masih mengingat alasan pria itu berhenti dari pekerjaannya dengan Adi Prayoga. Pria itu mengatakan jika istrinya sedang sakit keras, sedangkan anaknya masih sekolah. Jadi dia berpamitan untuk merawat anak-anaknya.     

"Sial! Ternyata semua hanya konspirasi saja," kesal Martin mengingat sosok pria yang sudah mengkhianati bos-nya.     

Dengan kecepatan yang tinggi dan tentunya dalam keahlian menyetir yang berada di atas rata-rata, Martin berhasil berada di depan rumah Adi Prayoga dalam hitungan menit saja. Pria itu langsung masuk ke dalam untuk mencari bos-nya.     

"Dari mana saja kamu, Martin?" Sebuah suara serak dengan aura dingin tiba-tiba saja datang dan mengejutkan seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah Adi Prayoga.     

Sontak saja, Martin langsung menghentikan langkahnya lalu berbalik badan ke arah suara itu berasal. Tak bisa dipungkiri, ia cukup terkejut. Seperti seorang pencuri yang sedang tertangkap basah. Dalam wajah yang penuh keraguan, Martin berjalan ke arah Adi Prayoga.     

"Sejak kapan Bos berdiri di sana?" Dengan wajah berdosa Martin menanyakan hal bodoh itu kepada pria yang sudah menatap dingin dirinya.     

"Aku sudah berdiri di sini sejak kamu menyelinap keluar tadi pagi," balas Adi Prayoga pada seseorang yang sangat dipercayainya itu.     

Seolah kehilangan mukanya, Martin langsung menundukkan kepalanya karena merasa tak enak hati pada Adi Prayoga. Memang tadi pagi ia menyelinap keluar karena Vincent memintanya untuk datang ke klinik. Setelah itu Brian juga menghubunginya dan membuatnya berada di private room untuk beberapa saat.     

"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku, Martin?" Sebuah pertanyaan langsung saja dilontarkan Adi Prayoga pada pria dengan gerak-gerik mencurigakan itu.     

"Tidak ada, Bos. Aku hanya bertemu dengan Vincent di klinik Dokter Kevin," kilah Martin dalam hati yang berdebar-debar. Ia berharap jika Adi Prayoga akan mempercayai ucapannya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.