Bos Mafia Playboy

Kegilaan Eliza



Kegilaan Eliza

0Setelah semalaman tak ada kabar dari Martin, membuat Eliza menjadi sangat gelisah. Berulang kali ia mencoba menghubungi ponsel pria itu, nomornya tetap saja tak tersambung. Ia pun mendatangi kamar kakak laki-lakinya.     

"Kak, buka pintunya!" Eliza berteriak di depan pintu kamar Johnny Hartanto, yang tak lain adalah kakak kandungnya.     

Tak berapa lama, pintu itu terbuka. Johnny Hartanto terlihat berdiri hanya memakai celana kolor yang melekat di bagian tubuh bawahnya. Dengan mata yang belum terbuka dengan sempurna, ia berdiri di hadapan adik perempuannya.     

"Ada apa, Eliza? Pagi-pagi begini mengganggu saja kamu itu!" keluh seorang pria yang masih berusaha untuk mengumpulkan separuh nyawanya.     

"Bisakah Kakak menghubungi Martin? Dia berkata akan menemuiku, ini sudah semalaman ia tak menghubungi aku. Ponselnya juga tidak aktif." Eliza mulai uring-uringan dengan menghilangnya Martin dalam waktu semalam. Ia sama sekali tak menemukan jejak pria itu. Membuatnya sangat frustasi memikirkan seorang pria yang telah menggetarkan hatinya selain Brian.     

Tak ingin membuat segalanya semakin runyam, Johnny Hartanto mencoba menghubungi nomor ponsel Martin. Namun tetap saja tak bisa terhubung. Ia pun juga ikut panik memikirkan keadaan teman lamanya itu.     

"Aku juga tak bisa menghubunginya. Kenapa kamu tak mendatangi apartemen kemarin?" Akhirnya sebuah ide cemerlang tercetuslah. Johnny Hartanto bisa melihat saat Eliza terlihat senang dengan ide yang diberikannya.     

Wanita itu langsung berlari mengambil kunci mobilnya lalu berangkat ke apartemen di mana Martin sempat membawanya. Sampai di sana, ia menaiki lift dengan terburu-buru menuju unit apartemen yang diyakininya milik Martin.     

Sampai di depan pintu, Eliza membunyikan bel beberapa kali dan juga mengetuk pintunya. Tetap saja tak ada seorang pun yang membukakan pintu. Ia menjadi sangat frustrasi karena tak bisa menemukan Martin. Di tengah kegelisahan dan juga kekecewaannya, Eliza terduduk di depan pintu apartemen itu. Setelah beberapa menit, ia baru saja mengingat sesuatu yang cukup penting.     

"Bukankah Martin pernah mengatakan jika pemilik klinik itu adalah temannya?" gumam Eliza sembari bangkit dan langsung berlari ke arah lift. Wanita itu benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengan seorang pria yang sudah berjanji untuk menemuinya.     

Dan benar saja ... Eliza mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dalam beberapa menit saja, ia sudah berada di depan klinik milik Kevin. Wanita itu langsung turun dan berjalan menuju ke dalam klinik.     

"Aku ingin bertemu dengan pemilik klinik ini," ucap Eliza pada seorang perawat yang berada di meja informasi.     

"Silahkan duduk dulu. Saya akan memanggil Dokter Kevin agar menemui Anda." Perawat itu langsung pergi ke ruangan Kevin. Ia pun memberitahukan padanya, jika seorang wanita sedang menunggu di depan.     

Dengan sedikit ragu dan juga sangat penasaran, Kevin keluar dari ruangannya untuk menemui seorang wanita yang baru saja datang dan menunggunya. Saat masih berjalan ke arah wanita itu, ia tak bisa melihat wajahnya karena duduk membelakangi arah keberadaannya. Dia pun bermaksud untuk memberikan sebuah sapaan pada tamunya itu.     

"Ada yang bisa saya .... " Belum sempat menyelesaikan ucapannya, wanita itu bangkit dan membalikkan badannya. "Eliza!" Kevin tak dapat mempercayai apa yang ada di depannya.     

"Kevin! Jadi kamu adalah teman Martin." sahut Eliza tanpa memberikan penjelasan apapun terhadap ucapannya. Ia tak pernah menyangka jika Kevin adalah teman dari Martin.     

Kevin duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari Eliza. Ia pun menatap heran wanita yang pernah dengan setengah mati mengejar sahabatnya, Brian Prayoga. Dan sekarang, kedatangannya untuk mencari Martin tentunya terdengar sangat aneh bagi Kevin.     

"Apa hubunganmu dengan Martin?" tanya Kevin pada wanita yang sudah sangat tidak sabar untuk mendengar jawabannya.     

"Apakah aku juga harus mengatakan, apa saja yang sudah kulakukan bersama Martin?" balas Eliza dengan senyuman sinis yang tidak bersahabat. Dia tak ingin mengungkapkan apapun pada sahabat dekat dari Brian Prayoga itu. Tentunya, Kevin sangat tahu betapa kelam masa lalunya.     

Kevin bangkit dari tempat duduknya lalu membuang muka. "Martin tak ada di sini!" tegasnya dengan suara dingin yang terdengar tak acuh. Ia tak ingin berurusan dengan seorang wanita yang mau menghancurkan hubungan Brian dan juga Imelda.     

Eliza tersenyum sinis dengan ucapan Kevin yang tak acuh terhadap dirinya. Dia bisa melihat jika Kevin sama sekali tak menyukai dirinya.     

"Jangan coba-coba menyembunyikan Martin dariku, Kevin?" Eliza berteriak keras terhadap seorang pria yang menjadi pemilik dari klinik itu. Ia tak terima dengan sikap sahabat dari Brian Prayoga itu.     

Tak ingin meladeni kemarahan Eliza, Kevin justru meninggalkan wanita itu tanpa perasaan. Ia tak peduli meskipun Eliza akan mengamuk atau menghancurkan klinik itu.     

"Brengsek kamu, Kevin!" Tanpa diduga-duga, Eliza melemparkan sebuah vas kaca di atas meja itu. Meskipun tak mengenai pria itu, suara kaca yang pecah dan hancur berhasil mengejutkan Kevin dan juga beberapa perawat yang berada di sana.     

Merasa kelakuan Eliza benar-benar di luar batas, Kevin pun terpaksa kembali menghampiri wanita yang terlihat sudah kehilangan akal sehatnya.     

"Apa kamu sudah gila, Eliza? Jangan membuat kekacauan di sini!" seru Kevin dalam wajah yang terlihat geram. Ia tak habis pikir jika Eliza bisa melakukan hal segila itu.     

"Bukankah kamu juga tahu jika aku sudah gila sejak Brian selalu menolak aku, Kevin? Cepatlah katakan! Di mana Martin berada?" Eliza justru meninggikan nada suaranya. Seolah ia benar-benar sudah kehilangan kewarasannya.     

Pria itu hanya menghela nafasnya mendengar ucapan Eliza kepadanya. Ia tak tahu, bagaimana cara agar Eliza segera meninggalkan klinik itu? Kevin tak ingin keributan dilakukan oleh wanita gila itu akan menggangu pasien-pasien yang menjalani rawat inap di klinik.     

"Sudah kukatakan, aku tak tahu di mana Martin! Cepatlah pergi dari sini!" usir Kevin pada wanita yang sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.     

Karena tak terima dengan jawaban Kevin, wanita itu mendorong sebuah meja dan membuatnya terguling ke lantai. Tanpa rasa berdosa sedikit pun, Eliza tersenyum sinis dan penuh kemenangan pada pemilik klinik itu.     

"Kamu coba-coba untuk menyembunyikan Martin dariku, Kevin! Aku akan membalas semua perbuatanmu ini," ancam Eliza dalam wajah sangat kesal karena tak mendapatkan apapun di sana.     

"Dasar wanita gila! Sudah kubilang aku tak tahu juga," kesal Kevin pada wanita yang masih berdiri sembari terus memandang tajam kepada dirinya.     

"Dasar, Pria tak berguna!" cemooh Eliza pada sahabat dari seorang pria yang pernah membuatnya tergila-gila. Ia pun akhirnya meninggalkan klinik setelah membuat kekacauan.     

Sejak keluar dari klinik, Eliza terus saja mengatakan ucapan penuh hujatan dan juga makin pada Kevin. Bahkan ia tak menyadari seseorang yang melihatnya begitu kacau dan juga berantakan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.