Bos Mafia Playboy

Wanita Itu Adalah Istriku!



Wanita Itu Adalah Istriku!

Begitu Laura meninggalkan kamar hotel itu, Vincent langsung bangkit dari posisinya berbaring. Ia langsung mengambil ponsel dan juga dompet miliknya dan berlari menyusul kekasihnya. Sebenarnya, Vincent sama sekali tak marah pada Laura. Ia hanya kesal karena merasa telah dipermainkan oleh kekasihnya sendiri.     

Vincent terdiam karena ingin meredakan kekesalan di dalam hatinya. Namun Laura justru meninggalkan dirinya sendirian di dalam kamar. Tak ingin terjadi hal buruk dengan kekasihnya, ia pun sengaja mengikuti wanita itu diam-diam tanpa sepengetahuannya. Pria itu hanya ingin memastikan agar kekasihnya itu baik-baik saja.     

Dari kejauhan, Vincent melihat wanita itu memasuki sebuah bar di hotel itu. Laura duduk sendirian di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan sang bartender. Sedangkan ia memilih duduk di kursi paling pojok di mana ia bisa melihat kekasihnya dengan sangat jelas.     

Baru duduk sebentar saja, Vincent merasa harus melakukan ritual rutin di toilet. Ia pun berlari menuju ke sebuah toilet yang berada tak jauh dari tempat duduknya. Selesai melakukan aktivitas di dalam toilet, ia langsung keluar dan tak mendapati Laura di seluruh tempat itu. Vincent berlari ke arah bartender yang berdiri di belakang meja bar.     

"Apa Anda melihat wanita yang tadi duduk di sini?" tanya Vincent sangat panik pada sosok pria yang berprofesi sebagai bartender itu     

"Wanita itu dipaksa untuk mengikuti seorang pria. Kami sudah berusaha untuk menghentikannya. Namun beberapa bodyguard justru melukai petugas keamanan kami," jelas sang bartender dengan kecemasan yang begitu jelas.     

"Mereka baru saja keluar dan memaksa wanita itu untuk mengikutinya," lanjut pria bartender lagi.     

Tanpa banyak berpikir, Vincent berlari keluar dari tempat itu. Ia menanyakan keberadaan Laura pada beberapa orang yang ditemuinya. Mereka hanya melihat beberapa orang memaksa seorang wanita yang terus berteriak untuk melepaskannya.     

"Kemana mereka membawa wanita itu?" Dengan tidak sabar, Vincent menanyakan hal itu kepada seseorang yang kebetulan melintas.     

"Sepertinya mereka ke arah parkir mobil di basemen," jawab orang itu sambil menunjuk ke area parkir yang baru saja disebutkannya.     

Sampai lupa untuk berterima kasih, Vincent berlari sekencang mungkin. Ia sangat cemas sekaligus takut membayangkan para pria itu memaksa Laura dengan kasar. Ingin rasanya ia berteriak sekaligus mengumpat di saat situasi yang sangat menegangkan itu.     

Setelah beberapa saat berlari, Vincent bisa melihat beberapa orang yang membawa seorang wanita dengan paksa. Ia bisa mendengar setiap teriak yang disuarakan Laura terhadap pria yang membawanya itu. Rasanya, seluruh darah di dalam dirinya sudah mendidih dan akan meledakkan seluruh tempat itu.     

"Brengsek! Lepaskan wanita itu!" Tiba-tiba saja, Vincent berada di belakang pria yang sudah membawa Laura. Ia langsung melemparkan pukulan keras yang mematikan ke wajah sosok pria yang sudah menyentuh kekasihnya.     

Baru saja mendapatkan sebuah pukulan keras, tak membuat pria itu murka. Ia justru melemparkan tatapan licik pada Vincent yang semakin terbakar amarah.     

"Tak perlu mencampuri urusanku! Wanita ini adalah milikku." Pria itu justru menarik kasar Laura hingga berada di dekapan pria itu. Tanpa ragu ataupun gentar sedikit pun, pria itu justru berusaha untuk mencium paksa Laura.     

"Brengsek!" umpat Laura setelah berhasil menggigit bibir pria itu hingga berdarah.     

Pria itu langsung mendorong kasar Laura hingga tersungkur di lantai basemen. Mendapatkan sebuah gigitan yang cukup menyakitkan, pria itu langsung naik pitam. Ia tak bisa memperlihatkan wajah tenang yang sejak tadi diperlihatkannya kepada Laura.     

"Sialan! Dasar wanita murahan!" kesal pria itu dalam tatapan kesal karena merasakan sakit yang luar biasa di bibirnya. "Dan kamu!" Pria itu menunjuk ke arah Vincent yang masih berdiri dengan beberapa bodyguard yang menahan dirinya.     

"Jangan mencampuri urusan yang bukan urusanmu!" tegas pria itu pada Vincent yang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangan beberapa bodyguard itu.     

"Siapa bilang itu bukan urusanku? Wanita itu adalah istriku!" Vincent sengaja mengatakan hal itu pada sosok pria yang sudah berusaha untuk melukai kekasihnya.     

Pria itu tentunya tak mempercayai ucapan Vincent begitu saja, ia justru terkekeh geli mendengar ucapan tak masuk akal dari seorang pria yang berusaha untuk mengganggu kesenangannya.     

"Jangan berlagak sok pahlawan di hadapanku! Aku sangat tahu, bagaimana tingkah seorang perawan dan juga yang berpura-pura masih perawan di depanku," balasnya cukup menyakinkan dalam satu tarikan nafas saja. Pria itu mulai membelai wajah Laura yang sangat ketakutan berada dalam tekanan seperti itu. Seumur hidup ia tak pernah membayangkan bisa berada dalam posisi yang menakutkan seperti itu.     

"Brengsek!" Lagi-lagi Vincent hanya bisa mengumpat dalam ketidakberdayaan di dalam dirinya. Ia berusaha untuk melawan pria-pria bayaran itu. Namun ia kalah telah karena mereka berlima sedangkan Vincent hanya sendirian saja.     

Sebenarnya bukan tidak mungkin ia mengalahkan mereka semua. Hanya saja, kondisi fisik Vincent masih dalam tahap pemulihan setelah insiden dalam penyergapan beberapa waktu lalu.     

"Lepaskan istriku, Brengsek!" Vincent kembali berteriak pada pria yang berdiri di sebelah Laura yang masih terduduk di lantai tempat parkir itu.     

"Apa kamu benar-benar istri pria itu, Cantik?" Pria itu terus saja memberikan belaian di wajah Laura yang sangat ketakutan.     

Bahkan wanita itu sampai memejamkan matanya karena terlalu jijik dengan sentuhan dari sosok pria yang sama sekali tak dikenalnya.     

"Jauhkan tangan kotormu dari wajahku!" Laura menghempaskan tangan seorang pria yang berusaha untuk terus membelai wajahnya. Ia tak tahan mendapatkan perlakuan menjijikkan dari seorang pria yang baru ditemuinya untuk pertama kali.     

"Ternyata kamu pemberani juga." Sebuah pukulan tepat mengenai wajah cantik Laura. Pria itu merasa terhina dengan ucapan wanita yang sudah tersungkur di sebelahnya.     

Laura terlihat sangat ketakutan sembari mendekap tas selempang yang dibawanya sejak keluar dari kamar hotel itu. Wanita itu sampai gemetar dalam air mata yang terus mengalir di wajahnya.     

"Aku ingin melihat, bagaimana pria yang menyebut dirinya suamimu itu bisa menyelamatkan kamu, Cantik." Pria itu memaksa Laura untuk berdiri lalu menarik pakaian hingga sobek. "Aku sangat yakin jika kamu masih perawan. Bagaimana pria itu bisa mengaku sebagai suamimu jika tak pernah menyentuh dirimu?" Lagi-lagi pria itu mendekap Laura dalam ketidakberdayaan dirinya.     

"Hentikan, Brengsek! Jangan menyentuhnya!" Vincent benar-benar frustrasi akan keadaannya. Setengah mati ia melawan lalu menghempaskan beberapa pria yang terus memegangi dirinya.     

Baru beberapa detik saja, Vincent lepas ia kembali tertangkap dan mendapatkan beberapa pukulan sekaligus dari pria bayaran itu. Ia benar-benar tak berdaya melihat kekasihnya dilecehkan oleh pria asing.     

"Aku ingin melihat, apa wanita ini akan menjeritkan namamu saat aku memasuki miliknya lalu bergerak bebas untuk memuaskannya?" Seperti seorang tanpa dosa pria itu mengatakan perkataan yang sangat menjijikkan dan memuakkan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.