Bos Mafia Playboy

Lebih Baik Aku Mati Daripada Disentuh Olehmu!



Lebih Baik Aku Mati Daripada Disentuh Olehmu!

"Jangan bertingkah seperti itu, Laura!" Vincent berteriak sembari memundurkan langkahnya. Ia benar-benar tak siap untuk melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Bahkan nyali pria itu menciut saat kekasihnya dengan sengaja menggoda dirinya.     

Tanpa diduga oleh Vincent, tawa Laura pecah seketika. Ia tak pernah membayangkan jika kekasihnya itu akan menunjukkan respon yang cukup mengejutkan baginya.     

"Ayolah, Vincent! Bantu aku melepaskannya. Haruskah aku melepaskannya seorang diri?" goda Laura lagi pada pria yang dicintainya itu.     

Dengan sangat pelan dan juga senyuman yang tertahan, Laura benar-benar membuka mantel miliknya. Ia seolah ingin menelanjangi dirinya sendiri. Saking paniknya, Vincent sampai menutup kedua matanya sendiri.     

"Kamu pikir aku akan telanjang di hadapanmu?" ledek Laura sembari melemparkan mantel miliknya ke arah ranjang. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan pada seorang pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.     

"Apa kamu senang bisa mengerjai aku, Laura?" kesal Vincent dalam tatapan mata penuh kekecewaan. Ia tak suka dengan kekonyolan yang baru saja di lakukan oleh kekasihnya. Tanpa memandang ke arah Laura, Vincent membaringkan tubuhnya di sebuah kursi yang cukup besar di sebelah jendela.     

Dengan sengaja, Vincent menutupi wajahnya dengan kedua lengan tangannya. Ia sangat kesal karena kekasihnya sendiri sengaja mempermainkan dirinya. Laura tak pernah tahu, bagaimana rasanya menjadi seorang pria dalam situasi seperti itu. Di saat dirinya sedang berusaha untuk menahan diri agar tak terbawa suasana, wanita itu justru sengaja bermain-main tanpa perasaan.     

"Vincent! Apa kamu marah? Aku hanya bercanda saja, tak ada maksud apapun," sesal Laura. Ia pun mencoba mendekati kekasihnya itu, tetap saja Vincent mengacuhkan dirinya, Sekuat hati, Laura memberanikan diri untuk menyentuh pundak Vincent lalu menggoyangkan tubuh pria itu.     

"Maafkan aku, Vincent. Kumohon ... jangan diamkan aku seperti ini." Laura terlihat memohon pada pria yang sejak tadi mengacuhkannya. Ia tak menyangka jika kekasihnya itu akan marah besar karena candaan yang sudah dilakukannya. Bukan karena ingin mempermainkan kekasihnya, ia sendiri juga merasa sangat berdebar berada di kamar yang sama dengan Vincent.     

Tak mendapatkan jawaban apapun, tanpa sadar Laura meneteskan air matanya. Ia benar-benar telah menyesali perbuatannya sendiri. Dengan segenap hati, wanita itu berusaha untuk tak menangis di depan kekasihnya. Ia pun mengambil tas miliknya dan berjalan ke arah pintu.     

"Aku akan pergi sebentar," pamit Laura pada seorang pria yang sama sekali tak mempedulikan dirinya. Wanita itu pun keluar dari kamarnya mendatangi sebuah bar di hotel itu. Ia tak bermakna untuk mabuk-mabukan di sana. Laura hanya ingin menenangkan dirinya saja.     

Dengan sengaja Laura duduk di depan bartender, sembari menunggu minuman yang dipesannya. Ia tak peduli dengan suasana di tempat yang cukup ramai itu. Wanita itu hanya ingin duduk tenang menikmati kesendiriannya. Namun keinginannya tak seperti kenyataan, tanpa diduga seorang pria datang dan cukup mengganggu ketenangannya.     

"Hai, Cantik! Sendirian saja? Boleh aku temani?" Datanglah seorang pria muda dengan pakaian rapi, wajahnya lumayan tampan dan juga sangat menarik perhatian. Namun sayang, Laura sama sekali tak tertarik dengan pria manapun di bar itu.     

"Maaf. Saya ingin duduk sendirian. Tolong jangan ganggu saya," tolak Laura pada seorang pria yang langsung tersinggung dengan penolakan yang sudah dilakukannya.     

Pria itu tentu saja tak nyaman dengan penolakan yang baru saja dilakukan oleh Laura. Dengan gerakan yang sedikit kasar, pria itu menarik Laura dari tempat duduknya.     

"Jangan sok suci di hadapanku! Tak ada wanita terhormat yang berada di tempat seperti ini," ucap pria itu meskipun bertentangan dengan hati nuraninya. Pria itu memaksa Laura hingga sampai menyeretnya. Ia bermaksud membawa Laura untuk mengikutinya. Meskipun Laura menolak dan berusaha untuk melepaskan dirinya, ia sama sekali tak berhasil lepas dari cengkeraman pria itu.     

"Jangan membuat keributan di sini, Tuan!" Dua petugas keamanan datang untuk menenangkan suasana. Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan, pria itu memanggil beberapa bodyguardnya dan memukuli dua petugas keamanan itu tanpa ampun.     

Pria itu memelototi Laura dalam tatapan yang sangat mengerikan. Ia sengaja melakukan itu untuk mengintimidasi wanita yang ingin dibawanya.     

"Kamu bisa melihatnya sendiri! Tak ada seorang pun yang bisa lepas dariku, malam ini kamu adalah milikku." Sebuah senyuman licik dilemparkan pria itu pada Laura. Terlihat jelas jika pria itu sangat menginginkan wanita dalam cengkeramannya itu.     

"Lepaskan aku! Aku tak sudi ikut denganmu!" bentak Laura dalam wajah ketakutan karena pria yang terlihat cukup muda dan tampan itu ternyata sangat mengerikan. Wanita itu berusaha untuk melepaskan diri dari pria itu. Namun kekuatan yang dimilikinya tak sebanding dari seseorang yang semakin memaksanya itu.     

Tanpa mendengarkan teriakan Laura, pria itu justru membawanya ke dalam gendongan. Ia tak peduli seberapa keras wanita itu berteriak di telinganya. Pria itu berpikir, akan sangat menyenangkan bisa bermain dengan sebuah mainan baru yang sepertinya juga masih tersegel. Ia menyakini jika wanita yang berada di gendongannya itu belum terjamah oleh pria manapun.     

"Lepaskan aku!" Laura kembali berteriak dan juga memberikan beberapa pukulan di dada pria itu. Segenap tenaganya ia mencoba untuk melawan agar bisa melepaskan dirinya. Namun usahanya tetap saja sia-sia. Hal itu membuat Laura sangat frustrasi dan tak mampu melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya.     

Ada beberapa orang yang bermaksud untuk menyelamatkan Laura, langsung di hadang oleh para bodyguard yang bersama pria itu. Mendadak dunia Laura berubah sangat gelap. Ia seolah telah kehilangan segala harapan di dalam dirinya. Wanita itu sangat menyesal telah meninggalkan kamar di mana Vincent berada. Seharusnya ia tetap tinggal meskipun kekasihnya itu mendiamkannya.     

"Diamlah, Wanita cantik! Simpan saja tenagamu untuk meneriakkan namaku saat aku mulai bergerak di dalam tubuhmu," goda pria itu dalam tatapan licik penuh kemenangan. Sangat terlihat begitu jelas jika pria itu sudah tak sabar untuk mencicipi tubuh wanita di dalam gendongannya.     

"Brengsek! Lepaskan aku! Lebih baik aku mati daripada disentuh olehmu," teriak Laura dalam wajah geram dan penuh amarah yang begitu dalam. Rasanya ia ingin menangis darah karena terlalu jijik dengan setiap ucapan ataupun sentuhan pria itu. Langit serasa runtuh baginya. Laura hanya bisa menjerit di dalam hati, berharap seseorang akan menyelamatkan dirinya.     

Setiap umpatan dan juga gerakan Laura yang meronta di tubuh pria itu justru membangkitkan sesuatu di bawah sana. Pria itu semakin tak sabar ingin menikmati malam bersama wanita yang terus meronta begitu kuat dalam gendongannya. Setiap gerakan yang dilakukan oleh wanita itu semakin meningkatkan gairah di dalam dirinya. Sebuah gairah yang siap untuk membakar seluruh jiwa yang sudah haus akan sentuhan yang memenuhi hasrat di dalam dirinya. Pria itu lagi-lagi tersenyum penuh kemenangan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.