Bos Mafia Playboy

Ingin Menikahi Papa Saja!



Ingin Menikahi Papa Saja!

0Setelah menemukan pakaian yang sedikit nyaman untuk dipakai, Imelda lalu keluar dari kamar untuk menemui suami dan juga ayah mertuanya. Wanita itu mencari di seluruh ruangan namun tak mendapati mereka berdua.     

Ia pun memutuskan untuk keluar dan memeriksa di halaman. Dari pandangan matanya, ia melihat dua pria yang sedang berbincang serius di halaman samping bangunan mewah itu. Dalam langkah perlahan dan juga sedikit ragu, Imelda berjalan ke arah dua pria itu.     

"Wanita itu bahkan bisa lebih berbahaya dibandingkan dengan semua musuh kita yang paling mematikan sekalipun." Terdengar sangat jelas dan penuh kekhawatiran, ayah mertuanya mengatakan hal itu pada Brian.     

Imelda merasa semakin penasaran dengan pembicaraan antara ayah dan anak itu. Ia pun mempercepat langkah agar semakin dekat sampai di antara suami dan ayah mertuanya.     

"Wanita mana yang sedang Papa sebutkan?" tanya Imelda yang tiba-tiba berada di dekat kedua pria beda generasi itu.     

"Sayang!" Kedua pria itu menunjukkan keterkejutan dengan mengatakan hal yang sama pada Imelda. Wanita itu justru tersenyum dengan kekompakan ayah dan anak itu.     

Brian dan juga Adi Prayoga ikut tersenyum karena merasa geli terhadap dirinya sendiri. Mereka tak pernah menduga akan mengucapkan kata yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan.     

"Tak perlu dipikirkan, Sayang. Papa sendiri yang akan memastikan kamu akan aman berada di sini," ujar Adi Prayoga pada menantu kesayangannya. Ia tak ingin membuat wanita yang sedang mengandung cucunya itu menjadi cemas. Lagi pula, ia merasa jika tempat yang ditinggali oleh mereka berdua adalah paling tepat dibandingkan tempat lainnya.     

"Ayolah, Pa! Imelda juga ingin mendengarnya," rayu sang menantu pada ayah mertuanya. Meskipun Imelda tak pernah merayu pria manapun, ia akan mencoba untuk merayu seorang Adi Prayoga.     

Wanita itu menggenggam tangan ayah mertuanya lalu melemparkan tatapan lembut yang penuh arti. Sebuah senyuman indah yang sangat tulus sengaja dilukiskannya di hadapan sosok pria yang seusia dengan ayahnya, Davin Mahendra. Imelda mencoba mengerahkan segala kemampuan di dalam dirinya.     

"Katakan padaku, Pa!" pinta Imelda pada pria yang terlihat tak berdaya di hadapan menantu kesayangannya.     

"Cukup, Sayang! Jangan memperlihatkan senyuman seperti itu. Rasanya jantung Papa akan meledak setiap melihat tatapan dan juga senyuman dari wajahmu," keluh Adi Prayoga dalam ekspresi yang mulai berubah. Ia menjadi sangat gelisah saat Imelda menatapnya dengan cara yang sama, seperti yang dilakukan Irene kepadanya.     

Melihat suasana yang mulai tidak kondusif, Brian pun menarik istrinya ke dalam dekapan mesra yang diciptakan. Ada perasaan tak rela, saat Imelda merayu ayahnya sendiri.     

"Sudah, Sayang! Tak perlu merayu Papa, aku yang akan memberitahumu. Wanita yang dibicarakan oleh Papa adalah Mama Natasya," terang Brian Prayoga pada seorang wanita yang terlihat sangat serius untuk menantikan jawaban untuknya.     

Imelda sebenarnya sudah menduga hal itu, ia hanya ingin mendengar langsung dari dua pria yang sangat disayanginya itu. Wanita itu tersenyum memandang wajah tampan suaminya. Ia melihat ada sebuah rasa yang sengaja disembunyikan oleh Brian kepadanya.     

"Jangan bilang kamu sedang cemburu dengan Papa, Brian." Sebuah cibiran yang cukup untuk menampar wajah suaminya. Imelda sangat tahu jika suaminya itu seolah tak rela saat dirinya saling memandang dengan sang bos mafia.     

"Jangan berlebihan, Sayang. Aku hanya khawatir jika Papa akan jatuh cinta padamu." Brian melontarkan sebuah perkataan yang membuat Imelda dan juga Adi Prayoga saling memandang sembari menertawakan pria yang terlihat sangat gelisah itu.     

Adi Prayoga langsung menggelengkan kepala, melihat pemikiran bodoh Brian terhadap ayahnya sendiri. Ia tak menyangka jika anaknya itu bisa berpikir terlalu sempit. Padahal semua hal yang dilakukannya selama ini hanya untuk kebahagiaan dirinya dan juga sang istri.     

"Jika Papa benar-benar jatuh cinta padaku, aku akan memilih untuk menikahi Papa saja." Imelda terkekeh mengatakan hal itu kepada suaminya. Ia sengaja menggoda Brian karena berpikiran sangat sempit terhadap ayah mertuanya.     

"Apa itu serius, Sayang?" Tanpa banyak berpikir, Brian Prayoga langsung menanyakan hal itu untuk memastikan ucapan dari istrinya itu. Meskipun harus terlihat bodoh, ia tak peduli. Pria itu hanya ingin memuaskan rasa penasaran di dalam hatinya.     

Tanpa menjawab pertanyaan itu terlebih dulu, Imelda justru melepaskan diri dari pelukan Brian lalu berdiri di sebelah Adi Prayoga. Ia ingin menambahkan kecemburuan di dalam hati sang suami.     

"Mana mungkin seorang ayah menikahi anaknya sendiri?" tegas Adi Prayoga pada Brian. Ia tak mengerti dengan pemikiran dari anak semata wayangnya itu. Pria itu merasa jika Brian berpikiran yang cukup bodoh.     

"Jangan berpikir yang berlebihan, Brian!" tegas pria tua yang berdiri di sebelah Imelda Mahendra.     

Sikap yang ditunjukkan oleh Brian sama sekali tak menunjukkan jika dirinya seorang bos mafia. Hal itu tentunya akan sangat berbahaya jika musuh sampai mengetahui kelemahan dari Brian Prayoga.     

Imelda lalu memandang suaminya, melemparkan sebuah sorot mata yang cukup tajam pada pewaris keluarga Prayoga.     

"Benar apa yang dikatakan oleh Papa, Brian. Aku tak mungkin jatuh cinta pada ayahku sendiri. Kasih sayang Papa benar-benar sangat luar biasa bagiku." Imelda mencoba untuk membujuk Brian agar tidak berpikir sempit akan hubungannya dan juga sang ayah mertua.     

"Maaf, Sayang. Aku tak bermaksud untuk berlebihan denganmu. Namun jujur saja, ada sebuah perasaan yang begitu menyesakkan dadaku saat kamu dekat dengan pria lain. Apalagi saat Papa memandang wajahmu dengan tatapan aneh dengan cinta yang begitu besar." Brian sengaja mengungkapkan perasaannya pada wanita yang cukup mencemaskan perasaannya.     

Adi Prayoga kembali terkekeh mendengar Brian mengungkapkan perasaannya pada sang istri. Ia semakin tak habis pikir pada pola pemikiran yang selama ini tersimpan di kepalanya.     

"Bodoh! Aku memperhatikan Imelda begitu dalam karena istrimu memiliki mata yang indah. Bahkan senyumannya persis sama seperti yang pernah diperlihatkan oleh Irene kepadaku. Membuat pemikiran Papa melayang jauh saat masih bersama dengannya." Adi Prayoga mencoba untuk menyakinkan anaknya agar tak semakin memikirkan salah arah.     

"Aku mengerti, Pa. Maafkan atas kebodohanku ini," sesal Brian Prayoga atas kebodohannya sendiri. Ia menyesal telah mencurigai ayah dan juga istrinya sendiri.     

Setelah kondisimu semakin membaik, mereka pun memilih masuk dan duduk bersama di kursi yang berada dalam ruang tengah. Baru saja beberapa menit duduk, seseorang mendatangi mereka.     

"Bos pengiriman barang sudah sampai di gudang. Arya Gunadi sendiri yang mengantarkan sampai ke gudang. Dia berpesan agar Anda berkenan untuk menemuinya sebentar saja," jelas seorang pria bertubuh tinggi besar yang bekerja sebagai anak buah dari Adi Prayoga.     

"Untuk apa Arya Gunadi ingin bertemu denganku? Aku rasa ada hal penting yang ingin disampaikannya." Adi Prayoga berucap lirih pada dirinya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.