Bos Mafia Playboy

Seperti Anak Perawan Yang Akan Berjumpa Kekasihnya



Seperti Anak Perawan Yang Akan Berjumpa Kekasihnya

0Keesokan harinya, Brian dan juga Imelda sudah bersiap untuk berangkat ke sebuah restoran yang sengaja dipesannya untuk makan siang bersama dengan Davin Mahendra. Mereka sudah menyiapkan segalanya dengan sangat sempurna.     

Walaupun bukan malam siang yang formal seperti yang dilakukan para pejabat, pasangan itu mempersiapkan segalanya dengan sangat baik. Bukan tanpa alasan, hari itu adalah pertama kalinya Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra akan makan siang bersama di luar rumah setelah sekian tahun lamanya.     

Bukan kedua pria itu yang berdebar karena momen istimewa itu, melainkan Imelda yang justru gelisah sekaligus tak sabar untuk segera menemukan dua sahabat itu.     

"Apakah Papa sudah siap?" tanya Imelda pada sang suami yang terlihat sudah siap untuk berangkat.     

"Tunggu saja di depan, Sayang. Aku akan memanggil Papa ke kamarnya." Brian lalu keluar dari kamar menuju ke tempat di mana ayahnya berada.     

Beberapa kali ia mengetuk pintu, tak kunjung dibuka oleh ayahnya. Brian pun dengan sengaja masuk ke dalam ruangan itu untuk memeriksa sang bos mafia. Begitu pintu terbuka, terlihat Adi Prayoga masih sibuk memilih pakaian yang akan dikenakannya.     

"Apa-apaan ini, Pa? Bukankah ini hanya makan siang keluarga saja? Bagaimana Papa terlihat seperti seorang pria yang sangat gelisah sebelum berkencan?" sindir Brian dalam waktu tak percaya jika ayahnya bisa sekonyol itu. Padahal mereka hanya bertemu dengan seorang Davin Mahendra saja.     

"Jangan meledek Papa! Kamu tahu sendiri, ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun belakangan ... Papa dan Davin Mahendra akan makan siang bersama di luar rumah." Adi Prayoga mencoba untuk menjelaskan kegundahan hatinya saat itu. Ia tak ingin jika anaknya akan berpikir berlebihan terhadap dirinya.     

Brian pun melihat-lihat beberapa pakaian yang sudah berhamburan di atas ranjang. Ia pun mengambil sebuah kemeja bergaya casual yang terlihat cukup elegan.     

"Pakai yang ini saja. Papa pasti akan dilirik banyak gadis." Brian terkekeh sembari berlari keluar sebelum mendapatkan protes dari ayahnya.     

"Dasar anak kurang ajar!" gerutu Adi Prayoga pada anak laki-lakinya yang sudah berlari meninggalkan kamarnya. Ia sengaja memperhatikan sebuah kemeja pilihan Brian. Tanpa banyak pikir, ia pun memakainya seperti saran dari anaknya itu.     

Dalam beberapa menit saja, Adi Prayoga sudah terlihat rapi dengan sebuah kemeja pilihan anaknya. Ia pun bergerak keluar menuju ke ruang tamu di mana Brian dan Imelda sudah menunggu. Saat melangkahkan kaki tak jauh dari Imelda, wanita itu tersenyum hangat dengan wajah berbinar.     

"Papa terlihat sangat tampan," puji Imelda dalam buai senyuman tulus dan penuh arti.     

"Kamu terlalu memuji Papa, Sayang," balas Adi Prayoga dengan wajah malu-malu.     

Entah mengapa, pria tua itu terlihat sangat malu saat Imelda memuji ketampanannya. Seperti seorang pemuda yang merasakan cinta pertamanya.     

"Apa aku bilang, Pa? Istriku saja bisa jatuh hati pada Papa, bagaimana dengan wanita-wanita di luar sana?" Lagi-lagi Brian kembali meledek ayahnya sendiri. Ia terkekeh geli saat melihat sang bos mafia itu menjadi salah tingkah.     

Tanpa menanggapi ucapan anaknya, Adi Prayoga memilih untuk bergerak ke arah sebuah mobil yang sudah bersiap untuk mengantarkan mereka semua. Pria itu langsung masuk dengan wajahnya yang terlihat tidak biasa.     

Begitu semua sudah berada di dalam mobil, mereka langsung berangkat menuju ke restoran yang berada di sebuah hotel yang cukup ternama. Dalam beberapa menit perjalanan saja, mobil itu sudah berada di depan lobby hotel.     

Mereka pun turun dari mobil setelah seorang membukakan pintunya. Tanpa menunggu lama, Brian dan juga Imelda langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan yang cukup mewah itu. Sedangkan Adi Prayoga mengikuti pasangan itu di belakangnya.     

Dari kejauhan, terlihat Davin Mahendra sudah duduk sendiri dalam wajah tidak sabar. Pria itu terlihat sedikit kesal karena mereka datang terlambat.     

"Kalian terlambat tujuh menit," ketus Davin Mahendra begitu mereka bertiga berada di dekatnya. Pria itu terlihat langsung berdiri dari tempat duduknya.     

"Ayolah, Pa! Ini bukan di kantor atau dalam suasana meeting." Imelda sengaja merayu ayahnya agar tak kesal karena kedatangan mereka yang sedikit terlambat.     

Dengan sangat terpaksa, Davin Mahendra kembali duduk di kursinya. Ia tak ingin mengecewakan anak perempuannya. Sebisa mungkin, ia akan menahan diri untuk tidak tersulut emosi atau kemarahan yang bisa merusak makan siang itu.     

"Apa yang membuat kalian bisa terlambat?" tanya Davin Mahendra pada anak dan juga menantunya. Ia terlihat sedikit kikuk dengan kehadiran Adi Prayoga di sana.     

"Papa terlalu panik untuk memilih pakaiannya. Ia seolah begitu gelisah seperti anak perawan yang akan berjumpa dengan kekasih hatinya." Brian menjawab ayah mertuanya sekaligus menyindir seorang pria yang hanya bisa menahan rasa malunya.     

Diam-diam Davin Mahendra menahan tawa di dalam hatinya. Ia tak menduga jika Adi Prayoga akan melakukan hal yang tidak masuk akal. Dengan predikat sebagai sang bos mafia, tak seharusnya ia bersikap seperti itu.     

"Jangan menertawakan aku. Kalian bisa tertawa karena tak berada dalam posisiku," tegas Adi Prayoga dalam wajah yang mulai kesal. Ia bukan marah, namun kecemasan dan kegelisahan membuat pria itu mendadak menjadi sangat bodoh.     

Di waktu yang bersamaan, hidangan yang sudah di pesan oleh Imelda sudah berdatangan. Mereka langsung berbinar melihat berbagai macam hidangan yang cukup menggugah selera.     

"Bagaimana kalian tahu makanan kesukaan kami?" Di saat hampir bersamaan, Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga mengajukan sebuah pertanyaan yang sama.     

Imelda tersenyum hangat pada dua pria yang sangat disayanginya. Ia merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama dua pria yang super sibuk itu.     

"Entah darimana, Kak Vincent bisa mengetahui masakan Papa Davin dan juga Papa Adi. Sayangnya, Kak Vincent tak mau bergabung dengan kita berdua. Dia beralasan sedang sibuk menjalankan misi penting," jelas Imelda pada dua orang pria yang saling memandang satu sama lain.     

Tentunya mereka semua sangat tahu, kemarahan Vincent terhadap Adi Prayoga. Kakak dari Imelda itu masih saja berpikir jika hancurnya keluarganya gara-gara Adi Prayoga. Ia seolah sangat membenci ayah dari Brian Prayoga itu.     

Tanpa meneruskan pembicaraan yang tadi, mereka pun menikmati hidangan itu dalam suasana hening tanpa ada pembicaraan apapun. Hanya terdengar suara alunan musik yang sangat merdu yang mengiringi suara benturan alat makan.     

Tak ada yang berpikir untuk memulai obrolan di antara mereka. Padahal begitu jelas jika Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra sudah saling mencuri-curi pandangan sejak kedatangannya.     

Namun tiba-tiba saja, Imelda terbatuk-batuk karena tersedak makanannya. Brian pun bergegas mengambilkan segelas air putih untuk istrinya.     

"Apakah kamu baik-baik saja, Sayang?" cemas Brian pada wanita yang terlihat sangat terkejut.     

"Bukankah itu Mama Natasya dan Om Jeffrey?" Semua orang langsung melemparkan pandangan ke arah yang sama dengan Imelda.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.