Bos Mafia Playboy

Pukulan Yang Pantas Untuk Jeffrey



Pukulan Yang Pantas Untuk Jeffrey

0Dalam perasaan yang tak karuan sekaligus tak percaya, Davin Mahendra berjalan cepat menuju ke sebuah ruangan di mana seorang atasan dan juga temannya itu sedang berada. Sampai di depan pintu ruangan itu, seolah darahnya semakin mendidih. Ia pun langsung menendang pintu ruangan atasannya itu dengan kasar.     

Jeffrey yang cukup terkejut, tanpa sadar memelototi seorang pria yang masuk ke ruangannya dalam wajah geram. Ia tak menduga jika teman dekatnya itu bisa melakukan perbuatan yang tidak sopan. Apalagi, Davin Mahendra masuk ke ruangan itu tanpa permisi. Hal itu sama sekali tak menunjukkan kebiasaan dari orang yang cukup lama bekerja dengannya.     

"Apa ada yang salah, Davin?" Dalam wajah penasaran yang berbumbu perasaan terkejut, Jeffrey langsung menanyakan hal itu pada sosok Davin Mahendra.     

Dengan sekali gerakan saja, Davin Mahendra berhasil mendaratkan sebuah pukulan keras ke wajah teman dan juga atasannya itu. Tak cukup hanya sekali, ia memberikan beberapa pukulan bertubi-tubi.     

"Brengsek! Bagaimana kamu bisa menghancurkan hidupku?" teriak Davin Mahendra dalam wajah geram sembari menarik kerah baju Jeffrey.     

"Apa maksudmu, Davin? Apa yang sudah kulakukan hingga membuatmu sangat marah?" Jeffrey masih belum menyadari sebuah kesalahan fatal yang telah dilakukannya beberapa tahun silam. Ia sangat bingung pada teman dekatnya itu yang tiba-tiba datang dan menghadiahkan beberapa pukulan padanya.     

Davin Mahendra tersenyum sengit mendengar pertanyaan bodoh dari Jeffrey. Ia sangat kecewa dengan seseorang yang selama ini berjuang bersamanya.     

"Jika kamu menginginkan jabatan, mengapa kamu harus menjebakku dan membuat Irene salah paham dan sangat membenciku?" Davin Mahendra kembali melemparkan sebuah pukulan telak pada seorang pria yang sudah babak belur karena dirinya.     

Seketika itu juga, Jeffrey baru mengerti dan juga memahami kemarahan dari Davin Mahendra. Tiba-tiba rasa penyesalan yang selama ini terkubur sangat dalam kembali terkuak. Dia menyesali kebodohan dan juga perbuatannya pada suami dari Irene Mahendra itu.     

Terlukis begitu jelas wajah frustrasi yang terpulas sangat nyata. Jeffrey benar-benar terperosok dalam dosa besar dan juga rasa bersalahnya pada seorang rekan kerja yang juga teman dekatnya selama ini. Dia telah kehilangan kata-kata dan juga kekuatannya, jangankan bangkit lalu berdiri ... untuk menatap Davin Mahendra saja ia seolah sudah tak sanggup.     

"Maafkan kebodohanku itu." Hanya sebuah kalimat penyesalan yang keluar dari mulut Jeffrey. Ia tak bisa memikirkan kata-kata lain yang melukiskan kesungguhan hatinya untuk memohon pengampunan dari Davin Mahendra.     

"Kamu pikir kata maafmu bisa membuat Irene memaafkan aku? Atau jangan-jangan .... " Davin Mahendra tak sanggup melanjutkan ucapannya itu. Ia merasa kalimat yang akan dikatakan selanjutnya seperti sebuah kutukan dalam hidupnya.     

"Apa kamu juga yang membunuh Irene? Mengapa kamu menghabisi nyawa istriku dengan sangat keji?" Segala amarah dan juga perasaan hancur terlihat dalam setiap ucapan dan juga tatapan Davin Mahendra pada seorang pria yang hanya bisa menyesali perbuatannya itu.     

Seperti sebuah tamparan mematikan bagi Jeffrey, tuduhan Davin Mahendra itu benar-benar melukai dirinya. Ia tak pernah berpikir untuk menyakiti Irene. Semua yang dilakukannya dalam masa lalu, hanya usaha yang dilakukannya untuk merebut Irene dari Davin Mahendra. Namun semua yang telah direncanakan telah gagal total. Begitu melihat video hasil rekayasanya dengan seorang wanita murahan, Irene justru kembali ke pelukan Adi Prayoga. Yang tak lain adalah mantan kekasih dari wanita itu.     

"Aku memang menjebakmu agar Irene meninggalkan dirimu. Namun aku tak pernah sedikit pun berpikir untuk membunuhnya," jelas Jeffrey dalam suara yang tak berkekuatan. "Aku sama sekali tak menginginkan jabatan bodoh ini!" tegasnya lagi pada Davin Mahendra.     

Jeffrey tak pernah berpikir untuk merebut jabatan tertinggi yang dipegangnya saat itu. Meskipun ia mendapatkannya di saat yang sama saat Irene tewas dalam sebuah kecelakaan, tak ada niat apalagi keinginan untuk merampas posisi itu dari Davin Mahendra.     

"Bukankah kamu sengaja menghabisi Irene di hari seharusnya aku mendapatkan jabatan itu? Bahkan kamu terlihat sangat bahagia mendapatkan sebuah posisi yang seharusnya menjadi milikku." Davin Mahendra mengingat sangat jelas saat melihat video pelantikan Jeffrey menduduki posisi tertinggi dalam organisasi intelijen.     

"Dari mana kamu bisa berpikir jika aku sangat bahagia?" tanya Jeffrey pada rekan seperjuangan selama bertahun-tahun.     

Sebuah senyuman kecut yang penuh kebencian diperlihatkan oleh Davin Mahendra. Ia bisa melihat sangat jelas video acar pelantikan itu.     

"Bukankah kamu terlalu bahagia hingga meneteskan air mata?" Hanya wajah muram yang sarat kekecewaan yang bisa dilukiskan oleh suami dari Irene itu. Ia sangat membenci setiap momen di hari kematian istrinya. Baginya, semua orang sedang menari di atas luka dan juga penderitaannya.     

Tiba-tiba saja, Jeffrey tertawa lepas dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Memperlihatkan sebuah luka mendalam yang tak mungkin untuk disembunyikan lagi. Ia tak peduli jika kehidupannya yang kelam harus diketahui oleh orang lain.     

Davin Mahendra semakin tak mengerti dengan reaksi yang ditunjukkan oleh atasannya itu. Terlihat Jeffrey memang sedang tertawa, namun juga memperlihatkan segala kepiluan di dalam hatinya.     

"Kamu pikir aku bahagia?" lontar Jeffrey pada Davin Mahendra yang mulai bingung dengan respon yang ditunjukkan oleh atasannya itu.     

"Hatiku hancur mendengar wanita yang selama ini aku cari harus terbaring lemah tak bernyawa. Kamu pikir aku menangis karena bahagia di hari pelantikan itu .... Aku menangisi ketidakberdayaanku karena tak bisa membalas kebaikan hati Irene kepadaku." Sebuah ungkapan terdalam yang memunculkan tanda tanya besar bagi Davin Mahendra. Ia sama sekali tak mengerti dengan setiap kata yang diucapkan oleh Jeffrey kepadanya.     

Semua penjelasan dari Jeffrey, membuat Davin Mahendra harus berpikir sangat keras. Ia tak pernah menduga jika Irene juga memiliki hubungan dengan atasannya itu. Dia berpikir sejak kapan istrinya itu berhubungan dengan seorang pria yang sekarang menjadi atasannya. "Apakah Irene pernah berselingkuh dengan Jeffrey?" Hanya pertanyaan itu yang terus terngiang-ngiang di kepalanya. Seolah hati dan juga otaknya ingin meledak di saat yang bersamaan.     

"Apa kamu menjadi bingung dan merasa menjadi orang bodoh, Davin?" tanya Jeffrey pada seorang pria yang tiba-tiba kehilangan pegangan di dalam dirinya.     

"Apa yang sedang kamu sembunyikan dariku, Jeffrey? Apakah kamu sengaja ingin menusukkan dari belakang?" Rasanya terlalu menyakitkan bagi Davin Mahendra mengetahui teka-teki baru dalam kehidupannya.     

Ia tak pernah menyangka jika ada kisah masa lalu yang mengikat istrinya dan juga atasannya saat itu. Davin Mahendra tak pernah membayangkan hal itu sedikit saja. Ia sangat cemas jika kebenaran baru yang lebih buruk akan terkuak ke permukaan.     

"Apa sebenarnya hubunganmu dengan Irene?" tukas Davin Mahendra pada rekan satu tim yang sudah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun. Ia sangat penasaran dengan hubungan pria itu dan istrinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.