Bos Mafia Playboy

Sosok Pria Yang Menyewa Sandra



Sosok Pria Yang Menyewa Sandra

Imelda sengaja melirik Brian sekilas lalu menajamkan tatapan pada wanita yang telah menjebak ayahnya. Seolah tak ada rasa ampuh, ia sudah menempel pisau itu di leher seorang wanita yang sangat ketakutan hingga memejamkan matanya.     

"Sepertinya kamu lebih memilih untuk mati," ucap Imelda dalam suara dingin yang sangat mengerikan. Saat ia akan menyayat kulit leher dari Sandra, tiba-tiba saja beberapa orang datang ke ruangan itu.     

"Cepat letakan pisaunya atau aku akan menembakmu," ancam salah satu orang yang berseragam keamanan dari night club itu. Mereka semua tak sadar jika Brian juga berada di sana.     

Imelda tersenyum licik pada beberapa pria yang baru saja datang. Tak sedikit pun perasaan takut di dalam dirinya. Ia pun menarik Sandra dan memaksanya untuk berdiri membelakanginya.     

"Coba saja kalau berani! Aku akan memisahkan kepala wanita itu dengan tubuhnya sebelum kalian menembak aku," balas wanita hamil yang masih saja begitu berani melawan bahaya.     

"Dasar wanita sialan! Berani-beraninya kamu mengacaukan tempat ini! Jika kamu macam-macam dengan bos kami, aku akan menghabisimu sekarang juga," teriak seorang pria yang terlihat sangat garang dan sangat percaya diri.     

Pria itu lalu mengarahkan senjata ke arah Imelda. Brian yang berada di sudut ruangan, bergerak pelan tanpa suara lalu menempelkan senjatanya di kepala seorang pria yang telah mengancam istrinya.     

"Sedikit saja kamu menggerakkan jarimu, kupastikan kepalamu ini akan meledak." Sebuah suara dingin yang terdengar menakutkan berhasil membuat beberapa pria tadi langsung memandang ke arah Brian.     

Mereka cukup terkejut dengan keberadaan sang bos mafia di ruangan itu. Tidak ada yang menyadari keberadaan seorang Brian Prayoga dalam ruangan itu.     

"Tuan Brian Prayoga!" lirih beberapa orang dari mereka. Terlukis wajah terkejut dari setiap sorotan mata para tim keamanan dari night club itu. Mereka sangat mengenal siapa sosok pria yang menodongkan sebuah senjata pada salah seorang dari mereka.     

"Siapa yang berani menyentuh istriku? Aku akan meledakkan kepala kalian satu persatu!" murka Brian Prayoga dalam sebuah tatapan tajam yang mengerikan. Ia sudah bersiap untuk meledakkan kepala orang-orang yang berniat menyakiti istrinya.     

Baru kali ini seorang Brian Prayoga menunjukkan sisi gelap dalam dirinya. Biasanya pria itu tak pernah turun tangan sendiri. Selama ini hanya anak buahnya saja yang menangani orang-orang yang tidak penting baginya.     

"Sebaiknya Anda tidak membuat keributan di night club ini, Tuan Brian Prayoga. Saya khawatir polisi akan datang untuk menangkap Anda dan juga wanita yang bersama Anda ini." Pria itu mencoba untuk menakut-nakuti Brian dan juga Imelda agar segera pergi dari sana. Namun hal itu tak akan pernah terjadi, jika anak perempuan dari Davin Mahendra belum mendapatkan apa yang akan diinginkannya.     

Seketika itu juga, Imelda tertawa terbahak-bahak. Ia sama sekali tak takut ataupun peduli dengan ancaman yang terdengar seperti angin yang berhembus begitu saja. Jangankan takut, tergerak hatinya saja tidak.     

"Coba saja kalian melapor pada polisi, sebelum mereka datang ... aku akan meluluhlantakkan tempat ini," sahut Imelda dengan sangat menyakinkan.     

"Siapa sebenarnya wanita ini? Bagaimana punya nyali sebesar itu?" bisik seorang pria yang masih tertegun melihat keberanian dan juga ketegasan Imelda.     

Sandra memandang beberapa orang yang bekerja untuknya. Ia sengaja memberikan sebuah isyarat agar mereka semua keluar dari ruangan itu. Wanita itu tak ingin mempertaruhkan nyawanya pada seorang Imelda Mahendra yang terlihat sangat berbahaya.     

"Keluarlah dari sini! Aku akan baik-baik saja. Jangan sampai polisi atau siapapun masuk ke dalam tempat ini," perintah Sandra pada orang-orang yang sudah berusaha untuk melindunginya. Meskipun usaha mereka tak berhasil, ia sangat menghargai kerja keras dari beberapa orang bayarannya.     

Satu persatu mereka berangsur keluar dari sana. Meskipun Sandra masih saja ketakutan pada Imelda, ia berpikir untuk meluruskan segalanya. Lagipula akan percuma jika ia terus menutupi kejadian itu. Toh, istri dari Davin Mahendra juga telah meninggal dalam sebuah insiden di masa lalu.     

"Apa yang ingin kalian dengar? Tak ada gunanya aku menutupi kejadian itu dari kalian berdua. Jika mengatakan kebenarannya aku akan mati, tetap diam di sini kalian juga pasti akan menghabisi aku." Sandra terlihat pasrah pada hal apapun yang akan dilakukan oleh mereka berdua. Segala ancaman yang selama ini selalu didapatkannya, tak ada apa-apanya dengan keganasan anak perempuan dari seorang pria yang sudah dijebaknya itu.     

Dengan gerakan lambat, Imelda menjauh pisau itu dari leher Sandra. Ia memilih untuk berdiri tak jauh dari wanita yang mempekerjakan beberapa wanita untuk melayani para lelaki hidung belang.     

Brian juga bergerak mendekati istrinya, ia tak ingin jika wanita murahan itu tiba-tiba melakukan perlawanan. Apalagi, seorang wanita yang bekerja dalam gemerlapnya dunia malam. Ia hanya ingin memastikan keselamatan istri dan juga calon anaknya.     

"Siapa yang telah membayarmu untuk menjebak Davin Mahendra? Apa kamu tak mengetahui, siapa sosok pria yang sudah kamu hancurkan hidupnya?" Brian justru menjadi sangat geram saat menanyakan hal itu kepada wanita yang tak berani menatap dirinya.     

Tak langsung menjawab pertanyaan itu, Sandra justru memejamkan matanya saat membayangkan sebuah ancaman yang dikirimkan seorang wanita kepada dirinya. Ia seperti sedang di hadapkan buah simalakama. Tak ada pilihan yang akan menguntungkan baginya.     

"Apakah aku harus memberikan sebuah tembakan peringatan agar kamu segera membuka mulut?" Lagi-lagi Brian harus melontarkan sebuah ancaman pada wanita itu. Ia sudah tak sabar untuk menunggu jawaban dari wanita murahan itu.     

"Aku sangat mengetahui sosok Davin Mahendra. Brian yang membayar aku juga sangat mengenal pria yang bekerja untuk agen intelijen itu." Sandra menghela nafasnya dengan perlahan, ia merasa jika segalanya menjadi sangat sulit dan juga begitu berat untuknya.     

Imelda hanya terdiam tanpa melakukan apapun. Ia sengaja menunggu wanita itu mengatakan kebenaran atas sebuah kejadian yang sudah cukup lama terjadi. Seumur hidup, wanita itu tak menyesali perbuatannya.     

"Pria yang membayarku adalah sahabat dari Davin Mahendra sendiri. Ia mengatakan jika istri dari seorang pria yang dijebaknya adalah wanita yang sangat dicintainya," terang Sandra pada pasangan suami yang menunjukkan wajah terkejut.     

Sontak saja, Brian dan Imelda saling menatap satu sama lain. Mereka langsung berpikir jika orang itu adalah Adi Prayoga, ayah mereka sendiri. Ada rasa percaya sekaligus kekecewaan yang mendalam.     

Segala yang telah terjadi benar-benar di luar dugaan. Imelda merasakan tubuhnya lemas tanpa kekuatan. Ia tak bisa menerima jika orang yang telah menjebak ayahnya adalah seorang pria yang sangat disayanginya.     

"Apakah pria itu adalah papaku, Adi Prayoga?" Brian mencoba untuk memastikan hal itu pada seseorang yang sudah berhasil menjebak ayah mertuanya.     

Happy Reading     

l     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.