Bos Mafia Playboy

Kekejaman Imelda Mahendra



Kekejaman Imelda Mahendra

0Beberapa kali berteriak dan menggedor pintu ruangan itu, Imelda tak kunjung mendapatkan jawaban. Dalam perasaan yang bercampur aduk menjadi satu, ia memutar handle pintu lalu mendorongnya masuk. Entah keberuntungan dari mana, pintu itu berhasil terbuka lebar.     

Terpampang sangat nyata sebuah pemandangan yang sangat mencengangkan. Seorang lelaki yang terlihat cukup muda sedang menindih seorang wanita yang seusia dengan ibunya.     

"Siapa kalian berdua? Bagaimana bisa masuk ke sini?" Wanita yang tadinya tak memakai selembar kain itu langsung menarik sebuah selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih terlihat sexy meskipun sudah tak muda lagi.     

Atmosfer dalam ruangan itu berubah menegangkan, tak ada lagi suara desahan dan juga gairah yang tadinya cukup bergelora memenuhi seluruh ruangan itu. Sedangkan lelaki muda itu terlihat ketakutan dan langsung memunguti pakaian miliknya lalu berangsur pergi dari sana.     

Imelda masih terdiam dalam kilatan amarah yang cukup menakutkan. Sepertinya seorang malaikat maut yang telah bersiap untuk merenggut sebuah nyawa tanpa perasaan sedikit pun.     

Dalam langkah pelan dan sangat pasti, Imelda bergerak ke arah sebuah ranjang yang menjadi saksi betapa gilanya gairah wanita yang telah menjebak ayahnya itu.     

"Apa Anda yang bernama Sandra? Seorang wanita murahan yang telah menjebak papaku .... " Imelda berucap cukup jelas dan sangat pelan. Ia memberikan tekanan dalam setiap kata yang telah diucapkannya.     

"Darimana kamu mengetahui namaku? Tidak ada pria yang sengaja aku jebak, mereka sendiri yang mendatangiku karena tergila-gila dengan tubuhku." Dengan sangat percaya diri, Sandra memberikan sebuah jawaban yang membuat Imelda begitu jijik pada wanita itu.     

Imelda tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban menjijikkan dari Sandra. Ia mencoba menahan diri untuk tetap berada di sana sampai wanita itu mengatakan dalang penjebakan itu. Padahal di dalam diri Imelda, ia sudah sangat mual dan serasa ingin muntah melihat ataupun mendengar ucapan dari wanita itu.     

"Katakan! Siapa yang telah membayarmu untuk menjebak Davin Mahendra beberapa tahun silam?" Sebuah pertanyaan dari Imelda itu langsung membuat ekspresi dan juga kepercayaan diri Sandra menghilang seketika itu juga.     

Wanita itu sama sekali tak berani menatap sosok yang telah merusak momen menggairahkan dan sangat panas yang dilakukannya bersama seorang lelaki seusia anaknya.     

"Aku tak mengenal Davin Mahendra! Keluar dari sini atau aku akan memanggil petugas keamanan!" teriak Sandra tanpa memandang sosok wanita yang berbicara dengannya.     

Ia sengaja mengatakan kebohongan itu karena kejadian itu sudah sangat lama. Sandra berpikir jika tak akan pernah ada orang yang mengetahui perbuatannya itu. Ia juga telah mendapatkan sebuah bayaran yang setimpal untuk melakukan perbuatan hina itu. Namun kedatangan Imelda di hadapannya telah membuat Sandra sangat ketakutan.     

"Kamu pikir aku bodoh! Aku sangat yakin jika kamu adalah wanita murahan dalam video itu," tegas Imelda dalam senyuman kecut yang menghiasi bibirnya. Wanita itu berjalan ke sebuah meja yang berisi beberapa buah-buahan segar yang cukup menggoda.     

Imelda mengambil sebuah apel dan memotongnya menjadi dua bagian. Tentunya, ia sangat lihai memainkan sebuah pisau di tangannya. Dalam tatapan dingin yang tanpa perasaan, ia terus memandang seorang wanita yang mulai memakai kembali gaun tidur yang tergeletak di lantai kamar itu.     

"Sepertinya akan sangat menyenangkan jika aku menyayat tubuhmu menggunakan pisau buah ini. Sepertinya cukup tajam untuk memisahkan kepala dari tubuhmu." Seperti seorang pembunuh berdarah dingin, Imelda bisa mengatakan hal itu dengan sangat tenang tanpa rasa berdosa sedikit pun.     

Brian mulai cemas pada perkataan istrinya. Ia takut jika Imelda benar-benar melakukan apa yang baru saja diucapkannya. Pria itu pun menghampiri Imelda yang sudah berdiri di sebelah ranjang milik Sandra.     

"Tenanglah, Sayang. Kita bisa membicarakannya baik-baik." Brian berusaha untuk menenangkan hati istrinya. Ia berharap jika kemarahan Imelda bisa mereda dan membicarakan segala dengan lebih baik dalam suasana tenang.     

"Diamlah sebentar saja, Brian! Mungkin aku tak sesabar dirimu yang bisa mengulur waktu," sahut wanita yang masih memegang pisau di tangan kanannya, sedangkan di tangan kirinya memegang sebuah apel yang sudah menjadi beberapa bagian.     

Sandra semakin ketakutan melihat Imelda yang memperlihatkan dirinya seperti seorang pembunuh berdarah dingin. Ia tak pernah membayangkan akan bertemu seorang wanita seperti yang ada di hadapannya itu.     

"Kumohon lepaskan aku! Aku berjanji akan memberikan uang berapapun yang kamu minta." Sandra mengatakan itu dalam nada memohon kepada sosok wanita yang seolah sudah sangat siap untuk menghabisi nyawanya.     

"Kamu pikir aku semiskin itu, Wanita murahan!" Dengan gerakan cepat, Imelda menarik Sandra hingga terduduk di bawah kakinya. Ia pun menarik rambut wanita itu sembari memainkan pisau yang dibawanya di leher Sandra.     

Sebuah pemandangan yang membuat bulu kuduk Brian sangat merinding. Ia tak tahu jika Imelda bisa lebih kejam dari ayahnya sendiri. Bahkan wanita itu cukup menakutkan daripada semua musuh-musuh yang selama ini dihadapinya.     

Namun Brian tak mampu melakukan apapun, sedikit kesalahan saja bisa memperburuk keadaan dan membuat Imelda pasti sangat murka. Ia hanya bisa menjadi seorang penonton yang menyaksikan kekejaman seorang Imelda Mahendra.     

"Sepertinya ... kamu masih saja belum mengingat kejadian di malam itu. Aku akan membantumu untuk mengingatnya." Sedikit gerakan saja dari Imelda sudah berhasil menggores kulit putih mulus dari wanita murahan itu.     

"Ampuni aku! Aku hanya wanita bayaran biasa." Sandra memohon pada seorang wanita yang terlihat cantik namun begitu menakutkan. Bahkan wanita yang menggores kulitnya itu, sudah seperti seorang pembunuh berdarah dingin.     

Tanpa mengubah ekspresi menyeramkan dalam wajahnya, Imelda mencoba berjongkok di sebelah wanita itu. Ia meliriknya sekilas lalu kembali memandang sebilah pisau di tangannya.     

"Apakah kamu tahu? Sudah berapa nyawa yang sudah mati di tanganku?" Imelda begitu lihai memainkan peran dan juga perkataannya. Ia benar-benar pandai mengaduk perasaan dari wanita yang pernah menjebak ayahnya.     

"Aku ... aku ... tak bisa mengatakan apapun padamu. Wanita itu sudah mengancamku untuk tak membuka kejadian itu." Suara Sandra terdengar sangat ketakutan, ia juga telah mendapatkan ancaman dari seorang wanita yang sengaja mendatanginya.     

"Wanita?" gumam Imelda. Ia pun mulai memikirkan seorang wanita yang telah mengancam Sandra. "Apakah yang membayarmu untuk menjebak papaku adalah wanita itu?" Sebuah pertanyaan kembali terucap dari bibir Imelda Mahendra. Ia semakin tak sabar untuk mengetahui dalang di balik hancurnya hubungan di antara dua keluarga.     

Sandra tetap saja terdiam tanpa membuka mulutnya. Hal itu membuat Imelda mulai kehilangan kesabarannya. Ia pun kembali menarik rambut mucikari itu dan membuatnya setengah berdiri di depan Imelda.     

"Sepertinya kamu lebih memilih untuk mati daripada mengatakan kebenarannya!" teriak Imelda dalam posisi pisau yang sudah menempel di leher wanita itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.