Bos Mafia Playboy

Tak Tahu Diri



Tak Tahu Diri

0Beberapa orang yang datang bersama Adi Prayoga ataupun Arya Gunadi berlarian ke arah suara tembakan. Mereka semua terlihat sangat sigap dan bersiap untuk memberikan serangan balasan jika ada yang menyerang bos-nya. Semua orang saling mengarahkan senjata ke arah lawan. Ada perasaan khawatir dan juga kepanikan yang menyerang tiba-tiba.     

Semua orang sedang berusaha untuk melindungi orang yang selama ini membayar mereka.     

"Apa yang terjadi, Bos?" tanya seorang anak buah dari Adi Prayoga. Ia sudah sangat siap jika terjadi perlawanan dari pihak musuh.     

"Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian ingin menghabisi kami berdua?" Adi Prayoga mulai kesal pada orang-orang yang saling menodongkan senjata dan bersiap melepaskan tembakan.     

Arya Gunadi memandang sekeliling dan memberikan isyarat kepada anak buahnya agar menurunkan senjata. Kalaupun terjadi upaya saling serang, ia yakin jika dirinya dan juga beberapa anak buahnya akan kalah telak. Posisi mereka saja tidak menguntungkan, ditambah lagi anak buah Adi Prayoga cukup banyak yang berada di gudang penyimpanan itu.     

"Turunkan senjata kalian!" perintah Arya Gunadi pada beberapa anak buahnya yang sudah mengarahkan senjata pada sang bos mafia. Ia tak mungkin menyulutkan perang berdarah yang tak akan pernah dimenangkan.     

Adi Prayoga mendadak cukup kesal sekaligus frustrasi mendengar kegilaan Natasya yang semakin menjadi-jadi. Ia berpikir jika wanita itu terlalu nekat dan sangat membahayakan anak dan juga menantunya.     

"Apakah putramu masih bekerja di bawah perintah Natasya?" Adi Prayoga menanyakan sebuah pertanyaan untuk pria yang sejak tadi terus menatapnya. Ia hanya ingin memastikan jika seseorang yang selama ini berbisnis dengannya tidak terlibat dalam jebakan mantan istrinya.     

"Aku sudah memperingatkan Andra untuk tidak terlibat dengan Natasya. Namun sepertinya, istri Anda telah berhasil memperdaya anakku. Rasanya aku sangat khawatir jika dia terlibat lebih dalam." Arya Gunadi mencoba mengungkapkan kekhawatiran di dalam hatinya. Ia tak ingin mencari masalah apalagi mencari mati dengan sang bos mafia.     

Terlihat ucapan pria di hadapannya itu cukup jujur dan tidak berlebihan. Adi Prayoga cukup mempercayai kejujuran dari rekan bisnisnya selama bertahun-tahun. Namun ia tak bisa menjamin keselamatan seorang Andra Gunadi. Jika pria itu sampai terlibat lebih dalam dengan Natasya, bisa saja hal yang lebih buruk akan terjadi.     

"Jika sampai putra kesayanganmu itu masih saja terlibat lebih dalam lagi dengan Natasya .... Jangan salahkan aku jika ia harus merenggang nyawa di tanganku." Adi Prayoga mengatakan hal itu dalam satu tarikan nafas. Dengan ucapan tegas dan sangat menyakinkan, pria itu memperlihatkan aura dingin yang cukup mengerikan.     

"Aku akan mencoba melakukan yang terbaik untuk mengehentikan Andra terjerat dalam jebakan Natasya. Kuharap kejadian kemarin tak mempengaruhi hubungan yang sudah terjalin selama beberapa tahun silam." Arya Gunadi tak ingin hubungan baik di antara mereka harus hancur karena hasutan Natasya pada Andra Gunadi.     

Setelah melewati pembicaraan yang cukup menegangkan bagi mereka, Arya Gunadi meminta ijin untuk undur diri. Seluruh anak buah yang dibawanya itu lalu meninggalkan sebuah gudang penyimpanan milik keluarga Prayoga. Pria itu tak ingin membahayakan anak buah yang bersamanya. Berada di daerah kekuasaan Adi Prayoga cukup menegangkan dan juga memacu adrenalin.     

"Perintahkan seseorang untuk mengawasi Natasya," seru Adi Prayoga pada salah satu orang yang tadi datang bersamanya.     

"Baik, Bos!" jawab anak buah Adi Prayoga sebelum menyampaikan perintah dari bos-nya itu.     

Adi Prayoga lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar gudang itu. Ia memandang sekeliling dan mendapati beberapa anak buahnya masih berjaga di lokasi itu. Terlihat jika lokasi itu dijaga ketat oleh orang-orang kepercayaannya. Pria itu sudah mempercayakan seluruh pekerjaan dan juga transaksi bisnis yang dilakukannya selama ini pada anak buahnya.     

"Bereskan seluruh barang yang baru datang, aku akan pergi sekarang." Adi Prayoga langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang di belakang.     

Tak berapa lama, dua anak buahnya yang datang bersama juga ikut masuk ke dalam. Mereka berdua sudah sangat siap untuk mengantarkan bos-nya itu kemanapun ia mau.     

"Antar aku menemui Brian dan juga Imelda!" perintah Adi Prayoga pada seseorang yang sudah duduk di kursi kemudi. "Bagaimana mereka bisa merahasiakan hal sepenting ini dari ayahnya sendiri?" kesalnya mengingat ucapan Arya Gunadi tentang perbuatan menjijikkan yang telah dilakukan Natasya kepada anaknya sendiri.     

"Baik, Bos," jawab pria yang sudah bersiap untuk melajukan mobilnya secepat mungkin.     

Sebuah mobil melaju kencang memecahkan jalanan yang cukup ramai. Meskipun mereka melewati jalanan di pinggir kota, suasana cukup ramai karena jalan itu merupakan jalan penghubung antara kota satu dengan yang lainnya.     

Dalam beberapa menit, mereka telah kembali ke sebuah titik di mana mereka tadi berangkat. Adi Prayoga langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam bangunan mewah dengan penjaga super ketat dan sulit ditembus. Pria itu memeriksa sekeliling untuk mencari anak dan juga menantu kesayangannya.     

"Brian! Keluarlah!" teriak Adi Prayoga di dalam ruang keluarga dalam rumah itu. Ia lalu duduk di sebuah kursi besar yang cukup nyaman untuk menantikan mereka berdua.     

Sang bos mafia itu menjadi tak sabar saat kedua orang yang baru saja dipanggilnya tak kunjung keluar dari kamar. Tanpa berpikir lagi, ia mengetuk dengan keras pintu kamar anaknya.     

"Keluarlah, Brian! Papa ingin berbicara padamu," terik Adi Prayoga lagi.     

Tak berapa lama, Brian membuka pintu dengan wajah yang masih sangat mengantuk. Bahkan matanya belum terbuka dengan sempurna.     

"Apa Papa sengaja ingin membangunkan Imelda?" kesal Brian sembari melirik wanita yang masih terbaring di atas ranjang dalam kamarnya.     

Tak peduli dengan cibiran dari anaknya, Adi Prayoga menarik tangan Brian dan menyeretnya menjauhi pintu kamar itu. Ia tak ingin membuat Imelda terganggu karena pembicaraan mereka berdua.     

"Kamu benar-benar tak tahu diri!" Pria tua itu mendorong anaknya hingga terjatuh di sebuah kursi dalam ruang tengah. Terlihat sangat jelas jika Adi Prayoga begitu kesal pada anak semata wayangnya itu.     

"Ada apa sebenarnya, Pa? Kenapa datang-datang Papa begitu marah padaku?" protes Brian karena merasa tak terima dengan perlakuan kasar dari ayahnya. Tidak biasanya Adi Prayoga berlaku kasar kepadanya. Kecuali jika dirinya memang telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal.     

Adi Prayoga melemparkan tatapan tajam yang sarat kemarahan. Ia tak bisa menerima perbuatan Brian yang bisa membahayakan Imelda.     

"Bagaimana kamu bisa membawa Imelda ikut dalam pertemuan berbahaya dengan keluarga Gunadi?" Sebuah pertanyaan dari Adi Prayoga sudah menjelaskan segala pertanyaan yang diajukannya pada sang ayah.     

Mendadak wajah Brian pucat seketika, ia sangat takut jika ayahnya mendengar insiden yang terjadi di sebuah kota kecil di mana Arya Gunadi tinggal.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.