Bos Mafia Playboy

Tuduhan Yang Menjijikkan



Tuduhan Yang Menjijikkan

0Davin Mahendra tentunya murka dengan sebuah tuduhan yang menurutnya sangat tak berdasar. Seolah Adi Prayoga sengaja mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Jelas-jelas jika Irene dan Adi Prayoga yang melakukan hubungan terlarang, bagaimana pria itu bisa melemparkan sebuah tuduhan padanya?     

Dalam suasana hati yang semakin buruk karena perkataan yang sangat memprovokasi dirinya, Davin Mahendra menjadi kalap dan tak mampu mengendalikan dirinya.     

"Aku tak pernah melakukan pengkhianatan apapun pada Irene! Justru kamu yang mengkhianati persahabatan kita!" Sebuah pukulan keras mendarat di wajah ayah mertua dari Imelda Mahendra itu.     

Tanpa memberikan balasan apapun, Adi Prayoga hanya menatap sahabatnya itu dalam senyuman sinis yang menyiratkan sebuah luka yang dalam. Pria itu menyentuh sudut bibirnya yang sedikit terluka karena pukulan itu. Begitu terasa anyir aroma darah yang keluar dari bibirnya.     

"Aku tak percaya ... kamu memilih untuk mendustai dirimu sendiri, Mahendra." Sebuah kekecewaan yang semakin besar harus singgah dan menggerogoti hatinya. Adi Prayoga tak pernah menyangka jika seseorang yang cukup dikenalnya justru melakukan dusta yang begitu memalukan.     

"Hentikan, Prayoga! Sumpah demi apapun, aku tak pernah mengkhianati istriku," tegas Davin Mahendra pada seorang pria yang menatap nanar dirinya. Ia tak merasa telah melakukan perbuatan hina itu pada seorang wanita yang sudah dinikahinya.     

Bahkan ... meskipun ia tahu Irene masih mencintai mantan kekasihnya itu, Davin Mahendra masih saja berusaha untuk mencintainya. Saat mengetahui perselingkuhan mereka pun, ia memilih diam tanpa melakukan apapun. Pria itu hanya menyimpan rasa sakit dan juga luka di dalam hatinya sendirian.     

"Jika kamu tak pernah berselingkuh dari Irene, siapa wanita yang tidur denganmu di kamar hotel?" Sebuah perkataan dari Adi Prayoga seperti petir yang baru saja menyambar puncak kepala ayah dari Imelda itu. Terlukis sangat jelas jika pria itu terlihat syok mendengar pertanyaan yang diungkapkan oleh ayah dari Brian Prayoga itu.     

Sontak saja, Davin Mahendra seakan baru terhimpit oleh langit yang baru saja runtuh baginya. Ia sama sekali tak mengerti dengan tuduhan tak beralasan dari sahabatnya itu. Pria itu tak menyangka jika Adi Prayoga bisa berpikiran sangat buruk terhadap dirinya. Padahal selama ini, ia selalu berusaha untuk tak melakukan tindakan bodoh hanya karena kesalahannya dan Irene.     

"Wanita mana yang kamu maksudkan, Prayoga?" Seperti orang bodoh, Davin Mahendra menanyakan hal itu kepada pria yang masih terus memandangnya. Ia benar-benar tak mengerti dengan wanita yang dimaksudkan oleh Adi Prayoga. Seingatnya, selama Irene masih hidup ... ia hanya berhubungan dengan seorang wanita dan itu adalah istrinya sendiri.     

"Wanita yang sedang memelukmu dengan tubuh polos, yang terlihat sexy dan juga sangat menggairahkan." Adi Prayoga mencoba mendeskripsikan seorang wanita yang pernah diperlihatkan Irene kepada dirinya.     

Mendadak wajah Davin Mahendra pucat pasi, ia hampir mempercayai perkataan dari sahabatnya itu. Dengan penuh keyakinan, pria itu tentunya lebih percaya pada dirinya sendiri daripada seorang pria yang sudah berselingkuh dengan istrinya.     

"Apa kamu sengaja ingin membuatku merasa bersalah seumur hidupku? Jelas-jelas kamu dan Irene telah kembali menjalin hubungan di belakangku. Apakah kamu telah melupakan janjimu padaku? Bukankah kamu sendiri yang berjanji jika tak akan merebut Irene selama aku bisa mencintainya dengan tulus?" Davin Mahendra menghujani pria itu dengan banyak pertanyaan sekaligus. Ia masih tak bisa menerima atas tuduhan pengkhianatan yang sudah dilakukannya.     

Ayah dari Imelda Mahendra itu sangat yakin jika dirinya telah setia kepada Irene sampai akhir hayatnya. Bahkan saat mengetahui perselingkuhan mereka berdua, tak sedikit pun ia membalasnya dengan menyelingkuhi istrinya sendiri.     

"Jangan berpura-pura bodoh, Mahendra! Aku sudah melihat sendiri sebuah .... " Tak sempat mengatakan inti dari pembicaraan itu, Vincent sudah berada di depan pintu dengan wajah sangat geram.     

Dalam wajah yang sangat tidak senang, Vincent berjalan di antara kedua pria yang saling berseteru itu. Ia sempat mendengar beberapa ucapan Adi Prayoga kepada ayahnya sendiri. Hal itu membuat kakak laki-laki dari Imelda itu semakin membenci sosok pria yang sejak tadi terus memojokkan Davin Mahendra.     

"Sebegitu bencikah Om Adi kepada papa, hingga harus memberikan sebuah tuduhan yang menjijikkan itu? Aku sangat tahu jika papa sangat mencintai mama. Semua yang Om Adi tuduhkan sangat tak beralasan." Vincent merasa kesal dan juga tersinggung saat mendengar Adi Prayoga terus menyudutkan ayahnya. Ia sangat yakin jika orang tua yang dimilikinya satu-satunya itu tak mungkin mengkhianati wanita yang sangat dicintainya.     

Akhirnya, kebencian Vincent terhadap sang bos mafia benar-benar berada di puncaknya. Tuduhan yang sudah dilontarkan oleh Adi Prayoga berhasil membuat jurang amarah dan juga kekecewaannya pada sosok pria yang pernah menjalin hubungan cukup dekat dengannya. Bahkan dulu, Vincent seringkali menemani Irene saat makan siang bersama dengan seluruh anggota keluarga Prayoga.     

"Aku sangat menyukai setiap kebaikan dan juga perhatian Om Adi padaku dulu. Namun sekarang, hanya ada kebencian dan juga penyesalan karena pernah mengenal Anda." Dalam nada yang cukup tegas dan meyakinkan, Vincent mengungkapkan kekesalannya itu. Kemudian ia membalikkan badannya lalu berjalan menuju ke arah pintu di mana dirinya tadi masuk.     

"Tunggu, Vincent!" teriak Davin Mahendra saat melihat anaknya pergi dalam kemarahan. Sampai kapanpun, ia tak akan pernah rela jika Vincent menanamkan kebencian di dalam hatinya. Apalagi terhadap sosok sahabatnya, Adi Prayoga.     

Davin Mahendra tak ingin menyeret anak-anaknya dalam perseteruan yang begitu rumit di antara dua keluarga. Seharusnya, semua semakin mereda setelah pernikahan Brian Prayoga dan juga Imelda Mahendra. Namun satu hal yang terlalu jelas dalam ketegangan di antara mereka, Vincent seolah benar-benar memutuskan sebuah hubungan antara dirinya dan juga Adi Prayoga.     

"Aku harus mengejar Vincent dulu." Davin Mahendra terlihat sangat panik dengan situasi yang baru saja terjadi di antara mereka.     

"Biar saja ia tenang dulu," sahut Adi Prayoga. Ia mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu. Terlihat di matanya jika Davin Mahendra seolah tak rela jika anak laki-lakinya itu telah mengatakan hal itu.     

"Kamu tak akan pernah mengerti, Prayoga!" tegas Davin Mahendra sebelum berlari keluar dari ruangan itu lalu mengejar anak laki-laki di dalam keluarganya. Sampai kapanpun, ia tak akan pernah rela jika Vincent membenci sahabatnya itu. Sebagai seorang ayah, Davin Mahendra harus mampu memberikan nasehat kepada anaknya sendiri.     

Pria itu melihat Vincent berlari ke arah lift yang kebetulan sedang terbuka. Terlihat lift itu membawanya menuju ke atap rumah sakit. Tak berapa lama, lift di sebelah kebetulan berhenti di sana. Davin Mahendra langsung menyusul anaknya ke atap rumah sakit.     

Sampai di sana, ia melihat Vincent duduk di sebuah bangku yang berada di pinggir pembatas. Davin Mahendra menghampiri anaknya itu dan duduk di sebelahnya.     

"Untuk apa Papa mengejar ku ke sini? Aku tak akan bisa menghilangkan kebencian di dalam hatiku," tegas Vincent.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.