Bos Mafia Playboy

Amarah Natasya



Amarah Natasya

0"Apa yang percuma?" Tanpa diduga, Davin Mahendra datang ke rumah sakit dengan Johnny Hartanto dan Eliza Hartanto bersama tim dari kantor kejaksaan.     

Mereka langsung tercengang melihat kehadiran rombongan yang benar-benar tak terduga. Pemandangan itu benar-benar tak terbayangkan oleh mereka. Bahkan adegan itu terlihat seperti di film-film yang begitu menegangkan.     

"Papa! Eliza! Aku pikir kalian tidak akan pernah datang," ucap Imelda di hadapan orang-orang yang datang bersama Eliza dan juga rekan satu timnya.     

"Maaf, aku sedikit terlambat. Aku harus merayu Om Davin sebelum datang ke sini. Teryata sangat sulit merayu seorang duda tampan yang kaya raya." Eliza langsung terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri. Ia memang merayu Davin Mahendra agar ikut bersamanya ke rumah sakit. Selain Imelda, hanya Davin Mahendra yang pantas menuntut hak kepemilikan atas rumah sakit itu.     

"Cepatlah masuk, sebelum semuanya terlambat," cetus Imelda pada Eliza Hartanto yang datang bersama kakaknya dan juga rekan satu timnya.     

Eliza mendekati Imelda dan menepuk pelan pundaknya. Ia memandang istri dari Brian Prayoga itu dengan penuh perasaan. Tak ada sedikit pun niatnya untuk mengecewakan Imelda. Terlebih ia sudah berjanji pada kekasihnya itu.     

"Tak akan pernah ada yang terlambat. Tetaplah tenang dan bernafaslah," goda Eliza sebelum melangkahkan kakinya ke arah pintu ruang meeting.     

Saat mereka akan menerobos masuk ke dalam ruangan itu, beberapa orang bayaran Natasya mencoba untuk menghalanginya. Awalnya Eliza tak ingin menunjukkan jati dirinya. Namun melihat kebodohan yang dilakukan oleh orang bayaran Natasya, membuatnya langsung naik darah.     

"Kami dari kantor kejaksaan. Jika kalian menghalangi tugas kami, kalian akan didakwa dengan pasal berlapis," ancam Eliza dalam suaranya yang sangat tegas dengan tatapan dingin yang sangat menakutkan.     

Orang-orang itu berangsur mundur tanpa melakukan perlawanan apapun. Tentunya mereka tak ingin terlibat dengan rumitnya hukum yang bisa saja menjerat mereka semua. Terlebih, ketegasan Eliza membuat mereka bergidik ngeri.     

Dalam hitungan detik, Eliza menendang kasar pintu ruang meeting rumah sakit itu. Seluruh isi ruangan langsung menatap ke arah orang-orang yang berada di depan pintu. Ada keterkejutan yang begitu luar biasa yang ditunjukkan oleh mereka. Tak ada yang tahu alasan orang-orang dari kantor kejaksaan mendatangi rapat darurat rumah sakit.     

"Apa-apaan kamu, Eliza? Tidak bisakah kamu mengetuk pintu?" Natasya tentunya sangat terkejut dengan kedatangan mereka semua. Ia pun dibuat bingung dan juga penasaran dengan kedatangan Eliza dan juga Johhny Hartanto dalam rapat itu.     

"Kami mohon maaf atas ketidaksopanan ini." Eliza tersenyum licik memandang seorang wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi parasit bagi ayahnya. Ia sangat tahu jika Natasya hanya memanfaatkan Rizal Hartanto untuk kepentingannya sendiri.     

Beberapa rekan kerja Eliza memberikan dokumen-dokumen yang membuktikan pemalsuan surat kuasa yang telah dilakukan oleh Natasya. Eliza pun melangkah lebih dekat ke arah kekasih dari Rizal Hartanto itu. Melemparkan tatapan jijik pada wanita yang tega menghalalkan segala cara untuk melancarkan aksinya.     

"Kami dari kantor kejaksaan membawa bukti-bukti jika surat kuasa yang ditunjukkan oleh Nyonya Natasya adalah palsu." Eliza sengaja memberikan jeda dalam ucapannya kali ini. Ia ingin melihat ekspresi bodoh yang akan diperlihatkan olah wanita jahat itu.     

"Apa-apaan kamu, Eliza! Jangan melakukan fitnah! Aku akan menuntut mu atas pencemaran nama baik." Natasya sengaja berkilah dan melakukan ancaman pada anak dari kekasihnya itu. Ia tak peduli jika harus melanggar batasannya sendiri.     

Seperti dugaan Eliza, wanita itu tak mungkin langsung mengakui kesalahannya. Apalagi di hadapan orang-orang yang menjadikannya pusat perhatian. Seluruh orang di dalam ruangan itu saling berbisik membicarakan Natasya. Mereka tak menyangka jika Natasya ingin menipu keluarga dari sahabatnya sendiri.     

"Sayangnya, kami sudah membawa hasil penyidikan dan pengujian dari bagian laboratorium forensik kriminalitas. Dan hasilnya ... terbukti jika surat kuasa yang Anda pegang adalah palsu." Sebuah ungkapan mengejutkan dari Eliza, membuat seluruh orang langsung menatap jijik Natasya. Kejahatan yang dilakukan oleh wanita itu telah mencoreng harga dirinya sendiri.     

"Siapa kamu, Eliza? Kamu tak memiliki hak untuk melakukan pengujian ini. Aku akan menuntutmu karena telah melanggar batasmu." Lagi-lagi Natasya masih saja berusaha untuk melawan bukti-bukti yang sudah terpampang jelas di matanya. Seolah wanita itu telah kehilangan rasa malunya.     

"Aku yang memberikan hak untuk melakukan semuanya." Tiba-tiba saja Davin Mahendra masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh Brian, Imelda dan juga Adi Prayoga yang datang bersamaan.     

Natasya sangat syok saat melihat Davin Mahendra berada di sana. Ia pikir pria itu hanya akan diam saja seperti yang telah dilakukannya bertahun-tahun belakangan. Awalnya ia sangat yakin jika ayah dari Imelda itu tak mungkin akan meminta haknya atas rumah sakit itu. Namun segalanya benar-benar di luar dugaan.     

"Bukankah kamu tak peduli dengan rumah sakit ini, Mahendra? Untuk apa kamu mengambil sesuatu milik seorang wanita yang telah mengkhianati dirimu?" Natasya mengatakan hal itu dengan sangat nyaring, ia sengaja ingin mempermalukan mereka semua. Wanita itu tak rela jika hanya dirinya yang dipermalukan di hadapan mereka semua.     

"Jangan berbicara omong kosong, Natasya. Saham lima persen yang kamu miliki akan aku beli kembali. Aku menyerahkan semuanya pada pengacaraku, Johnny Hartanto," balas Davin Mahendra tanpa memperlihatkan amarah yang sudah ditahannya sejak berada di luar ruangan.     

Natasya semakin terkejut dengan ucapan Davin Mahendra baru saja. Ia tak pernah menduga jika pengacara yang ditunjuk adalah anak dari Rizal Hartanto. Segalanya terasa semakin menghimpit habis dirinya.     

"Sejak kapan Johnny Hartanto menjadi pengacara mu, Mahendra?" Natasya sangat penasaran akan hal itu. Ia tak pernah tahu jika Johnny Hartanto terlibat dalam bisnis dengan suami dari sahabatnya itu.     

"Sejak hari ini." Seolah tanpa dosa dan rasa bersalah, Davin Mahendra menjawab hal itu dengan entengnya. Tentu saja, wanita langsung menunjukkan wajah geram dan juga sangat murka.     

Natasya merasa sangat dipermainkan, ia tak terima dengan semua itu. Darahnya langsung mendidih mendapatkan hal yang sangat memalukan itu.     

"Brengsek! Kalian semua sengaja menjebakku! Jangan harap kalian bisa menyingkirkan aku. Aku akan membalas semua penghinaan ini." Seperti sedang kesetanan, Natasya terus berteriak dan mengeluarkan ungkapan makian yang tak pantas didengar. Ia tak terima dengan segalanya yang terjadi di sana.     

"Kamu bisa langsung menghubungi pengacaraku," sahut Davin Mahendra pada seorang wanita yang tampak sangat berantakan karena amarah yang tak tertahankan.     

Entah apa yang sedang dipikirkan Natasya, ia mengambil sebuah vas bunga dan langsung melemparkannya lantai. Pecahan kaca berceceran hampir ke seluruh lantai, membuat seisi ruangan bisa menyaksikan kegilaan seorang Natasya yang selama ini sengaja ditutupinya.     

"Aku akan membalas kalian semua!" teriak Natasya sebelum keluar dari ruangan itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.