Bos Mafia Playboy

Dalang Pembunuhan



Dalang Pembunuhan

0Begitu masuk ke dalam mobil, Jeffrey baru bisa bernafas lega. Momen mendebarkan yang dilewatinya telah berlalu. Ia berpikir jika dirinya harus segera memberikan rekaman itu pada Imelda.     

"Apa kita kembali ke markas sekarang, Pak?" tanya seorang pria yang sejak tadi sudah menunggu atasannya itu.     

"Kita langsung ke markas saja," sahut Jeffrey pada bawahannya itu.     

Sepanjang perjalanan, Jeffrey terus saja memikirkan pembicaraan antara Natasya dan juga pria itu. Ia masih saja tak bisa mempercayai dengan semua yang telah didengarnya. Ia pun memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan pada Imelda dan juga Davin Mahendra. Jeffrey berharap jika pasangan ayah dan anak itu bisa menemukan solusi terbaik untuk segala rencana jahat Natasya.     

Jeffrey sengaja tidak menghubungi Vincent ... karena ia mendengar jika belakang, kakak laki-laki dari Imelda itu memiliki hubungan dekat dengan Natasya. Hal itu tentu saja saat mempengaruhi pandangan Vincent mengenai kasus itu.     

Hingga tak berapa lama, mereka berdua telah sampai di sebuah tempat di mana Jeffrey bekerja selama ini. Sebuah lokasi dengan penjagaan sangat ketat dan juga jauh dari keramaian.     

"Terima kasih sudah mengantarkan saya." Dengan sangat sopan, Jeffrey mengucapkan rasa terima kasihnya pada bawahannya itu. Meskipun ia menduduki posisi tertinggi, hal itu tak membuatnya lupa diri. Pria itu selalu menghargai semua orang, termasuk bawahannya sendiri.     

Kemudian Jeffrey melangkahkan kakinya menuju ke sebuah gedung bertingkat yang tak jauh dari tempat mobil itu berhenti. Belum juga masuk ke dalam gedung, seorang pria yang berwajah dingin datang menghampirinya.     

"Sebaiknya, Om Jeffrey tak perlu membiarkan Imelda bebas keluar masuk di sini. Bukankah itu melanggar aturan?" Vincent tiba-tiba datang dan mengatakan hal itu kepadanya. Ia begitu jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada Jeffrey yang terlalu ramah pada adik perempuannya.     

"Soal Imelda ... itu adalah urusanku. Kamu tak perlu memikirkannya, Vincent. Kamu cukup fokus pada latihan dan juga pekerjaanmu saja. Biar aku yang menangani adik kesayanganmu itu," balas Jeffrey dalam wajahnya yang begitu ramah pada anak dari teman dekatnya itu. Selain itu, ia sendirilah yang menginginkan Vincent bergabung dengan satuan intelijen.     

Vincent pun berangsur pergi meninggalkan atasannya itu. Ia ikut bergabung dengan beberapa agen yang sedang berkumpul untuk membicarakan sesuatu yang cukup penting bagi satuan organisasi.     

Melihat betapa kerasnya hati Vincent, pria itu hanya tersenyum tipis di sudut bibirnya. Kemudian Jeffrey masuk ke dalam gedung bertingkat itu untuk menunggu kedatangan Imelda dan juga Davin Mahendra.     

Begitu masuk ke dalam ruangannya, Jeffrey menyalakan hasil rekaman dari pembicaraan Natasya dan seorang pria yang dipanggilnya dengan nama 'Tedd' itu. Dia memperhatikan setiap kata yang dikatakan diucapkan oleh pria itu kepada Natasya. Jeffrey tak mau melewatkan informasi sekecil apapun dari pembicaraan mereka.     

Sampai ia tak menyadari saat Imelda dan Brian sudah berada di ruangan Jeffrey yang masih terbuka. Pasangan itu terlihat sangat kaget saat mendengar rekaman di saat Natasya mengatakan, "Pergilah! Aku bisa menangani Adi Prayoga dengan kekuatanku sendiri. Sudah cukup kamu mendukungku selama ini, Tedd."     

Begitulah suara rekaman suara Natasya saat berbicara dengan seorang pria yang baru saja dijemputnya dari bandara.     

"Bukankah itu suara Mama Natasya, Om?" Sontak saja, Imelda langsung melemparkan pertanyaan itu pada seorang pria yang terlihat sangat serius mendengar percakapan mereka berdua.     

"Kalian sudah datang." Jeffrey bangkit dari tempat duduknya lalu mempersilahkan mereka duduk di kursi tamu di ruangan itu.     

Brian dan juga Imelda duduk di sebuah kursi, mereka berdua masih saja penasaran pada pembicaraan Natasya dalam rekaman itu. Pasangan itu juga sangat penasaran darimana rekaman suara itu berasal.     

"Apa karena rekaman ini yang membuat Om Jeffrey meminta kami untuk datang?" Tak bisa menahan dirinya lagi, Imelda pun memilih untuk menanyakan hal itu secara langsung pada atasan dari ayahnya. Ia terlalu malas untuk bermain teka-teki.     

"Benar sekali, Imelda. Namun kita sekalian menunggu papamu, semoga saja Davin Mahendra mau datang ke sini," jawab Jeffrey pada anak perempuan dari teman dekatnya dan juga rekan kerjanya.     

Mereka lalu terdiam dalam keheningan masing-masing, menunggu kedatangan Davin Mahendra untuk hadir di antara mereka. Hingga tak berapa lama, seseorang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Davin Mahendra terlihat mengerutkan keningnya saat melihat Imelda dan juga Brian berada di sana.     

"Ada apa ini? Mengapa kalian berkumpul di sini?" Davin Mahendra tentunya penasaran dengan alasan Jeffrey mengumpulkan mereka semua di ruangannya. Ia yakin jika ada sesuatu yang sedang terjadi.     

"Duduklah dulu!" celetuk Jeffrey pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.     

Mau tak mau, Davin Mahendra pun duduk di sebelah atasannya itu. Ia memandangi wajah mereka satu persatu. Seakan ia sedang mencari sebuah jawaban atas banyak pertanyaan di dalam hatinya.     

"Katakanlah! Apa tujuanmu memintaku ke sini, Jeffrey? Sepertinya, kamu sengaja ingin mengganggu cuti panjang ku," kesal Davin Mahendra pada pria yang hanya bisa tersenyum mendengar nada protes dalam dirinya.     

Jeffrey terlihat menghela nafasnya mendengar pria itu memprotes dirinya. Ia berpikir sejenak sebelum memulai pembicaraannya.     

"Tadi pagi, Natasya meminjam mobilku. Karena aku terlalu curiga, aku memutuskan untuk mengikuti. Ternyata wanita itu menjemput seseorang pria di bandara internasional." Jeffrey sengaja memberikan jeda dalam ceritanya. Ia membiarkan mereka untuk berpikir sebentar.     

"Terus apa masalahnya kalau Natasya menjemput seorang pria di bandara." Davin Mahendra merasa jika kecurigaan Jeffrey sedikit berlebihan terhadap wanita itu. Ia merasa jika hal itu tak perlu diceritakan.     

Tanpa menjawab pertanyaan dari teman dekatnya itu, Jeffrey pun mulai menyalakan rekaman pembicaraan Natasya dengan seorang pria yang sengaja dijemputnya di bandara.     

Semua orang terlihat sangat serius mendengar rekaman pembicaraan itu. Mereka memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh Natasya atau pria itu.     

Awalnya mereka semua terlihat cukup biasa mendengar sapaan kedekatan Natasya dan juga pria itu. Namun begitu sang pria mengatakan sesuatu tentang istri Rizal Hartanto ....     

"Apa! Natasya adalah dalang pembunuhan istri Rizal Hartanto?" Davin Mahendra sangat terkejut mendengar kebenaran yang sama sekali tidak terduga baginya.     

"Diamlah dulu! Lebih baik kamu dengarkan hingga selesai, barulah berkomentar," sahut Jeffrey pada sosok pria yang masih tak bisa menutupi keterkejutannya.     

Mereka kembali fokus untuk mendengar rekaman itu. Tak ingin sampai melewatkan apapun yang tentunya bisa sangat berguna.     

Semakin lama mendengar rekaman itu, wajah mereka justru terlihat semakin pucat. Mereka semua terlalu kaget dengan kegilaan Natasya selama ini.     

"Wanita itu benar-benar sudah gila!" celetuk Davin Mahendra begitu selesai mendengar rekaman itu.     

"Bagaimana Mama bisa sangat membenci Imelda? Aku takut jika Mama .... " Brian terlihat sangat ketakutan jika wanita yang sudah melahirkannya itu benar-benar melancarkan aksinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.