Bos Mafia Playboy

Terbongkarnya Sebuah Sandiwara



Terbongkarnya Sebuah Sandiwara

Sebuah senyuman yang merekah begitu lepas diperlihatkan Eliza di hadapan kedua pria dan seorang wanita yang masih tersungkur di lantai kamar hotel itu. Ia menatap dingin sosok wanita yang hanya berbalut selimut tebal dari hotel itu.     

"Selamat .... Akhirnya, sandiwara Tante Natasya terbongkar juga. Tak kusangka jika Tante Natasya hanya seorang wanita murahan yang bisa ditiduri oleh banyak pria." Sebuah penghinaan yang cukup memuakkan harus terucap dari mulut Eliza. Ia ingin melukiskan seberapa hina wanita yang rela melakukan apapun untuk kepentingannya sendiri.     

"Tutup mulutmu, Eliza! Kamu benar-benar telah kehilangan sopan santunmu," bentak Natasya pada anak perempuan dari keluarga Hartanto itu. Sebelumnya, wanita itu sudah menduga jika Eliza pasti akan berulah kepadanya. Dan dugaannya itu terbukti benar.     

Eliza justru menertawakan nada protes dari kekasih ayahnya itu. Ia cukup puas dengan hasil yang ingin dicapainya. Sebuah kebetulan, jika Natasya sedang melakukan hubungan terlarang dengan Teddy Julian. Dan Rizal Hartanto ... telah menyaksikan sendiri seberapa murahannya wanita yang selama ini dipuja.     

"Ada yang ingin kubicarakan dengan Papa," ucap Eliza pada seorang pria yang masih terdiam karena masih belum percaya dengan sebuah kenyataan yang harus diterimanya.     

"Kita bisa membicarakannya setelah keluar dari tempat terkutuk ini." Begitulah jawaban Rizal Hartanto dalam wajah dingin dengan semburat kekecewaan yang begitu jelas di wajahnya.     

Lagi-lagi Eliza tersenyum sinis melirik wanita yang sudah duduk di atas ranjang. Ia bisa melihat jika Natasya terlihat cukup kacau dan jauh dari penampilan elegan yang biasa ditunjukannya.     

"Sebaiknya kita pergi dari sini, Pa. Siapa tahu, mereka berdua ingin melanjutkan permainan menggairahkan yang membuat Tante Natasya menjerit berulang kali," sindir Eliza tanpa perasaan atau rasa takut sedikit pun.     

"Dan Anda .... Tuan Teddy Julian. Nantikan kedatanganku untuk menyeret Anda ke dalam jeruji besi. Tak kusangka jika Anda terlibat dalam banyak penyuapan beberapa tahun silam. Anda berpura-pura mengundurkan diri, padahal ingin melarikan diri dan menghilangkan jejak," ungkap Eliza dengan penuh keyakinan. Ia sudah menyelidiki alasan menghilangnya Teddy Julian beberapa tahun silam.     

Mendengar ancaman dari Eliza, bulu kuduk Teddy Julian mendadak berdiri. Ia tak percaya jika ancaman Eliza Hartanto berhasil membuatnya ketakutan. Dengan gerakan cepat, Teddy Julian memunguti pakaiannya lalu segera menutupi tubuhnya yang hanya terbungkus selimut. Ia bergegas memakai pakaiannya dengan wajah pucat karena ketakutan.     

"Aku harus pergi sekarang juga. Selamat tinggal, Natasya." Teddy Julian membawa barang-barangnya dan langsung meninggalkan Natasya begitu saja. Ia tak ingin jika dirinya sampai tertangkap karena pelanggaran hukum yang pernah dilakukannya beberapa tahun silam.     

"Brengsek! Bagaimana kamu tega meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini, Tedd?" Natasya bermaksud mengejar pria itu. Namun ia baru menyadari jika dirinya sama sekali belum berpakaian apapun. Wanita itu hanya berbungkus selembar selimut yang menutupi tubuhnya.     

Rizal Hartanto tak mampu mengatakan apapun pada wanita itu. Ia masih sulit mempercayai jika Natasya bisa melakukan perbuatan serendah itu.     

"Hubungan kita sudah berakhir. Jangan coba-coba untuk mendekati aku lagi!" Rizal Hartanto juga ikut keluar dari ruangan itu. Ia sudah tak tahan melihat wajah Natasya yang begitu memuakkan baginya.     

"Selamat bercinta dengan kesendirianmu, Tante." Eliza tersenyum licik lalu segera menyusul ayahnya. Ia tak mungkin membiarkan ayahnya sendirian dalam kondisi yang sangat menyedihkan.     

Begitu Eliza keluar, Natasya berteriak sejadi-jadinya. Ia tak terima dengan segala penghinaan yang baru saja diterimanya.     

"Brengsek! Sialan! Aku akan membalas kalian semua!" Natasya berteriak seperti seseorang yang telah kehilangan kewarasannya. Ia benar-benar tak bisa mengendalikan amarah di dalam dirinya. Berbagai umpatan berulang kali keluar dari mulutnya. Wanita itu seolah telah kalap pada amarah yang semakin membakar hatinya.     

Di sisi lain, Eliza mengajak ayahnya masuk ke dalam kamar hotel yang berada di sebelah kamar Natasya. Ia ingin membuka kebenaran yang selama ini telah terkubur cukup dalam.     

"Apa kamu sengaja merencanakan semua ini, Eliza?" tanya Rizal Hartanto pada anak perempuan.     

"Ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan pada Papa." Eliza mengeluarkan ponsel miliknya dan mulai menyalakan rekaman suara yang tadi sudah dibawa oleh Imelda dan juga Brian. "Dengarkan saja dulu, Pa," bujuknya pada sang ayah.     

Selama beberapa menit mendengarkan rekaman suara itu, air muka Rizal Hartanto berubah drastis. Wajahnya memucat dengan matanya yang memulai meredup menahan genangan air di dalam kelopak matanya.     

Pria itu menyesal telah memiliki sebuah hubungan dengan seorang wanita yang telah membunuh istrinya sendiri. Rizal Hartanto merasa sangat bodoh bisa tertipu oleh seorang wanita seperti Natasya.     

"Jadi .... Natasya yang telah membuat mamamu mengalami kecelakaan itu. Dan dengan bodohnya, Papa justru tergila-gila padanya." Rizal Hartanto menarik rambutnya sendiri cukup keras. Ia merasa tak berdaya atas kebodohan yang telah dilakukanya selama bertahun-tahun.     

"Tenanglah, Pa. Kita harus memberikan hukuman yang pantas untuk Tante Natasya." Eliza mencoba untuk menenangkan ayahnya itu. Ia tak ingin jika Rizal Hartanto sampai hilang kendali dan melakukan sesuatu yang di luar batas.     

Pria itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu kamar hotel itu. Rizal Hartanto bermaksud untuk kembali ke kamar Natasya dan memberikan wanita itu pelajaran atas perbuatannya.     

"Papa mau kemana?" tanya Eliza panik saat melihat ayahnya hampir keluar dari kamar itu.     

"Aku harus memberikan balasan setimpal pada Natasya. Aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri." Dalam emosi yang tak terkendali, Rizal Hartanto membuka pintu kamar hotel itu.     

Untung saja sebelum ayahnya benar-benar keluar, Eliza berhasil menghentikannya. Ia menarik ayahnya kembali masuk ke dalam ruangan itu. Ekuza tak akan membiarkan tangan ayahnya terkotori karena membunuh wanita yang selama ini telah melakukan banyak kejahatan.     

"Jangan mengotori tangan Papa sendiri! Kita harus menjerat Natasya dengan hukuman setimpal dan seberat mungkin. Untuk sementara, lebih baik kita menahan diri sembari mengumpulkan semua bukti kejahatannya. Dan aku sangat yakin jika dalang dari kasus kecelakaan Irene Mahendra juga wanita itu." Eliza mengatakan semua yang ada di dalam hatinya. Tak ada lagi yang perlu ditutupi dari ayahnya.     

"Bagaimana kamu bisa seyakin dan juga setenang itu? Siapa yang sudah membantumu kali ini?" Rizal Hartanto sangat yakin jika anak perempuannya itu tak mungkin melakukan hal itu sendiri.     

Eliza tersenyum penuh arti kepada ayahnya. Ia tak mungkin bisa mendapatkan apapun tanpa bantuan dari mereka semua.     

"Ada keluarga Prayoga dan juga Mahendra yang mendukungku. Dan satu lagi ... Om Jeffrey yang telah merekam semua pembicaraan mereka," terang Eliza Hartanto pada ayahnya.     

"Jeffrey? Bagaimana pria itu bisa terlihat dalam rumitnya hubungan mereka?" Rizal Hartanto memang mengenal Jeffrey, meskipun hubungan mereka tidak terlalu dekat.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.